Tangis Haru di Pemakaman Bocah 6 Tahun yang Dibunuh Remaja, Sang Ayah Minta Pelaku Dihukum Mati
Tangis haru menyelimuti pemakaman APA (6), seorang bocah perempuan yang ditemukan tewas di lemari pakaian.
TRIBUNPALU.COM - Tangis haru menyelimuti pemakaman APA (6), seorang bocah perempuan yang ditemukan tewas di lemari pakaian.
Bocah berusia enam tahun tersebut tewas dibunuh oleh NF (15), seorang remaja puteri di Sawah Besar, Jakarta Pusat.
APA dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Tengsin, Sabtu (7/3/2020) pagi tadi.
Beberapa keluarga dan tetangga korban pun turut serta mengantar jenazah ke tempat peristirahatan terakhirnya itu.
Saat prosesi pemakaman berlangsung, isak tangis mengiringi kepergian korban, bahkan ibu korban pun tak kuasa memendung air matanya yang terus mengalir di sepajang prosesi pemakaman.
Ia pun hanya tampak duduk didampingi oleh suaminya tepat di liang lahat anaknya, tak hanya itu nenek korban yang turut serta hadir di pemakaman pun tak sangup melihat cucunya dimasukkan kedalam liang lahat, ia pun nyaris pingsan.

• Dua Cawagub Jakarta Bahas Banjir: Nurmansjah Lubis Singgung Ahok, Riza Patria Salahkan Pemilik Vila
• Tanggapi Kalista Iskandar tak Hafal Pancasila, Sarah Sechan: Banyak yang Hafal, Penerapannya Gimana?
• Rangkuman Kasus Remaja Bunuh Bocah di Sawah Besar: Hasil Pemeriksaan Sementara hingga Tanggapan KPAI
Beruntung beberapa anggota keluarganya pun langsung memindahkan nenek korban menjauh dari lokasi pemakaman.
Iringan doa pun terus di panjatkan kepada para pelayar yang hadir, mereka seakan tak percaya akan nasib malang bocah usia 6 tahun itu.
Meski anggota keluarga mengaku mengikhlaskan kepergian APA (6), namun pihak keluarga ingin proses hukum terus berjalan, meskipun pelakunya masih di bawah umur,
Sebab apa yang dilakukannya adalah hal yang cukup sadis.
"Kami gak bisa bilang banyak, yang penting proses hukum tetap berjalan," kata Paman Korban, Rizal, Sabtu (7/3/2020).
Permintaan ayah korban

Sementara itu Ayah Korban, Kartono menyampaikan hal serupa jika ia berharap pelaku dapat dijerat hukuman yang setimpal atas apa yang diperbuatnya, sebab apa yang dilakukan pelaku terbilang tak manusiawi.
"Saya pinginnya pelaku dihukum seberat-beratnya, kalau bisa hukuman mati lah," katanya.
Selain itu, Kartono mengaku tak menyangka akan perbuatan pelaku kepada anaknya, sebab anaknya memang kerap bermain di rumah pelaku, karena ibu korban ikut pekerja di tempat tinggal pelaku untuk membantu membuat kue.