Tinggal di Kontrakan Sebelum Bencana, Sebagian Pengungsi Korban Bencana Palu Tak Dapat Bantuan

Sebagian pengungsi ada yang tidak mendapatkan huntara, dua bulan terakhir ini, mereka juga tidak lagi mendapatkan sembako seperti sebelumnya.

Editor: Imam Saputro
Tribunpalu.com/Abdul Humul Faaiz
Ratusan warga masih tinggal di kamp pengungsian, Kelurahan Duyu, Kecamatan Tatanga, Palu, Sulawesi Tengah, Rabun (3/4/2019). 

TRIBUNPALU.COM, PALU-  Sudah enam bulan pasca-gempabumi bermagnitudo 7,4 menerjang Kota Palu, Sulawesi tengah.

Gempabumi disertai likuifaksi itu, menyisakan banyak cerita duka di setiap korban.

Kini kondisi Kota Palu dan sekitarnya mulai membaik.

Perekonomian mulai jalan, dan tenda-tenda pengungsian mulai ditinggalkan untuk tinggal di hunian sementara.

Namun, sebagian korban terpantau masih banyak menghuni kamp-kamp pengungsian.

Mereka bertahan dikarenakan belum mendapatkan atau diberi tempat hunian sementara oleh pemerintah.

Selain tidak mendapatkan huntara, dua bulan terakhir ini, mereka juga tidak lagi mendapatkan sembako seperti sebelumnya.

Alasannya jelas, berdasarkan Surat Keputusan (SK) Nomor: 360/006/BPBD-G-ST/2019 tentang Penetapan Data Korban Bencana Alam Gempa Bumi, Tsunami dan Likuefaksi tahun 2018 pemberian dana stimulan berdasarkan data by name – by address.

Juga berdasarkan surat permohonan bantuan kepada Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) RI untuk realisasi pemberian dana stimulan berdasarkan data by name – by address.

Salah satu poinnya ialah, masyarakat yang hanya mengontrak rumah tidak mendapatkan fasilitas apapun dari pemerintah.

Keputusan ini dinilai sangat tak adil bagi korban yang dulunya hanya mengontrak.

Salah satunya Andi Irfan.

Ia menilai keputusan tersebut sama sekali tidak memihak kepada masyarakat kecil, khususnya korban.

"Yang kami butuh hanya tempat tinggal yang aman, karena mau kembali ke tempat tinggal yang kemarin sudah tidak layak huni," keluhnya.

Semantara kata Andi Irfan, jika ia bersama keluarga mencari kontrakan lain tak mungkin dengan kondisi ekonominya saat ini.

"itu saja harapan kami, bisa diberi tempat yang layak," harapnya.

Senada dengan dengan Irfan, Melda, mengaku sebelum bencana juga tinggal di rumah kontrakan.

Ia berharap ada kebijakan untuk mereka dengan membrikan hunian sementara.

"Kami juga bingung, padahal ada juga yang ba kos tinggal di huntara, ada juga yang masih bagus rumahnya di kasih juga huntara, makanya kami bingung," jelasnya.

Melda pun menceritakan bahwa ia sempat tinggal di hunian sementara Kelurahan Duyu.

Namun selang dua minggu ia diminta untuk meninggalkan hunian tersebut karena tidak terdata.

"Pasrah saja, mudah-mudahan ada dibantu," tukasnya.

(Tribunpalu.com/Abdul Humul Faaiz)

Sumber: Tribun Palu
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved