Hari Raya Natal 2019
Rayakan Natal, Pasutri Asal Kulonprogo Bagikan Bingkisan Natal ke Tetangga Tanpa Pandang Agama
Pasutri asal Kulonprogo, Yogyakarta memiliki tradisi bagi-bagi bingkisan natal yang diserahkan pada tetangganya.
TRIBUNPALU.COM - Sri Nurjanah dan Harmanto, warga Dusun Karangetengah Loro, Desa Margosari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulonprogo, Yogyakarta memiliki tradisi sendiri saat natal.
Pasangan suami istri tersebut selalu membagikan bingkisan natal sejak tahun 1990-an. Kala itu mereka membuat 20 bingkisan natal yang akan diserahkan pada tetangga sekitar.
Sebagai pembuat roti, dalam bingkisan yang diberikan Sri Nurjanah dan Harmanto selalu ada roti bikinan mereka sendiri.
"Isinya selalu seperti ini. Hanya saja rotinya ganti-ganti, misal tahun kemarin roti gulung," kata Sri.
Selain roti, mereka juga menyiapkan lemper sebagai simbol untuk mempererat hubungan mereka.
Kepada Kompas.com, Sabtu (21/12/2019) Sri Nurajanah mengatakan tradisi membagikan bingkisan batal adalah sebagai tanda syukur dan sukacita bagi mereka di hari kelahiran Yesus Kristus di dunia.
• Beri Ucapan Selamat Natal untuk Umat Kristiani, Presiden Jokowi Ingatkan Tentang Kerukunan
• Natal dan Tahun Baru, Satlantas Polres Palu Lakukan Sistem Hunting Pelanggaran Kasat Mata
"Natalan itu selalu senang. Biar sekarang tetangga ikut merasakan sukacita kita," kata perempuan yang bekerja di Rumah Sakit Umum Kaliwates itu.
Ia mengatakan pemberian bingkisan atah hantaran lazim dilakukan oleh masyarakat Jawa yang disebut tradisi atar-arat atau anter-anter. Sebagian orang menyebutnya kendurian.
Pemberian bingkisan atau hantaran juga dilakukan saat orang mempunyai hajatan seperti khitanan, pernikahan, lamaran, peringatan kematian, dan perayaan lainnya.
Bingkisan untuk semua agama

Dengan berjalannya waktu, umat kristiani di Karangtengah Lor mengubah cara pemberian bingkisan natal.
Saat ini mereka membuat bingkisan secara bersama-sama. Cari tersebut dipilih agar pemberian bingkisan natal bisa menjangkau semua orang termasuk warga di lokasi terjauh.
Sebelum cara ini dilakukan, satu keluarga ada yang mendapatkan 3-4 bingkisan natal. Namun ada juga keluarga yang tidak pernah mendapatkan apa-apa.
Di rumah itu mereka merapikan kardus, menata roti, dan membungkus keripik jagung. Mereka juga menyiapkan lemper hangat dan telur asin.
Saat Kompas.com berkunjung pada Sabtu (22/12/2019), beberapa ibu rumah tangga yang beragama Katolik dan Kristen sedang mempersiapkan bingkisan.
Mereka adalah Theresia Irine Sumiati, Mariastuti, Muryani, Kristiana Sri Sulastri dan Sugiyem.
Setelah semuanya siap, bingkisan tersebut diantarkan langsung ke rumah para warga yang ada di 2 RT di dusun tersebut tanpa melihat agama dan kepercayaan pemilik rumah.
Ada 150 kepala keluarga yang menerima bingkisan tersebut.
• Dari Atas Kano, Susi Pudjiastuti Sampaikan Ucapan Selamat Natal dan Tahun Baru
• Rayakan Natal Bersama Ruben Onsu, Betrand Peto: Natal Kali Ini Sungguh Menyenangkan
Untuk tahun ini, satu bingkisan natal berisi roti bolu panda, kerikik jagung, tiga telur asin, dan lima nasi lemper.
Di bingkisan yang diberikan terdapat tulisan, "Hiduplah sebagai sahabat bagi semua orang.
"Mereka menerima dengan sukacita dan mengucap terima kasih. Mereka ada yang menyampaikan Selamat Natal dan mengharap Natal-nya berjalan lancar," kata Muryani, salah satu umat Kristiani yang ikut membagi bingkisan, Sabtu (21/12/2019).
Selain Muryani, Mbak Tien penjual empek-empek di wilayah tersebut juga membantu mebagikan bingkisan bersama Aska, anaknya yang masih duduk di bangku kelas 2 SD.
Sri juga mengatakan warga Dusun Karantengah Lor berasal dari beragam latar belakang. Mereka kebanyakan adalah pedagang dan pegawai.
Walaupun berasal dari berbagai macam latar belakang, kerukunan umat beragama tersebut sangat kuat.
Sri Nurjanah menceritakan hal yang paling mencolok adalah saat hari besar keagamaan. Ia mencontohkan saat Idul Adha, suaminya yang nasrani dan keluarga kristiani di dusun tersebut ikut membantu memotong daging.
"Suami ikut memotong daging, anak dan pemuda lain membersihkan kotoran dari kurban di sungai," katanya.
Semua warga tanpa kecuali menerima pembangian daging kurban.
"Kerukunannya bagus di sini," kata Sri.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Di Kulonprogo, Ada Toleransi di Sepotong Roti...",