Terkini Internasional
Pemerintah Terkesan Tutupi Informasi, Warga China Samakan Virus Corona dengan Tragedi Chernobyl
Terkesan sempat ditutup-tutupi, sejumlah warga China menyamakan upaya pemerintah mereka mengatasi virus Corona dengan tragedi Chernobyl.
TRIBUNPALU.COM - Wabah virus corona baru atau Novel Corona Virus (2019-nCoV) masih terus merebak setiap harinya.
Jumlah orang yang diduga terinfeksi virus corona maupun korban tewas semakin bertambah.
Seiring pemerintah China terus berupaya mengatasi penyebaran virus corona, beberapa warga China telah membuat analogi terkait virus yang disebut-sebut bisa lebih mudah menular ketimbang SARS ini.
Dikutip TribunPalu.com dari laman This is Insider, sejumlah warga China menyamakan upaya pemerintah mereka mengatasi virus Corona dengan tragedi Chernobyl.
Tragedi Chernobyl merupakan insiden kecelakaan nuklir terburuk di dunia pada 1986.
Dalam sebuah situs ulasan film dan buku China yang bernama Douban, serangkaian komentar terkait wabah virus corona muncul dalam grup diskusi tentang serial drama HBO berjudul Chernobyl.
Sama seperti judulnya, serial drama Chernobyl mengisahkan tentang gagalnya upaya Uni Soviet dalam mengatasi kebocoran nuklir dan upaya mereka yang terkesan 'menyembunyikan' insiden tersebut.
Beberapa pengguna mengatakan mereka seperti ''sedang menyaksikan sejarah."
Dalam konteks ini, mereka menarik garis paralel atau kesamaan antara upaya otoritas setempat China
yang berupaya menekan informasi mengenai virus corona dan upaya Uni Soviet yang berusaha menutup-nutupi insiden Chernobyl di Ukraina.
Pihak berwenang Uni Soviet menunda evakuasi dan menahan informasi tentang bahaya kebocoran radiasi nuklir.
• Antisipasi Virus Corona, Maskapai Indonesia Stop Terbang ke Wuhan
• Dua Opsi DPR Selamatkan Mahasiswa RI yang Terisolasi di Wuhan karena Wabah Virus Corona

Penduduk Kota Wuhan menuding pemerintah setempat tidak memberikan peringatan kepada masyarakat tentang potensi merebaknya wabah virus corona.
Salah satu pengguna bahkan memberikan komentar "Chernobyl 2020" untuk merujuk wabah virus kali ini.
Namun, komentar tersebut telah dihapus.
Beberapa pengguna lain pun memberikan komentar:
"Kali pertama saya menonton [serial Chernobyl], saya harus berhenti beberapa kali karena itu sangat bodoh dan membuat depresi," kata salah seorang pengguna.
"Menontonnya untuk kali ini, kolega saya di Wuhan memberitahu saya, suara ambulans tak pernah berhenti, ternyata kita sendiri-lah yang jadi Chernobyl sebenarnya."
• Sejak 2018, Bill Gates Sudah Prediksi Virus Corona Jadi Ancaman Paling Mematikan Ketiga di Dunia
• 14 Negara Mengkonfirmasi Ada Warganya Positif Virus Corona, Ada Jepang sampai Nepal
Pengguna lain mengatakan, mereka berharap pemerintah China dapat belajar dari pengalaman tragedi Chernobyl yang diangkat menjadi serial drama HBO ini.
Pengguna itu juga menambahkan, satu-satunya hal yang dapat melindungi masyarakat dari wabah virus corona adalah arus informasi yang bebas, bukan kecanggihan teknologi.
"Apa yang dapat melindungi kita semua? Bukan pesawat, bukan pula [semacam teknologi] mendarat di Bulan..." tulis pengguna itu. "Melainkan kebebasan informasi, berita, dan pengadilan independen."
Beberapa warganet menunjuk pada kondisi sebelumnya di mana China juga berusaha menutupi informasi mengenai wabah SARS pada 2003 silam.
Mereka menyindir bahwa para politikus di Wuhan tak lagi bisa menyembunyikannya dan meminta pemerintah turun tangan.
Kritik ini muncul setelah Wali Kota Wuhan mengakui bahwa informasi mengenai virus corona terlalu lambat dirilis.
Penduduk Kota Wuhan merasa marah karena mereka tidak diberi informasi lebih awal soal risiko yang berkaitan dengan wabah virus corona.
Padahal, virus corona diduga kuat bermula dari sebuah pasar di Wuhan pada bulan Desember 2019 lalu.
Pada hari-hari pertama merebaknya virus corona, otoritas China dilaporkan telah menahan sejumlah warga dan jurnalis yang mereka sebut telah menyebarkan rumor penyakit ini secara online.
• Sibuk Urus Korban Virus Corona, Tim Medis Tak Sempat ke Toilet dan Harus Pakai Popok Dewasa

Kini, pemerintah China memfokuskan upaya untuk mencegah penyebaran virus corona.
Yakni dengan mengarantina 11 juta penduduk Kota Wuhan dan penduduk di 12 kota lainnya.
China juga membangun sebuah rumah sakit di Wuhan dalam waktu super cepat, yakni enam hari.
Selain itu, China juga memberlakukan larangan bepergian ke luar negeri.
Pada Sabtu (25/1/2020), Presiden China Xi Jinping mengatakan, virus corona menyebar semakin cepat dan menimbulkan ancaman besar bagi negaranya.
Terlepas dari upaya pemerintah China, virus corona masih terus menyebar.
Mengutip laman Kompas.com, update terbaru dari pemerintah China menyebutkan, korban tewas akibat virus corona mencapai 106 orang.
Sementara itu, lebih dari 4.500 orang terinfeksi.
Berdasarkan pernyataan resmi komite kesehatan nasional, 26 orang tewas dalam kurun waktu 24 jam terakhir, dilaporkan AFP Selasa (28/1/2020).
Jumlah 106 orang yang meninggal menjadi lonjakan yang hampir dua kali lipat setelah pada Senin (27/1/2020), korban berada di angka 82 orang.
Komisi Kesehatan Nasional China juga menuturkan, jumlah orang yang terpapar virus corona mencapai 4.515, dua kali lipat dibanding 2.744 sehari sebelumnya.
Badan kesehatan China melanjutkan, saat ini mereka masih menunggu konfirmasi laboratorium terkait 7.000 orang yang diduga terkena virus.
Sementara itu, virus corona juga telah menyebar hingga 12 negara lain, termasuk Jepang, Prancis, Australia, Kanada, dan Amerika Serikat.
(TribunPalu.com/Rizki A.) (Kompas.com/Ardi Priyatno Utomo)