Palu Hari Ini

Palu Hari Ini: Diusir Dari Huntara, Nenek Korban Bencana Palu Ini Terpaksa Bangun Rumah Sendiri

"Kita ini betul-betul tidak ada apa-apa, kenapa malah orang yang berkecukupan justru dapat huntara," tambahnya.

Tribunpalu.com/Abdul Humul Faaiz
Korban likuifaksi Kelurahan Balaroa, Kota Palu, Hasna Kamaru. 

Diusir Dari Huntara, Nenek Korban Bencana Palu Ini Terpaksa Bangun Rumah Sendiri

TRIBUNPALU.COM, PALU - Hanya air mata yang mewakili kekecewaan Hasna Kamaru ketika ikut dalam aksi demonstrasi di depan Kantor Wali Kota Palu, Senin (15/7/2019) kemarin.

Ia mengaku diusir dari hunian sementara (Huntara) yang dibangun Kompas di Jl Asam 3, Kelurahan Kabonena, Kecamatan Ulujadi.

Padahal, mereka tinggal di hunian tersebut berdasarkan arahan dari Lurah Kabonena.

Karena lokasi dibangunnya huntara tersebut merupakan wilayah pemerintahan Lurah Kabonena.

"Nama kita dicap oleh Lurah Kabonena, untuk dipasang di pintu huntara itu," kata Hasna.

Palu Hari Ini: Kisah Pilu Lallo, Korban Bencana Palu yang Belum Pernah Tersentuh Bantuan hingga Kini

Namun ternyata, tinggalnya warga Kelurahan Balaroa di huntara itu mendapat penolakan dari Camat Palu Barat, Kapau Bauwo.

Menurutnya, bahwa hunian sementara tersebut hanya diperuntukkan bagi warga Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat dan sebagian warga Kelurahan Kabonena, Kecamatan Ulujadi.

"Dikasih keluar orang balaroa di situ pak, dicabut kita punya nama yang kita tempel," kata dia sembari menyeka air mata.

"Kita ini betul-betul tidak ada apa-apa, kenapa malah orang yang berkecukupan justru dapat huntara," tambahnya.

Begitu juga soal bantuan sembako dan jaminan hidup (Jadup) jelas Hasna.

Walhi Salurkan Ratusan Paket Perlengkapan Sekolah untuk Warga di Sigi

Menurutnya, warga Perumnas Balaroa tidak pernah dapat apa-apa dari pemerintah.

Padahal Perumnas Balaroa adalah wilayah paling parah akibat bencana gempa disertai likuifaksi pada 28 September 2018 silam.

Ia kebingungan dengan kondisi yang tak jelas ini, karena semua hunian sementara diinformasikan penuh.

Beruntung saat ini anak tertuanya mendapatkan bantuan dari tempatnya bekerja.

Perlahan mereka membangun rumah di Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikolore.

Keputusan membangun rumah sendiri ia ambil karena sudah tidak mampu membayar kos-kosan.

Sulteng Hari Ini: Pascabencana Sulteng, Walhi Fokuskan Program Livelihood di Dua Desa

"Kami sering menunggak, kalau hanya mengharap huntap, kapan baru kita bisa tinggal nyaman," keluhnya.

Seperti diberitakan sebelumnya oleh Tribunpalu.com, Camat Palu Barat, Kapau Bauwo menegaskan akan menertibkan warga yang tidak berhak tinggal di huntara jl Asam 3 tersebut, termasuk warga Kelurahan Balaroa.

Hal itu dilakukannya berdasarkan arahan Wali Kota Palu, Hidayat bahwa huntara tersebut diperuntukan bagi warga Kelurahan Lere.

Pasalnya, tenda-tenda pengungsian di Kompleks Masjid Agung akan segera di bersihkan.

Meski huntara tetsebut telah terisi penuh, namun Camat Palu Barat mengaku akan melakukan tindakan tegas.

Pasalnya kata dia, huntara yang dibangun oleh kompas tersebut, sebagaian besar dihuni oleh warga yang tidak berhak.

Kapau Bauwo mencatat sekitar 90 persen warga warga yang tinggal di hunian itu tidak layak menerima huntara, karena tinggal di kos-kosan sebelum bencana.

Sekitar 100 KK yang akan dimasukkan ke huntara Jl Asam, Kelurahan Kabonena itu, ditambah warga Kelurahan Barru sekitar 60 KK.

Meski pun di huntara tersebut ditinggali oleh puluhan KK warga Kelurahan Balaroa, namum Kapau Bauwo tetap akan mengeluarkannya dan akan memasukkan warga lere.

(Tribunpalu.com/Abdul Humul Faaiz).

Sumber: Tribun Palu
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved