Surat Terbuka dari Papua untuk Mendikbud Nadiem Makarim: Ibu Guru, Kami Takut Meja Patah
Seorang Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT) di Kabupaten Mappi mengirim surat terbuka pada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim.
Hanya ada dua orang guru yang mengajar 50 siswa.
Satu guru PNS dan satu guru honorer.
Kepada Diana, para siswa bercerita bahwa sekolah akan libur jika kepala sekolah harus ke kabupaten untuk urusan kedinasan.
Jika libur sudah mencapai seminggu, para siswa akan berangkat ke hutan mengikuti orangtua mereka mencari gaharu.
Bahkan sekolah pernah libur berbulan-bulan hingga setahun karena guru beralasan ada kegiatan kedinasan di kota.
Takut meja patah
Di surat terbukanya, Diana bercerita ada beberapa bangku di sekolahnya namun sudah reyot.
Salah seorang siswanya mencoba duduk di bangku tersebut.
Tapi ternyata bangku tersebut langsung roboh.
Saat menulis di atas meja, mereka pun takut karena mejanya bergoyang.
"Ibu guru kami takut meja patah," kata seorang murid kepada Diana.
Secara diam-diam siswanya sepakat duduk di lantai dan harus membungkuk saat belajar menulis.
"Kami semua duduk melantai sambil belajar menulis abjad," tulis Diana.
Diana dalam suratnya bercerita bahwa banyak sekolah dijuluki sekolah ujian karena hanya aktif menjelang ujian semester dan ujian nasional.
Bahkan Diana mengungkapkan bahwa ada sekolah yang memungut biaya sebesar Rp 500.000 saat ujian nasional.