Curhatan Perawat yang Melihat Supermarket Kosong setelah 2 Hari Lembur di RS: Kami juga Butuh

Seorang pekerja medis yang putus asa membagikan videonya menangis karena melihat supermarket yang kosong.

Editor: Imam Saputro
Tribun Bali/Rizal Fanany
FOTO ILUSTRASI - RSUP Sanglah Denpasar, Bali, menggelar simulasi terkait penanganan virus corona, Rabu (12/2/2020) 

TRIBUNPALU.COM - Seorang pekerja medis yang putus asa membagikan videonya menangis karena melihat supermarket yang kosong.

Dawn Bilbrough adalah suster yang bekerja di Kota York, Inggris.

Dawn mendesak masyarakat agar berhenti melakukan panic buying dan menimbun makanan maupun barang kebutuhan lainnya.

Suster berusia 51 tahun ini hanya sebagian kecil dari orang yang tidak kebagian kebutuhan pokok di supermarket.

Mengutip Metro, supermarket maupun pusat perbelanjaan di seluruh Inggris kewalahan menghadapi permintaan yang sinifikan ini.

Dawn menumpahkan kekesalan dan kesedihannya pada video berdurasi pendek tersebut.

Wanita ini bercerita bahwa dia baru saja menyelesaikan shift selama 48 jam, sebagai perawat di area kritis.

Dia ingin membeli kebutuhan pokok untuk beberapa hari ke depan, nahasnya yang dihadapannya hanyalah rak-rak kosong.

Dawn bahkah memohon-mohon agar orang-orang juga memikirkan orang lain selama pandemi Covid-19 ini.

"Jadi saya baru saja keluar dari supermarket. Tidak ada buah dan sayuran dan saya sedikit menangis di sana."

"Saya seorang perawat di bangsal kritis dan saya baru saja menyelesaikan 48 jam kerja."

Presiden Jokowi: Obat Virus Corona Segera Didistribusikan untuk Pasien Positif Covid-19

Perawat ini hanya ingin membeli kebutuhan pokoknya untuk dua hari ke depan.

Namun bahkan makanan sesederhana buah dan sayuran tidak ia temui, dia tidak tahu lagi bagaimana untuk tetap mempertahankan kondisi tubuhnya.

"Orang-orang terus menghabiskan rak berisi makanan pokok, kamu hanya perlu berhenti."

"Sebab orang-orang sepertiku yang akan merawatmu saat kamu ada di titik terendah, tolong hentikanlah, kumohon," ujarnya Dawn sambil menahan tangis.

Panic buying menjadi problematika tersendiri di tengah wabah Covid-19.

Apalagi setelah ada anjuran sosial distance dan lockdown di sejumlah negara.

Namun Inggris sendiri belum melakukan hal sejauh itu.

Supermaret di negara ini akhirnya mengambil langkah ekstrem untuk mencegah panic buying.

Salah satunya dilakukan Sainsbury, mereka membatasi pembelian hanya dua sampai tiga produk.

Sedangkan Tesco mengubah jadwal buka toko untuk mengatasi peningkatan pembelian dan memberi waktu staf untuk mengisi rak kembali.

Pada konferensi persnya Kamis lalu, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mendesak warga untuk 'masuk akal'.

"Kami memiliki rantai pasokan yang baik, pertanian yang banyak, sehingga tidak ada alasan untuk toko-toko kosong."

"Tentu saja, semua orang mengerti alasan anda membeli barang, sebab kita semua disarankan untuk tinggal di rumah jika kita merasa memiliki gejala."

"Tapi tolong masuk akal. Bersikaplah masuk akal dalam berbelanja, perhatikan dan perhatikan orang lain saat melakukannya," ungkap Boris di depan awak pers.

Inggris termasuk dalam negara Eropa yang mengantongi kasus Covid-19 cukup banyak.

Menurut catatan The Wuhanvirus, kasus di Inggris sudah menyentuh angka 3.000 yakni 3.269.

Sementara korban jiwa akibat wabah mematikan ini sebesar 144 orang.

Inggris memiliki tingkat imortalitas sebesar 4,41 persen.

Kisah tenaga medis di Irak yang salat dengan pakaian Hazmat 

Wabah Covid-19 atau virus corona yang telah menjadi pandemi dunia menjadi bencana non-alam yang mematikan bagi manusia.

Virus yang menyerang sistem pernapasan manusia ini telah mengakibatkan 7.991 korban meninggal dunia per Rabu (18/3/2020) yang dirilis oleh worldometers.info siang ini.

Para ilmuwan dan petugas medis saling bahu-membahu untuk memerangi wabah virus ini.

Mereka menjadi garda terdepan dalam penanganan pasien virus corona.

Tak ayal mereka harus bekerja keras, lembur, bahkan meninggalkan keluarga tercinta untuk membantu merawat pasien yang terus bertambah.

Kisah Dokter yang Terbaring di Kasur Rumah Sakit Pasien Virus Corona yang Sepi, Potretnya Jadi Viral

Cerita perjuangan mereka pun menjadi kisah haru sekaligus inspiratif yang pantas untuk diteladani.

Satu di antaranya adalah kisah petugas medis yang sedang beribadah di tengah jadwal sibuknya bekerja.

Foto itu pun viral dan mengundang pujian dari warganet di media sosial, khususnya Facebook setelah diunggah oleh akun Hawler Teaching Hospital.

Unggahan Facebook Hawler Teaching Hospital, rumah sakit pusat penangan virus corona di Kota Erbil, Irak.
Unggahan Facebook Hawler Teaching Hospital, rumah sakit pusat penangan virus corona di Kota Erbil, Irak. (Facebook Hawler Teaching Hospital)

Hawler Teaching Hospital adalah salah satu rumah sakit di Kota Erbil, Irak.

Virus corona telah menjangkiti 154 warga Irak dengan total kematian 11 jiwa dan pasien sembuh sebanyak 41 per Rabu (18/3/2020) siang yang dirilis worldometers.info.

Sehingga tak heran jika petugas kesehatan di sana tak kenal lelah untuk merawat para pasien virus corona.

Positif Corona saat Pergi ke Italia Bersama Wanita Lain, Pria Ini Takut Perselingkuhannya Terbongkar

Dalam unggahan Hawler Teaching Hospital tersebut menampilkan beberapa foto aktivitas yang terjadi di pusat perawatan pasien virus corona.

Dengan aksara Arab, Hawler Teaching Hospital menuliskan keterangan unggahan yang menjelaskan kondisi di sekitar rumah sakit.

"Beberapa foto pusat perawatan saat ini di #erbil. Selama 20 hari, pegawai pusat kota Erbil merupakan bagian dari pelayanan warga Erbil," tulis Hawler Teaching Hospital di unggahannya di Facebook, Kamis (12/3/2020).

Unggahan Facebook Hawler Teaching Hospital Kamis (12/3/2020), rumah sakit pusat penangan virus corona di Kota Erbil, Irak.
Unggahan Facebook Hawler Teaching Hospital Kamis (12/3/2020), rumah sakit pusat penangan virus corona di Kota Erbil, Irak. (Facebook Hawler Teaching Hospital)

Dari tujuh foto tersebut yang paling menarik perhatian ialah foto petugas medis yang sedang salat dengan khidmad meski ditengah balutan pakaian hazmat.

Petugas itu tampak salat sendirian di dalam sebuah ruangan kantor.

Ia duduk bersimpuh di atas sajadah berwarna coklat di tengah ruangan tersebut.

Ia bahkan masih memakai maskernya dan hanya membuka kacamata pelindungnya.

Meskipun 'tersiksa' karena panas, petugas medis ini tidak membuka pakaian hazmat tetapi terus melakukan tugas mereka sebagai seorang Muslim.

Kisah Penimbun 17 Ribu Botol Hand Sanitizer, Tak Bisa Menjualnya, Akhirnya Disumbangkan

Viral Foto Pegawai Disuruh Pakai Kostum Hand Sanitizer, Perusahaan Minyak di Arab Dikecam Warganet

Mewabahnya virus corona atau Covid-19 kini makin meluas ke berbagai belahan dunia.

Tentu saja kasus virus corona yang kian meningkat ini, membuat masyarakat makin waspada dan lebih memedulikan personal hygene demi menangkal virus mematikan tersebut.

Namun di tengah keprihatinan ini, ternyata ada pihak yang dirugikan dan dipermalukan demi mengkampanyekan kebersihan.

Hal memalukan itu dialami oleh seorang pegawai asing di sebuah perusahaan minyak di Arab Saudia, Saudi Aramco.

Berikut Cara-cara yang Dilakukan Orang Kaya di Eropa untuk Lindungi Diri dari Virus Corona

Dikutip TribunPalu.com dari Middle East Eye, memperlihatkan foto pegawai itu mengenakan kostum kubus menyerupai botol hand sanitizer yang dilengkapi cairan hand sanitizer di bagian tengah.

Ia juga tampak mengenakan masker sambil berjalan di area perusahaan minyak Saudi Aramco.

Foto pegawai pakai kostum Hand Sanitizer -
Foto pegawai pakai kostum Hand Sanitizer - (www.middleeasteye.net)

Dalam berita tersebut, pihak Saudi Aramco dikecam karena dianggap rasis dan eksploitatif.

Foto tersebut kemudian viral di media sosial Twitter  pada Selasa (10/3/2020) malam menuai reaksi warganet.

Ada yang menyebut bahwa tindakan tersebut merupakan 'perbudakan modern', sementara cuitan pertama menyebutkan tindakan tersebut dengan nada sarkastik.

"Kelas Uni Emirat Arab, hadiah dari Aramco," tulis @HishamFageeh.

Akun bernama @ruqaiya_h juga me-retweet cuitan tersebut dengan sebuah komentar.

Menurutnya, virus corona telah menyoroti isu peningkatan rasisme yang menargetkan kaum minoritas.

"coronavirus benar-benar telah mengeluarkan beberapa rasisme dan rasisme yang menjijikkan,"tulis @ruqaiya_h diakhiri emoji sedih.

Tak berselang lama, melihat banyaknya warganet yang mengkritik, Saudi Aramco memberikan klarifikasi.

Saudi Aramco menampik tuduhan tersebut dan menambahkan bahwa hal itu dilakukan demi menyoroti pentingnya menjaga sterilisasi tangan.

"Berkenaan dengan gambar yang beredar di media sosial, yang menampilkan seorang pegawai yang mengenakan botol sanitizer di dalam salah satu fasilitas kami. Aramco hanya ingin menekankan pentingnya kebersihan," tulis Saudi Aramco dalam pernyataannya seperti dikutip dari Daily Star.

"Tapi, perusahaan akan segera menghentikan tindakan ini dan mengambil langkah agar hal itu tidak terjadi lagi," imbuhnya.

Curhat Pilu Perawat di Italia yang Harus Berjuang Merawat Pasien Virus Corona: Kami Pun Bisa Sakit

Menurut Middle East Eye, Arab Saudi telah berulang kali dikecam karena perlakuan yang kurang baik terhadap pekerja asingnya.

Tahun lalu, Bangladesh mengakui bahwa pekerja perempuan dipulangkan dari kerajaan setelah menghadapi pelecehan seksual dan fisik.

Aktivis dan LSM sebelumnya telah meningkatkan kesadaran tentang nasib pekerja di wilayah Uni Emirat Arab yang mengalami pelecehan fisik dan verbal di tangan majikan mereka.

(TribunPalu.com/Isti Prasetya)

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved