Palu Hari Ini
Bakal Dijadikan Objek Wisata, Simak 3 Fakta Unik Masjid Terapung Palu yang Terdampak Tsunami
Berikut fakta unik Masjid Terapung Palu yang akan dijadikan destinasi wisata Kota Palu; mulai dari sejarah, hingga spot Instagrammable.
TRIBUNPALU.COM - Masjid Terapung, ikonik Kota Palu yang terdampak tsunami 28 September 2018 tidak akan dihilangkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Palu, Sulawesi Tengah, meski telah tidak bisa difungsikan lagi.
Pasalnya, Pemkot Palu berencana menata kawasan Masjid Terapung sebagai salah satu destinasi wisata di Kota Palu.
Hal ini diterangkan oleh Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palu, Goenawan.
"Pemkot Palu saat ini sedang menyusun konsep pembangunan dan penataan sektor pariwisata. Salah satu objek yang akan dikembangkan untuk menjadi destinasi wisata yaitu Masjid Terapung," ucap Goenawan di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (2/8/2019) seperti dikutip dari Kompas.com.
Selain menata kembali kawasan Masjid Terapung sebagai destinasi wisata sebagai bentuk upaya pemulihan, rencana ini sekaligus sebagai upaya percepatan peningkatan ekonomi daerah dan masyarakat.
Masjid yang bernama Masjid Arkam Babu Rahman memiliki sejumlah fakta unik lantaran masjid ini tetap kokoh berdiri meski diterjang tsunami September tahun lalu.
• Daftar Nama Anggota Paskibra Nasional 2019, Wakil Sulawesi Tengah dari SMAN 2 Palu dan SMAN 1 Luwuk
Dirangkum TribunPalu.com dari berbagai sumber, berikut fakta-fakta menarik terkait Masjid Terapung Arkam Babu Rahman:
1. Kondisi Masjid Terapung sebelum diterjang tsunami
Gempa dan tsunami yang menyapu Palu dan Donggala menyimpan cerita yang membekas.
Beberapa waktu pascabencana tsunami 28 September 2018, beredar di media sosial, foto Masjid Akram Babu Rahman atau dikenal sebagai Masjid Terapung dalam kondisi rusak di sekitar Pantai Talise.
Dalam video amatir yang dirilis Kompas TV, tampak pohon-pohon tumbang di sekitar area masjid.
Banyak barang yang tersapu tsunami berserakan dan terapung di perairan.
Dikutip TribunPalu.com dari Bangkapos.com, Masjid Terapung yang menjadi salah satu ikon dari Teluk Palu ini terletak di Jalan Rono, Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat.
Masjid ini didedikasikan untuk mengenang jasa mendiang Syekh Abdullah Raqi alias Datuk Karama.
Dia adalah seorang penyebar agama Islam di Sulawesi Tengah pada abad ke-17 yang berasal dari Sumatera Barat.
• Sulteng Hari Ini: Polisi Kembali Tangkap Dua Pelajar Pelaku Pencurian Alat Deteksi Gempa di Sigi
Kendati bukan masjid apung pertama di Tanah Air, Masjid Apung Palu telah menjadi salah satu ikon ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah itu.
Masjid Arkam Babu Rahman dibangun di perairan Teluk Palu yang bergaris pantai 43 kilometer dengan luas perairan 10.066 hektare.
Pilar-pilar pondasinya tertancap di kedalaman 10 meter.
Sekitar 25 pilar penyangga bangunan masjid terlihat jelas saat air laut surut.
Ombak Teluk Palu yang tenang ini tidak cukup kuat untuk merusak konstruksi masjid.
Sementara, bangunan masjid yang berjarak sekitar 30 meter dari bibir pantai Teluk Palu ini baru tampak mengapung saat air laut pasang.
Sehingga untuk memasuki area masjid, pengunjung dan jemaah harus melewati jembatan yang menghubungkan bibir pantai dengan masjid.
Tonton videonya di sini:
2. Kubah menyala di malam hari
Dikutip TribunPalu.com dari TribunnewsWiki.com, yang menjadi daya tarik masjid ini adalah ketika malam hari, setiap kubah dari Masjid Terapung akan memancarkan tujuh warna yang akan berubah dalam hitungan detik.
Untuk mencapai masjid, pengunjung bisa melewati jembatan yang dibuat khusus berlantai tegel dan dihiasi lampu-lampu di kanan dan kirinya.
Ketika melintasi jembatan, pengunjung bisa menikmasti Teluk Palu dan Jembatan Palu IV yang terletak tidak jauh dari sana.
Di saat Bulan Ramadhan, Masjid Terapung Palu sering dijadikan lokasi ngabuburit.
Selain untuk beribadah, masyarakat juga datang ke Masjid Terapung Palu untuk sekedar berfoto.
3. Jadi latar belakang foto yang Instagramable
Pascagempa bermagnitudo 7,4 yang disusul tsunami membuat kondisi masjid sedikit rusak.
Masjid tersebut tidak roboh melainkan hanya sedikit miring.
Sayangnya, jembatan penghubung masjid tersebut ikut rusak dan sama sekali tak terlihat konstruksi bangunannya.
Sehingga pengunjung pun hanya bisa memandangi dari bibir pantai dan jalan raya.
Para pengunjung hanya bisa menikmati Masjid Terapung ini dengan cara menjadikan masjid tersebut sebagai latar belakang saat berfoto.
(TribunPalu.com/Isti Prasetya)