5 Fakta Terkini Kasus Kabut Asap Akibat Karhutla di Sumatra dan Kalimantan, 6.025 Warga Alami ISPA

Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) telah mengakibatkan 6.025 warga mengalami infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

KOMPAS.COM/IDON TANJUNG
Kabut asap karhutla sangat pekat di jalan lintas Riau-Sumatera Barat di perbatasan Pekanbaru dengan Kabupaten Kampar, Riau, Kamis (12/9/2019). 

TRIBUNPALU.COM - Berdasarkan catatan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Harrison, kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) telah mengakibatkan sedikitnya 6.025 warga menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

Harrison menjelaskan, penderita ISPA di Kalbar menyasar hampir di semua rentang usia, yang meliputi bayi di bawah 5 tahun, anak-anak, dewasa dan orang lanjut usia.

Sejumlah bayi pun terpaksa diungsikan oleh orangtuanya karena menderita batuk, flu, sesak napas dan muntah-muntah akibat kabut asap.

Selain di Pulau Kalimantan, kabut asap juga melanda sejumlah wilayah di Sumatera, antara lain di Palembang dan Pekanbaru.

Baca fakta lengkapnya terkait nasib para korban bencana kabut asap:

1. Bayi-bayi terserang penyakit karena kabut asap

Salah satu bayi berusia dua bulan dibawa mengungsi orangtuanya ke posko kesehatan di Pekanbaru, Riau, Senin (16/9/2019).
Salah satu bayi berusia dua bulan dibawa mengungsi orangtuanya ke posko kesehatan di Pekanbaru, Riau, Senin (16/9/2019). (KOMPAS.COM/IDON TANJUNG)

Berdasarkan pantauan Kompas.com di posko pengungsian di Kantor DPW Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Provinsi Riau di Jalan Soekarno Hatta, Pekanbaru, Senin (16/9/2019) malam, beberapa bayi masih mengalami sakit.

"Bayi saya usia 23 hari alami batuk, sesak napas, flu dan hidung tersumbat," kata salah satu orangtua bayi, Dania (27) kepada Kompas.com. Warga Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, ini sejak, Jumat (13/9/2019) masuk ke posko pengungsian.

"Kami sekeluarga mengungsi, karena semuanya sakit karena dampak asap. Anak-anak, suami dan ibu saya di sini ngungsi," akui Dania.

Dia mengatakan, tiga hari yang lalu kondisi kesehatan bayinya sempat memburuk, yang membuat dirinya cemas.

"Kemarin itu sesak napas, lalu dirujuk ke rumah sakit. Tapi masih rawat jalan, jadi kembali lagi ke posko. Karena di sini lebih nyaman dan udara segar. Dan, kondisi bayi saya juga udah sedikit membaik," kata Dania.

Singapura Diselimuti Kabut Asap, Bagaimana Nasib Balapan F1?

Kabut Asap di Pekanbaru Semakin Pekat, Tagar Riau Dibakar Bukan Terbakar Trending di Twitter

2. Kabut asap semakin parah, warga mulai mengungsi

DISELIMUTI KABUT ASAP-Kondisi udara di sekitar Bandara APT Pranoto Jalan Poros Samarinda Bontang Samarinda Utara tampak diselimuti kabut asap, Minggu(15/9/2019).Tampak di area apron Bandara pesawat Batik Air dan Garuda Indonesia nyaris tertutup kabut asap.
DISELIMUTI KABUT ASAP-Kondisi udara di sekitar Bandara APT Pranoto Jalan Poros Samarinda Bontang Samarinda Utara tampak diselimuti kabut asap, Minggu(15/9/2019).Tampak di area apron Bandara pesawat Batik Air dan Garuda Indonesia nyaris tertutup kabut asap. (Tribunkaltim.co/ Nevrianto Hardi Prasetyo)

Kondisi kabut asap yang semakin parah, membuat sejumlah warga di Kecamatan Tenayan Raya, Pekanbaru, ini mengaku mengungsi sejak, Sabtu (14/9/2019).

"Saya bawa bayi mengungsi, karena sakit akibat kena dampak asap. Di sini kami mengungsi satu keluarga," kata Nora.

Dia juga belum memastikan kapan bisa kembali ke rumah. Untuk saat ini, masih memilih bertahan di posko.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved