Virus Corona
WHO Sebut Virus Corona Lebih Berbahaya Dibanding Serangan Terorisme
Dirjen WHO, Tedros Ghebreyesus menyatakan bahwa wabah virus corona merupakan 'worst enemy you can ever imagine'
Tidak hanya itu, pesimisme untuk segera mengatasi kasus virus corona ini juga disebabkan karena vaksin yang belum tersedia.
Tedros Ghebreyesus menyebut bahwa vaksin virus corona baru akan tersedia dalam waktu 18 bulan lamanya.
WHO tetapkan nama baru untuk virus corona
WHO telah menetapkan nama baru untuk virus yang menyerang saluran pernafasan ini.
Dikutip dari laman TIME, WHO menetapkan nama resmi untuk virus corona baru ini, yakni COVID-19.
Nama baru COVID-19 merupakan singkatan dari Corona Virus Disease 19.
Pemberian nama ini memiliki tujuan khusus, yakni untuk tidak mengacu ada Wuhan, kota di China yang menjadi awal munculnya virus corona baru tersebut.
"Pemberian nama sangat penting untuk mencegah penggunaan nama lain yang tidak akurat atau penuh stigma," kata Tedros Ghebreyesus.
"Pemberian nama juga menjadi format standar agar digunakan untuk wabah virus corona lain yang merebak di masa yang akan datang," lanjutnya.
WHO mengacu pada panduan yang dibuat tahun 2015 lalu yang memastikan nama [virus] tidak merujuk pada lokasi geografis, binatang, individu atau sekelompok orang, tetapi juga sekaligus masih bisa diucapkan dan terkait dengan penyakitnya.
Para pakar kesehatan publik telah sepakat untuk tidak memberi nama virus corona baru ini berdasarkan nama wilayah geografis di China.
Jika pemberian nama virus corona ini masih 'berbau' nama kota Wuhan, dikhawatirkan nama tersebut akan menimbulkan cap atau stigma terhadap penduduk Wuhan yang juga menjadi korban penyakit tersebut.
Hal ini diungkapkan oleh pakar kesehatan publik sekaligus profesor hukum di Northeastern University, Wendy Parmet, kepada TIME.
"Orang-orang cenderung berpikir bahwa suatu penyakit menjadi semacam 'kepemilikan', sama halnya dengan mengidentifikasi karakteristik dari beberapa orang yang tinggal di tempat tertentu, hal ini tentu memicu stigma," kata Wendy.
"Dianggap sebagai pusat suatu penyakit tentu membuat orang atau tempat itu menjadi tidak produktif. Hal ini malah membuat kota lain [tempat suatu wabah atau penyakit muncul] enggan berterus terang atau melaporkan adanya penyakit, jika kota itu diberi cap/label sebagai nama penyakit," pungkasnya.
Diketahui, menyusul merebaknya wabah virus corona, ada sejumlah laporan mengenai insiden atau sikap xenofobia (ketidaksukaan atau ketakutan terhadap orang-orang dari negara lain, atau yang dianggap asing), terhadap orang-orang keturunan Asia.
(TribunPalu.com/Clarissa Fauzany/Rizki A.)