Batasan Waktu Paparan Layar Perangkat Elektronik untuk Anak Usia di Bawah 5 Tahun Menurut WHO
Bahkan anak-anak yang masih di bawah umur pun kerap kali terlihat tidak pernah lepas dari benda-benda berteknologi tinggi.
TRIBUNPALU.COM - Kehidupan sehari-hari manusia zaman sekarang tentu tak bisa lepas dari penggunaan gawai atau gadget.
Mulai dari orang dewasa hingga anak-anak sekalipun, keberadaan gawai seperti ponsel atau tab seolah tak terlepas dari tangan.
Bahkan anak-anak yang masih di bawah umur pun kerap kali terlihat tidak pernah lepas dari benda-benda berteknologi tinggi.
Namun, kini Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) membuat sebuah pedoman baru tentang batasan waktu bagi anak-anak untuk menonton televisi dan bermain ponsel.
WHO juga mengatakan bayi di bawah usia satu tahun seharusnya tidak boleh terpapar layar elektronik.
Selain itu, untuk anak antara usia dua dan empat tahun tidak boleh menatap layar perangkat elektronik selama lebih dari satu jam setiap harinya.
Pedoman yang diumumkan pada Rabu (24/4/2019) kemarin juga menjelaskan, membatasi paparan layar perangkat elektronik bagi anak-anak balita dapat membantu mereka tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih sehat.
Akan tetapi, membatasi anak-anak dari perangkat elektronik ini hanyalah sebagian dari solusi.
Anak-anak di bawah usia lima tahun juga harus lebih banyak berolahraga dan tidur untuk mengembangkan kebiasaan yang lebih baik.
Hal ini juga bertujuan untuk mencegah obesitas dan timbulnya berbagai penyakit pada masa remaja dan dewasa.
"Mencapai kesehatan bagi semua, berarti melakukan yang terbaik untuk kesehatan sejak awal kehidupan manusia," tutur Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO.
"Pada anak usia dini, terdapat periode perkembangan yang cepat dan masa ketika pola dari gaya hidup keluarga dapat disesuaikan untuk mendorong peningkatan kesehatan mereka," sambungnya.
National Institutes of Health telah mendanai proyek senilai 300 juta dolar AS yang dikenal sebagai Studi ABCD (untuk Pengembangan Kognitif Otak Remaja).
Studi ini bertujuan untuk menunjukkan bagaimana perkembangan otak dipengaruhi oleh berbagai pengalaman, termasuk penggunaan narkoba, gegar otak, dan waktu menatap layar perangkat elektronik.
Penelitian ini menargetkan anak-anak usia 9-10 tahun hingga dewasa muda.