Cerita Atlet
Rogoh Kocek Lebih dari Rp500 Juta untuk Biaya Turnamen, Segini Penghasilan The Daddies, Balik Modal?
Jadi pemain non-pelatnas, The Daddies rogoh kocek hingga lebih dari Rp500 juta untuk biaya turnamen. Lalu berapakah pengasilannya? Bisa tutup modal?
TRIBUNPALU.COM - Setelah memutuskan untuk kembali bergabung di Pelatnas, pasangan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan tampil gemilang meskipun di usia yang sudah terbilang senior.
Pasangan ini sempat berpisah setelah Olympic Rio 2016.
Tak tanggung-tanggung, epic comeback duet Hendra/Ahsan ke laga kompetisi internasional sama sekali tidak mengecewakan.
Hal itu terlihat dari rentetan BWF World Tour 2019 yang sukses meraih gelar prestisius seperti All England 2019, BWF World Championships 2019, dan BWF World Tour Finals 2019.

• Yuta Watanabe Terang-terangan Minta Trofi Milik The Daddies, Begini Jawaban Kocak Hendra Setiawan
Berbicara mengenai deretan prestasi pasangan berjuluk The Daddies ini, maka perhatian juga tertuju pada banyaknya turnamen yang sudah mereka ikuti.
Pada 2019 lalu, Hendra/Ahsan tercatat mengikuti 19 turnamen di seluruh belahan dunia.
Mengingat status Hendra/Ahsan adalah pemain non-pelatnas alias independen, maka biaya turnamen dan segala kebutuhan mereka terkait partisipasi dalam suatu kompetisi tersebut sudah pasti ditangani oleh mereka sendiri.
Saat ditanya soal berapa jumlah biaya yang mereka keluarkan untuk mengikuti seluruh turnamen tersebut, rupanya jumlah modal turnamen sepanjang tahun tidaklah sedikit.
Pasalnya, paling tidak Hendra/Ahsan mengeluarkan biaya sebesar Rp 500 juta lebih.
"Ya kira-kira dalam satu tahun itu 500 juta rupiah, itu bisa lebih, dan baru untuk satu orang saja," kata Hendra Setiawan, seperti dikutip SportFEAT.com.

• Update Ranking Kualifikasi Olympic 2020: Rawan Tertikung karena Jarak Tipis, Musim 2020 Makin Sengit
Kendati harus merogoh kocek sendiri serta mandiri dalam mencari sponsor apparel dan lainnya, Hendra/Ahsan justru merasa tidak terbebani sama sekali.
Selain itu, tidak lagi berstatus sebagai pemain pelatnas malah membuat Hendra/Ahsan semakin nyaman dan leluasa.
Untuk diketahui, Hendra/Ahsan memang masuk dalam daftar nama pelatnas PBSI 2020.
Namun, mereka hanya berstatus sebagai pemain sparring alias latih tanding.
Fasilitas di pelatnas bisa mereka manfaatkan, akan tetapi biaya turnamen dan segala keperluan kompetisi tetap mereka atur sendiri.

Lalu dengan modal Rp 500 juta lebih tersebut, sebenarnya berapakah penghasilan Hendra/Ahsan sepanjang 2019?
Diketahui, Badminton World Federation (BWF) telah merilis daftar pebulutangkis di sepanjang tahun 2019 pada Rabu (18/12/2019), The Daddies mendapatkan miliaran rupiah selama mengikuti 19 turnamen sepanjang tahun.
Hendra/Ahsan berhasil mengumpulkan tiga gelar prestisius sepanjang 2019.

Dengan pencapaian tersebut, maka masing-masing berhak atas 200.320 dolar Amerika Serikat atau Rp2,8 miliar.
Sehingga dengan modal Rp 500 juta, The Daddies masih mendapatkan keuntungan dari hadiah yang peroleh dari setiap turnamen sebesar Rp2,3 miliar.
Panghasilan ini belum termasuk bonus dari PBSI maupun klub yang menaungi keduanya, serta pihak sponsor yang turut memberikan apresiasi yang berbeda kepada atletnya.
Dengan penghasilan tersebut, membawa nama Hendra/Ahsan di jajaran nomor sembilan dunia pebulutangkis yang berpenghasilan tertinggi.
• H-5 Malaysia Masters 2020: Simak Hasil Drawing dan Preview Laga Wakil Indonesia, The Minions Aman?
Berikut TribunPalu.com telah merangkum dari laman resmi bwfbadminton.com, pebulutangkis dengan penghasilan tertinggi sepanjang tahun 2019:
- Kento Momota US $ 506.900: Rp 7.096.600.000
- Chen Yu Fei US $ 387.875: Rp 5.430.250.000
- Tai Tzu Ying US $ 307.700: Rp 4.307.800.000
- Zheng Si Wei US $ 263.200,63: Rp 3.684.800.000
- Huang Ya Qiong US $ 263.200: Rp 3.684.800.000
- Akane Yamaguchi US $ 249.272: Rp 3.489.808.000
- Marcus Fernaldi Gideon US $ 245,316: Rp 3.434.424.000
- Kevin Sanjaya Sukamuljo US $ 245,316: Rp 3.434.424.000
- Chou Tien Chen US $ 234.610: Rp 3.284.540.000
- Chen Qing Chen US $ 216.131: Rp 3.025.834.000
- Jia Yi Fan US $ 216.131: Rp 3.025.834.000
- Mohammad Ahsan US $ 200.230: Rp 2.803.220.000
- Hendra Setiawan US $ 200.230: Rp 2.803.220.000
Tanpa The Minions, BWF Beri Apresiasi 5 Rekor Terbaik di Tahun 2019; The Daddies Diberi Julukan Baru
Musim kompetisi BWF 2019 telah resmi berakhir setelah gelaran turnamen pamungkas, BWF World Tour Finals pada 11-15 Desember lalu.
Diketahui, banyak kejutan yang terjadi pada musim 2019, termasuk cemerlangnya prestasi Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan yang tak terduga.
Tak ayal nama The Daddies, panggilan akrab pasangan Hendra/Ahsan, masuk dalam daftar lima rekor terbaik versi BWF.
Sebaliknya, nama Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo justru tidak terlihat di buku raport BWF tahun ini.
Padahal, pasangan berjuluk The Minions tersebut telah menyabet delapan gelar juara dari 13 turnamen BWF World Tour yang mereka ikuti.

Alhasil, nama The Daddies menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang mendapatkan nilai bagus di raport BWF.
Lalu, siapa saja yang termasuk lima pemain yang menjadi pemecah rekor terbaik sepanjang 2019?
• The Daddies Vs The Minions; Awalnya Serius, Ulah Ricuh Ahsan dan Kevin Sanjaya Justru Bikin Tertawa
Dikutip TribunPalu.com dari laman resmi BWF, berikut lima pemain yang bisa ciptakan rekor bintang di tahun 2019:
1. Kento Momota sabet 11 gelar juara
Konsistensi dari tunggal putra Jepang, Kento Momota, semakin cemerlang di tahun ini berkat prestasi yang ia raih.
Dalam catatan BWF, Kento Momota berhasil menyabet 11 gelar juara dari 12 babak final yang ia lakoni sepanjang tahun 2019.
Tak heran jika catatan apik ini bisa mematahkan rekor milik legenda bulutangkis asal Malaysia, Lee Chong Wei.
Pasalnya, sebelumnya Lee Chong Wei menggenggam rekor delapan titel kampiun dalam satu tahun kompetisi.

Tak hanya rangkaian BWF World Tour, gelar-gelar prestisius seperti All England, BWF World Championships, dan BWF World Tour Finals 2019.
Gelar pamungkasnya ini menjadi istimewa lantaran pada 2018 silam, Kento Momota ditekuk oleh tunggal putra China, Shi Yu Qi.
• Momen Nagih Laga Kento Momota vs Anthony Ginting Sepanjang 2019; BWF Ketularan Beri Julukan MomoGi
• Yakin Menang, Kento Momota Keluarkan Jurus Tengilnya; Berpose saat Raih Poin dan Push Up di Lapangan
2. Pusarla V Sindhu copot status 'Miss Runner-up'
Kendati tak banyak meraih gelar juara atau tampil konsisten, tunggal putri India, Pusarla V Sindhu, tetap memiliki sesuatu untuk dibanggakan dari perjalanan kariernya di tahun 2019.
Pasalnya, setelah berkali-kali harus puas menjadi runner-up pada sejumlah event penting yakni Kejuaraan Dunia (2017 dan 2018), Olimpiade Rio 2016, dan Asian Games 2018, Pusarla V Sindhu akhirnya berhasil mematahkan tren negatif itu pada tahun ini.

Pusarla V Sindhu berhasil naik ke podium kampiun BWF World Championships 2019 setelah menundukkan wakil Jepang, Nozomi Okuhara.
Kemenangan tersebut sekaligus menjadi ajang balas dendam Pusarla V Sindhu atas Nozomi Okuhara yang mengalahkannya pada final BWF World Championships 2017.
• Bak Habis Manis Sepah Dibuang, Perlakuan Buruk Pusarla V Sindhu Bikin Mantan Pelatih Sakit Hati
• Nasib Apes Nozomi Okuhara Usai China Open 2019; Runner Up 7 Kali hingga Lengser dari Posisi Puncak
3. Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong sapu bersih gelar Super 1000 dan ajang prestisius

Tampil mendominasi, publik Indonesia lantas menjuluki pasangan ganda campuran, Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong sebagai 'Pasangan Auto-juara'.
Pasangan ini pun membuktikan julukan tersebut di tahun ini.
Tak hanya menggenggam gelar juara dunia 2019, Zheng/Huang juga melengkapi pencapaian mereka dengan menyapu bersih titel BWF Super 1000 yakni All England Open, Indonesia Open, China Open dan menjuarai BWF World Tour Finals.
Prestasi ini pun menjadikan Zheng/Huang sebagai pemain atau pasangan pertama yang mampu menciptakan rekor ini.
Bahkan, BWF sampai menyebut pencapaian Zheng/Huang tersebut sebagai 'Super Grand Slam'.
• Meski Kalah Nyesek, Momen Praveen/Melati dan Rivalnya Ini Bikin Kagum, BWF: Sangat Suka Adegan Ini!
• 4 Potret Manis Praveen dan Melati: Beri Surprise, Pelukan Selebrasi hingga Gandeng Tangan di Podium
4. BWF beri julukan baru untuk The Daddies
Kalimat 'tua-tua keladi, makin tua makin menjadi' memang sangat layak disematkan kepada pasangan ganda putra Indonesia, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.
Di tengah perbedaan arus permaianan para junior mereka, seperti Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, serta para pasangan muda lainnya, Hendra/Ahsan tetap mampu membuktikan kepada dunia bahwa mereka belum kehabisan prestasi.
Punya ambisi untuk kembali tampil pada Olympic Tokyo 2020 membuat pasangan berjulukan The Daddies itu mendapatkan apresiasi tinggi dari BWF.
Apresiasi tersebut berupa julukan baru dari BWF yang disematkan kepada The Daddies, yakni menjelma menjadi Super Daddies.

Wajar saja, karena sepanjang tahun ini, Hendra/Ahsan berhasil meraih gelar-gelar prestisius yakni All England Open, BWF World Championships, dan BWF World Tour Finals.
Selain itu, Hendra/Ahsan juga menjuarai New Zealand Open, serta kerap menjadi runner-up.
Tak tanggung-tanggung gelar runner-up itu didapatkan sebanyak tujuh kali, yakni dari turnamen Indonesia Masters, Singapore Open, Indonesia Open, Japan Open, China Open, Denmark Open, hingga Hong Kong Open.
Dari sisi lain, Hendra Setiawan juga mengukir rekor sebagai pebulutangkis tertua yang mampu menjadi juara dunia.
Pasalnya, saat naik ke podium sebagai kampiun BWF World Championships 2019, usia Hendra genap 35 tahun.
• Pecahkan Skor Tak Lazim, Daddies Bikin BWF Heran: Siapa Lagi yang Serangan Jantung?
• Menangkan Semifinal, Ahsan/Hendra Bikin Jantungan Lagi; Capai Final Ke-10 dan Disebut Rally Terbaik
5. Kunlavut Vitidsarn ciptakan hattrick juara dunia junior
Dari level junior, prestasi mencengangkan juga berhasil diukir oleh pemain tunggal putra Thailand, Kunlavut Vitidsarn.
Sosok berusia 18 tahun itu mencetak hattrick gelar juara setelah kembali naik ke podium kampiun pada Kejuaraan Dunia Junior 2019 di Kazan, Rusia.
Vitidsarn menyabet gelar jawara dunia ketiganya dengan mengalahkan tunggal putra Prancis. Christo Popov, 21-8, 21-11, pada laga final.

Sebelumnya, Vitidsarn sudah lebih dulu menjadi juara dunia junior pada tahun 2018 di Kanada dan tahun 2017 di Indonesia.
Vitidsarn pun kini membukukan rekor sebagai pemain tunggal putra pertama yang mampu meraih gelar juara dunia junior tiga tahun beruntun.
• Aksi Simpatik Ratchanok saat Bantu Gregoria yang Cedera: Lupakan Selebrasi hingga Bawakan Tas
• Karena Hal Sepele, Kevin Sanjaya Pernah Ditolak PB Djarum 13 Tahun Lalu, Kini jadi Indonesian Titans
(TribunPalu.com/Isti Prasetya)