Gunung Anak Krakatau Kembali Erupsi, PVMBG Sebut 4 Wilayah yang Aman dari Potensi Bahaya

Terkait aktivitas Gunung Anak Krakatau, Badan Geologi di bawah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah mengeluarkan siaran pers.

Instagram/pvmbg_kesdm
Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi pada Selasa (31/12/2019) pagi. PVMBG mengumumkan potensi bahaya dan wilayah yang aman dari ancaman aktivitas Gunung Anak Krakatau. 

TRIBUNPALU.COM - Gunung Anak Krakatau kembali mengalami erupsi pada Selasa (31/12/2019) pagi, tepatnya pukul 06.51 WIB.

Mengutip laman Kompas.com, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kasbani mengatakan, tinggi kolom abu teramati setinggi kurang lebih 1.000 meter di atas puncak atau kurang lebih 1.157 meter di atas permukaan laut.

Saat ini, Gunung Anak Krakatau berada pada status level II atau waspada.

Tingkat aktivitas level II (waspada) Gunung Anak Krakatau ditetapkan sejak 25 Maret 2019.

Terkait aktivitas Gunung Anak Krakatau, Badan Geologi di bawah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah mengeluarkan siaran pers.

Siaran pers berisikan data pemantauan Gunung Anak Krakatau, analisis, potensi bahaya, kesimpulan, dan rekomendasi.

Pengamatan visual dalam kurun waktu tiga bulan terakhir (Oktober - Desember 2019) menunjukkan masih adanya aktivitas erupsi.

Dalam periode Oktober hingga pertengahan November 2019, tinggi kolom erupsi dari dasar kawah teramati sekitar 150 - 200 meter.

Tinggi kolom erupsi pun mengalami peningkatan pada tanggal 30 dan 31 Desember 2019, menjadi 1.000 - 2.000 meter dari atas puncak.

Kolom erupsi teramati berwarna putih tebal yang mengindikasikan dominasi gas/uap air disertai material bebatuan berukuran abu yang terbawa ke permukaan.

Gunung Anak Krakatau Kembali Erupsi di Hari Terakhir 2019, Tinggi Kolom Capai 1.000 Meter

Waspada Hoaks Tsunami & Gempa di Akhir Tahun, BMKG Bagikan Prakiraan Cuaca di Malam Tahun Baru

Viral Kabar Banyak Bencana Alam di Akhir Tahun 2019, BMKG Ingatkan Masyarakat Agar Tak Mudah Percaya

Sementara itu, aktivitas kegempaan Gunung Anak Krakatau didominasi oleh gempa permukaan (hembusan dan letusan).

Gempa vulkanik (vulkanik dangkal, vulkanik dalam, low frequency, dan tremor) masih terjadi dengan jumlah naik-turun dan di atas kondisi normal.

Sedangkan dari pengamatan deformasi dengan menggunakan tiltmeter, aktivitas Gunung Anak Krakatau berfluktuasi dan menunjukkan adanya pola inflasi kecil menjelang kejadian erupsi tanggal 30 dan 31 Desember 2019.

Pada periode Oktober – November 2019 pengamatan rekaman tiltmeter menunjukkan kondisi stabil.

PVMBG juga menyebutkan, gempa letusan dan gempa vulkanik dalam waktu tiga bulan terakhir menunjukkan masih adanya suplai fluida dari kedalaman.

Jenis fluida diduga didominasi oleh gas/uap air, tetapi belum signifikan.

Energi gempa teramati berfluktuasi (naik-turun), dan mengalami peningkatan dalam dua hari terakhir, khususnya terkait dengan erupsi pada 30 dan 31 Desember 2019.

Meski begitu, kenaikan energi kegempaan masih lebih kecil jika dibandingkan dengan energi selama rangkaian erupsi Gunung Anak Krakatau pada Desember 2018 hingga Januari 2019 silam.

PVMBG juga menerangkan potensi bahaya pada Gunung Anak Krakatau.

Yakni, hampir seluruh tubuh Gunung Anak Krakatau yang berdiameter sekitar dua kilometer merupakan kawasan rawan bencana.

Potensi bahaya yang ditimbulkan aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini berupa lontaran material lava, aliran lava dan hujan abu lebat di sekitar kawah dalam radius 2 km dari kawah aktif.

Sementara itu, hujan abu yang lebih tipis dapat terpapar di area yang lebih jauh bergantung pada arah dan kecepatan angin.

Masyarakat atau pengunjung atau wisatawan diimbau untuk TIDAK beraktivitas dalam radius dua kilometer dari kawah atau puncak Gunung Anak Krakatau, atau di sekitar Kepulauan Anak Krakatau.

Namun, masih ada area yang masih aman dari potensi bahaya aktivitas Gunung Anak Krakatau.

Yakni, area wisata Pantai Carita, Anyer, Pandeglang dan sekitarnya, serta wilayah Lampung Selatan.

Dari pengamatan visual dan instrumental hingga Selasa (31/12/2019), PVMBG menyimpulkan belum ada peningkatan ancaman hingga siaran pers ini dirilis.

Tingkat aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau masih belum mengalami perubahan, yakni tetap pada level II (Waspada).

Gunungapi Anak Krakatau yang terletak di Selat Sunda merupakan gunung api strato tipe A.

Gunung ini juga tergolong gunung api muda yang muncul dalam kaldera, pasca-erupsi paroksimal tahun 1883 dari Kompleks Vulkanik Krakatau.

Aktivitas erupsi pasca-pembentukan dimulai sejak tahun 1927, pada saat tubuh gunung api masih di bawah permukaan laut.

Tubuh Gunung Anak Krakatau baru muncul ke permukaan laut pada tahun 1929.

Sejak saat itu hingga kini Gunung Anak Krakatau berada dalam fase konstruksi (membangun tubuhnya hingga besar).

(TribunPalu.com/Rizki A.)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved