Ahli Harvard Sebut Social Distancing Perlu Dilakukan hingga 2022, Guna Cegah Munculnya Virus Baru

Ahli Harvard mengatakan bahwa social distancingatau jaga jarak satu dengan yang lain sampai 2022 nanti.

Twitter/@teritoriaal
ILUSTRASI - Foto social distancing di Bandara Supadio, Pontianak yang viral di media sosial. 

TRIBUNPALU.COM - Pandemi virus corona atau Covid-19 semakin mewabah hampir di seluruh penjuru dunia.

Kondisi ini membuat berbagai upaya dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 yang saat ini menjadi pandemi global, seperti lockdowndan jaga jarak.

Dalam studi terbaru yang dilakukan ilmuwan Harvard, lockdown yang telah dilakukan beberapa negara tidak cukup untuk menghentikan penyebaran.

Mereka juga menyampaikan, kita mungkin harus melakukan social distancingatau jaga jarak satu dengan yang lain sampai 2022 nanti.

Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah gelombang lain virus corona baru yang bisa saja mengancam jiwa manusia.

Gara-gara Virus Corona, Pertamina Cetak Rekor Penjualan BBM Terendah Sepanjang Sejarah

Update Covid-19 Global Kamis, 16 April 2020 Siang: Total Kematian di Italia Capai 21.645 Kasus

Ratusan Relawan di Jakarta Bersedia Jadi Teman Ngobrol ODP dan PDP Covid-19 yang Jalani Karantina

Hasil kesimpulan itu berdasarkan pada perhitungan simulasi komputer yang laporannya terbit di jurnal Science, Selasa (14/4/2020).

Dituliskan dalam laporan tersebut, Covid-19 akan menjadi penyakit musiman seperti flu biasa, tetapi dengan tingkat penularan yang lebih tinggi dan berlangsung selama berbulan-bulan.

Namun, peneliti mengaku masih banyak yang belum diketahui, termasuk tingkat kekebalan yang didapat dari infeksi Covid-19 sebelumnya dan berapa lama hal itu akan berlangsung.

"Kami menemukan bahwa melakukan social distancing atau menjaga jarak fisik hanya satu kali kemungkinan tidak cukup untuk menghentikan penyebaran virus corona baru SARS-CoV-2," kata penulis utama studi Stephen Kissler, dilansir dari AFP, Rabu (15/5/2020).

"Yang tampaknya diperlukan adalah menerapkan periode menjaga jarak dengan sistem intermiten atau selang-seling," ungkapnya.

Sembuh dari Virus Corona, Penyerang Persib Bandung Wander Luiz Langsung Mudik ke Brasil

Ahli berkata, durasi dan intensitas lockdown baru dapat dilonggarkan ketika vaksin sudah tersedia.

Namun, selagi belum ada vaksin, menjaga jarak dengan orang lain akan membantu rumah sakit meningkatkan kapasitas perawatan klinis, khususnya ketika lonjakan kasus terjadi saat langkah-langkah pencegahan dilonggarkan.

Penulis mengatakan, ketika semua orang menjaga jarak aman, setidaknya dua meter, ini akan membantu petugas medis di garda terdepan untuk meningkatkan kapasitas perawatan terlebih jika ada lonjakan kasus.

Selain itu, kebiasaan jaga jarak yang dilakukan selama dua tahun, diharapkan dapat menghentikan munculnya gelombang kedua Covid-19.

Pelatih Timnas Shin Tae-Yong Nilai Penanganan Covid-19 di Indonesia Sangat Buruk

Ungkapan Hati Petugas Makam di Tengah Pandemi: Sempat Dikucilkan dan Sedih Antar Jenazah Tiap Hari

"Bahkan pengawasan terhadap virus ini harus tetap dilakukan karena perkembangan penularan diprediksi bisa saja berlangsung hingga akhir 2024," tulis penulis.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved