Ahli Virus dari Jepang Sebut Virus Corona Bisa Menular lewat Udara dan Bertahan Lebih dari Setahun
Covid-19 tak hanya menular lewat droplet yang keluar dari batuk atau bersin, tetapi juga bisa menginfeksi lewat udara (airborne).
Pola penularan penyakit menular biasanya sama dari dulu sampai sekarang.
"Namun untuk virus yang satu ini, Corona, memang agak lain sendiri, mesti kita cari kepastian pola geraknya dan hal ini tidaklah mudah," tambahnya.
Kawaoka melihat dan merasa agak aneh akan keberadaan virus corona baru ini, bukan virus alamiah tetapi buatan rekayasa ahli manusia.
"Gen nya telah bisa kita bentuk berupa gambar 3 dimensi ketahuan bentuknya. Namun isi dalam gen itulah mesti terus kita gali lebih lanjut. Itu yang penting," ujar dia.
Kawaoka juga mengakui karakter virus Corona belum bisa diketahui apakah hanya bertahan di musim dingin dan semi saja, karena Jepang belum melawati musim panas.

Namun kenyataan yang ada di negara musim panas pun menjadi pandemi saat ini.
"Kalau saat ini tak bisa kita basmi, berarti masuk lagi akhir tahun musim dingin dan ada kemungkinan berkembang bangkit lagi. Jadi kita harus secepatnya menghantam virus ini segera kalau bisa," ujarnya.
Namun sekali lag, Kawaoka sangat berharap saat ini masyarakat untuk merumahkan diri sesuai anjuran pemerintah dengan jangka waktu tertentu agar pandemi di Jepang bisa cepat berakhir.
• Ada Penipuan Mengatasnamakan BNPB Galang Donasi Covid-19 di Media Sosial, Masyarakat Diminta Waspada
Profil Yoshihiro Kawaoka
Yoshihiro Kawaoka Lahir tanggal 14 November 1955 di Kota Kobe, Prefektur Hyogo.
Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Hokkaido pada tahun 1978, ia menjadi asisten di Fakultas Pertanian, Universitas Tottori, seorang peneliti di Rumah Sakit Penelitian Anak St. Jude, dan seorang profesor di Universitas Wisconsin di School of Veterinary Medicine.
Pada tahun 2005, ia menjadi Direktur Pusat Penelitian Internasional untuk Penyakit Menular.
Pada tahun 1999, ia mengembangkan genetika terbalik pertama di dunia (sistem rekayasa genetika) untuk sintesis buatan virus influenza.

Kemudian menerima Hadiah Robert Koch pada tahun 2006, dan dianugerahi Medali dengan Pita Ungu pada tahun 2011.
Pada 2013, ia adalah anggota asing dari American Academy of Sciences. Pada 2016, menerima Penghargaan Akademi Jepang.
Vaksin influenza hidup dan uji klinis sedang berlangsung, dan teknologi ini digunakan untuk mengembangkan vaksin virus Ebola.