Terkini Internasional
Pasca Teror Bom Paskah, Pemerintah Sri Lanka Keluarkan Larangan Penutup Wajah
Larangan penutup wajah ini berlaku pada Senin (29/4/2019) hari ini, menurut pernyataan kantor Presiden Sri Lanka.
Wijewardene juga mengatakan, korban tewas dari delapan pengeboman itu berjumlah 321 orang, 38 di antaranya adalah orang asing.
"Sementara, 375 orang dirawat di rumah sakit karena luka dan cedera," katanya.
Kantor Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan kepada Associated Press pada Selasa (23/4/2019), pihaknya tidak melihat intelijen apa pun yang menjadi dasar penilaian bahwa teror bom di Sri Lanka ini merupakan balas dendam.
Serangan teror pengeboman di Sri Lanka terjadi di tiga gereja dan tiga hotel bintang lima:
1. Gereja St. Sebastian di Negombo.
2. Gereja St. Anthony's Shrine di Kolombo.
3. Gereja Sion di Batticaloa.
4. Shangri-La Hotel di Kolombo.
5. The Cinnamon Grand Hotel di Kolombo.
6. The Kingsbury Hotel di Kolombo.

Tidak jelas siapa yang melakukan serangan teror bom tersebut, tetapi Sri Lanka menilai kelompok militan Muslim, National Thowfeek Jamaath adalah pihak yang melakukannya.
Sementara, update terbaru juga menyebut kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) adalah pihak yang bertanggungjawab atas serangan teror bom di Sri Lanka
Mengutip pihak berwenang di Sri Lanka, The Wall Street Journal melaporkan kecanggihan dan sifat terkoordinasi serangan bom Paskah di Minggu pagi tersebut telah membuat para pakar teror internasional menyimpulkan bahwa pihak yang bertanggungjawab (atas insiden ini) mendapat bantuan dari para teroris luar negeri yang berpengalaman.
Sayangnya, Wijewardene tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang mengapa penyelidik menganggap serangan ini sebagai tindakan balas dendam.

Pada Jumat 15 Maret 2019 lalu, seorang pria bersenjata di Christchurch, Selandia Baru menembaki dua masjid berturut-turut dan menewaskan 50 orang.