Virus Corona
Bertugas di Tengah Pandemi, 53 Jurnalis di India Dinyatakan Positif Virus Corona
Pandemi Covid-19 atau virus corona yang terjadi saat ini dapat menjangkiti siapa saja.
TRIBUNPALU.COM - Pandemi Covid-19 atau virus corona yang terjadi saat ini dapat menjangkiti siapa saja.
Berbagai kalangan tanpa pandang bulu disebut berpotensi untuk terinfeksi.
Tak terkecuali para awak media yang bertugas melaporkan kabar seputar wabah yang menyebabkan krisis kesehatan global itu.
• Apresiasi Tenaga Medis yang Tangani Wabah Virus Corona, Pemerintah Siapkan Dana Insentif
• Corona Tak Pandang Bulu, Menhub hingga Bupati Karawang Masuk Daftar Pejabat RI yang Positif COVID-19
Kondisi inilah yang dilaporkan otoritas India baru-baru ini.
Dikabarkan setidaknya ada 53 jurnalis yang dinyatakan positif terjangkit virus corona.
Jumlah tersebut didapatkan setelah pihak Brihanmumbai Municipal Corporation (BMC) menggelar pemeriksaan untuk 167 rekan media yang bertugas di Kota Mumbai.
Kepala Komite Kesehatan BMC, Amey Ghole memaparkan kasus positif tersebut meliputi kalangan reporter, juru kamera, fotografer, dan operator van.
Di sisi lain, menanggapi kabar kurang menguntungkan itu, Asosiasi Press Mumbai (MPC) mengajukan permohonan adanya perlindungan yang lebih baik bagi para awak media.
"Saat beberapa dari kita memiliki keuntungan untuk bekerja dari rumah, banyak jurnalis yang harus pergi ke zona berbahaya dan ruang publik, serta membutuhkan perlindungan yang memadai," tulis pihak MPC dalam surat mereka sebagaimana dikutip dari CNN.

India catat 18 ribu kasus positif
Hingga Selasa (21/4/2020) ini, India mencatat total kasus positif sebanyak 18.658.
Dari keseluruhan kasus, 3.273 pasien di antaranya telah dinyatakan sembuh.
Sementara, 592 orang dilaporkan meninggal dunia akibat infeksi virus tersebut.
• Konfirmasi 86 Ribu Kasus Covid-19, Turki Laporkan Total Kasus Tertinggi di Wilayah Timur Tengah
• UPDATE Corona di Indonesia, 21 April: 50.370 Spesimen terkait Covid-19 Telah Diperiksa
India sendiri saat ini menduduki urutan ke 17 sebagai negara dengan kasus terbanyak.
Berdasar laporan data Johns Hopkins University (JHU), Amerika Serikat masih menduduki peringkat pertama dengan total 787 ribu kasus.