Terkini Internasional

Virus Corona Wuhan, Ilmuwan Khawatirkan Hal Terburuk: Penularannya 10 Kali Lebih Besar daripada SARS

Seorang ahli virus dari China, Guan Yi, memperingatkan, masih ada kemungkinan terburuk yang harus diantisipasi terkait virus corona.

Sky News
Wabah virus Corona di Wuhan, China. 

TRIBUNPALU.COM - Virus corona jenis baru merebak pada awal tahun 2020.

Hingga Jumat (24/1/2020), dilaporkan 26 orang telah tewas akibat virus corona.

Sementara itu, tercatat sudah ada 830 kasus orang yang diduga kuat terinfeksi virus corona.

Akibatnya, sembilan kota di China, dilaporkan dikenai larangan bepergian.

Kota Wuhan sendiri sudah diisolasi.

Mengutip laman This is Insider, virus corona yang berasal dari Wuhan, China, diduga menyebar dari ular ke manusia.

Cegah Virus Novel Corona di Indonesia, Kemenkes Siapkan Termoscanner di 135 Pintu Negara

Simak Gejala Flu Demam karena Virus Corona, Tampak seperti Flu Biasa, Begini Cara Pencegahannya

Selain itu, seorang ahli virus dari China, Guan Yi, memperingatkan, masih ada kemungkinan terburuk yang harus diantisipasi terkait virus corona.

Guan Yi mengatakan kepada media China Caixin, penularan atau penyebaran wabah virus corona diperkirakan dapat mencapai 10 kali lebih besar ketimbang wabah severe acute respiratory syndrome (SARS) yang terjadi pada 2003 lalu.

Saat itu, Guan Yi membantu mengidentifikasi virus SARS yang juga merupakan famili virus korona.

SARS menginfeksi lebih dari 8.000 orang dan menewaskan 774 orang.

Namun, virus corona terbaru kali ini tampaknya lebih 'jinak' jika dibandingkan dengan SARS.

Coronavirus
Coronavirus (medscape.com)

Simak Gejala Flu Demam karena Virus Corona, Tampak seperti Flu Biasa, Begini Cara Pencegahannya

Hasil Genetika Mengungkapkan Bahwa Virus Corona China Diduga Berasal dari Ular, Ini Penjelasannya

Cegah Virus Novel Corona di Indonesia, Kemenkes Siapkan Termoscanner di 135 Pintu Negara

Lalu, apa alasan Guan Yi menyebut penyebaran wabah virus korona Wuhan bisa lebih buruk ketimbang SARS?

Ia menyebut, hal itu disebabkan Pemerintah China melewatkan 'periode emas' untuk menghentikan persebaran virus.

Orang-orang sudah memulai perjalanan Tahun Baru China, yang menjadi masa bepergian paling sibuk di negara itu, sebelum Kota Wuhan diisolasi.

Guan Yi memperkirakan, masa inkubasi virus korona berlangsung sekitar delapan hari.

"Menurut saya, pemerintah setempat tidak melakukan hal yang seharusnya. Mereka bahkan belum memberikan panduan karantina kepada orang-orang yang meninggalkan kota," kata Guan Yi.

Guan Yi menambahkan, pasar seafood di Hunan yang diduga menjadi awal menyebarnya virus corona sudah dibersihkan.

Inilah yang menyebabkan bukti jadi hilang.

"Saya belum pernah merasa takut. Kali ini, saya benar-benar takut," kata Guan Yi kepada Caixin.

Sementara itu, Ilmuwan dari Johns Hopkins University, Eric Toner, sebelumnya mengatakan kepada Business Insider, meski virus korona kali ini lebih 'jinak' daripada SARS, kemungkinan penularannya lebih cepat dan mudah.

Virus corona awal tahun 2020 ini pun telah dibandingkan dengan sejumlah virus mematikan lainnya di dunia.

  • Virus Ebola yang teridentifikasi pertama kali pada 1976, tercatat ada 33.577 kasus, 13.562 kematian, dengan tingkat fatalitas 40,4 persen dan persebaran di 9 negara (per 23 Januari 2020).
  • Virus Nipah yang teridentifikasi pada 1998, tercatat 513 kasus, 398 kematian, tingkat fatalitas 77,6 persen, dan persebaran di 2 negara.
  • Virus SARS yang teridentifikasi pada 2002, tercatat 8.096 kasus, 774 kematian, tingkat fatalitas 9,6 persen, dan persebaran di 29 negara.
  • Virus MERS yang teridentifikasi pada 2012, tercatat 2.494 kasus, 858 kematian, tingkat fatalitas 34,4 persen, dan persebaran di 28 negara (per November 2019).
  • Virus Wuhan yang teridentifikasi pada 2020, tercatat 830 kasus, 26 kematian, tingkat fatalitas 3,1 persen, dan persebaran di 9 negara (per 23 Januari 2020).

Heboh Kerajaan Baru di Garut Bernama Kerajaan Kandang Wesi, Rajanya Bantah Sebarkan Aliran Sesat

Duta Besar China untuk RI Sebut Perairan Natuna Milik Indonesia

60 Ucapan Selamat Tahun Baru Imlek dalam 3 Bahasa, dan Arti Sebenarnya dari Gong Xi Fa Cai

Seorang profesor di China yang mengajar ekonomi pertanian di Jerman juga mengeluarkan peringatan yang berbeda, tetapi sama mendesaknya.

Wabah virus corona diprediksi akan memuncak 90 hari setelah permulaannya, kata Yu Xiaohua kepada South China Morning Post.

Ini berarti, diperkirakan puncak wabah virus korona akan terjadi pada bulan Maret mendatang.

Dampaknya akan masih berlanjut hingga awal bulan Mei, tulis Yu Xiaohua di platform media sosial China, Weibo.

Prediksi Yu Xiaohua didasarkan pada model matematika yang menggunakan data dari persebaran wabah SARS.

Meski begitu, prediksi ini belum memasukkan upaya apa saja yang dilakukan pemerintah China untuk mengurangi persebaran virus, termasuk dengan mengarantina sejumlah kota.

Di luar China, kasus virus corona telah dilaporkan di sejumlah kota dan negara.

Yakni, Amerika Serikat, Thailand, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Vietnam, Singapura, dan Arab Saudi, serta kota Macau dan Hong Kong.

Wabah virus Corona di Wuhan, China.
Wabah virus Corona di Wuhan, China. (Sky News)

Sejumlah video yang beredar di internet menunjukkan pasien yang terinfeksi diangkut dengan boks logam atau tube plastik untuk mencegah penularan virus.

Sementara itu, pasien diduga terinfeksi di Amerika Serikat yang dirawat di sebuah rumah sakit di Everett, Washington.

Di sana, pasien tersebut diperiksa oleh dokter yang menggunakan robot yang dilengkapi dengan kamera, microphone, dan stetoskop untuk meminimalisir kontak.

Sebagaimana diwartakan Kompas.com pada Jumat (24/1/2020), Badan Kesehatan Dunia (WHO) masih belum menetapkan virus corona kali ini ke level darurat.

Sebab, baru ada total 13 negara yang terinfeksi.

Namun, level darurat bisa saja ditetapkan cepat atau lambat.

"Meski begitu, cepat atau lambat bisa terjadi," jelas Sekretaris Jenderal WHO, Dokter Tedros Adhanom Ghebreyesus.

(TribunPalu.com/Rizki A.) (Kompas.com/Ardi Priyatno Utomo)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved