Banyak Orang Kecewa Lihat Bandara dan Mall Padat Saat Wabah Corona, Aa Gym Beri Pesan Sejuk Ini
Ustaz Aa Gym dalam Instagram pribadinya memberikan pesan sejuk tentang fenomena sesaknya pusat perbelanjaan dan bandara di saat wabah virus corona
TRIBUNPALU.COM - Di tengah mewabahnya pandemi virus corona, sejumlah pusat perbelanjaan dan bandara padat kerumunan orang.
Beberapa orang merasa kecewa karena sejak beberapa bulan terakhir pemerintah mengimbau untuk berdiam diri dirumah untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona tapi faktanya banyak yang melanggar.
Lantas, bagaimana seharusnya sikap kita menghadapi fakta ini?
Ustaz kondang bernama asli Abdullah Gymnastiar ini mengakui jika yang berkerumun membuat sakit hati beberapa orang yang selama beberapa bulan terakhir berdiam diri dirumah.
"Assalamualaykum wa-raḥmatullahi wa-barakatuh, Aa kira para sahabat punya perasaan yang sama jengkel, kecewa, sedih merasa dikhianati, bagi kita yang sudah 3 bulan di rumah melihat kerumunan di airport, pasar, di jalan.
"Seakan-akan perjuangan dan pengorbanan kita terutama para dokter dan perawat yang mempertaruhkan nyawa, aparat yang siang malam, menjaga masjid tempat ibadah kita menjadi sepi seakan terkhianati oleh mereka itu," ungkap Aa Gym.
• 109 Tenaga Medis Sebuah Rumah Sakit di Sumatera Selatan Dipecat di Tengah Pandemi Covid-19, Mengapa?
• WHO Kembali Temukan Gejala Baru Covid-19: Kesulitan Bicara dan Bergerak, hingga Halusinasi
Menurut Aa Gym, sebagai umat Islam kita harus menyikapi hal tersebut secara Islami.
Pasalnya apabila kita bertindak sama seperti orang-orang yang berkerumun itu sama saja seperti kemudharatan dan itu tidak sesuai dengan syariat Islam.
Karena berbuat yang membahayakan dirinya sendiri dan orang lain.

"Tapi tetap kita harus jernih, akal sehat harus tegak jangan sampai kita meniru keburukan dengan keburukan yang sama-sama karena bagi kita khususnya umat Islam berdiam di rumah menjauhi kemudharatan adalah amal sholeh dan perintah agama," ungkap Aa Gym.
Aa Gym mencontohkan bahwa hal itu sesuai dengan sabda Nabi yang megumpamakan seperti menjauhi lepra seperti menjauhi singa.
Maksudnya adalah menjauhkan kemudharatan lebih diutamakan daripada mendatangkan kemanfaatan.
Dirinya pun juga menghimbau kepada masyarakat untuk mematuhi anjuran pemerintah untuk berdiam diri dirumah. Hal itu dirasa perlu untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona.
Masyarakat dihimbaunya untuk tidak berkerumun dan melaksanakan ibadah dari rumah saja. Harapnya wabah ini cepat berlalu karena kita Istiqomah untuk tetap di jalan Allah SWT.
"Ibadah pun tetap di rumah. Kalau kita berada di zona merah sesuai dengan anjuran Gubernur. Insyaallah kalau kita disiplin Allah akan menghilangkan wabah ini karena wabah ini kerumunan karena dimana kerumuman itu ada maka wabah itu pun datang.
"Dengan kita istiqamah semoga orang lain ikut terbawa Istiqomah maka Allah angkat mengangkat wabah dan kita bisa sekolah, bekerja, beraktivitas dengan normal di jaman baru jaman yang lebih berkah Taqoballahu Minna Wa Minku, disiplin, jaga jarak," tutup Aa Gym.
• Begini Penjelasan BMKG Soal Suara Dentuman yang Terdengar di Bandung Raya Pagi Tadi

Turuti 'Emosi' Berlebaran, Masyarakat Kehilangan Rasionalitas
Belakangan pasar Tanah Abang ramai jadi perbincangan lantaran tetap dipadati pembeli di tengah pandemi.
Padahal pemerintah provinsi DKI Jakarta dengan tegas menyebut belum ada pelonggaran PSBB dan tidak memberi izin kegiatan yang menimbulkan keramaian.
Kepadatan kawasan Pasar Tanah Abang yang cukup parah terjadi pada Minggu (17/5/2020) dan Senin (18/5/2020).
Terlihat pembeli yang berdatangan pun mengabaikan aturan physical distancing dan beberapa bahkan tidak mengenakan masker.
Para pedagang yang nekat berjualan kembali di tengah PSBB pun semakin banyak.
Dikutip dari Kompas.com, jelang lebaran kerumunan masyarakat saling berdesakan di kawasan pasar Tanah Abang yang lokasinya berada di zona merah Covid-19.
Hal ini menjadi sorotan banyak orang yang merasa 'terkhianati' lantaran selama ini patuh untuk tetap di rumah namun nyatanya banyak masyarakat yang nekat berbelanja hanya demi baju lebaran.
Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Ida Ruwaida seperti dilansir dari Kompas.com pun menyampaikan pandangannya terkait fenomena ini.
Ida berpandangan bahwa hal itu terjadi karena Lebaran merupakan tradisi yang sudah melekat di masyarakat dari generasi ke generasi.
Begitu juga dengan 'ritual' lainnya seperti membuat kue lebaran, membeli baju lebaran, mudik, dan sebagainya.
Karena sudah dilakukan secara rutin setiap tahun, masyarakat pun seakan ingin tetap menjalankan ritual tersebut tak peduli situasi apa yang tengah terjadi.
“Sebagai tradisi yang sudah menjadi rutin bak ritual tahunan, secara sosiologis bisa mengalami degradasi makna. Artinya, masyarakat melakukannya lebih karena ‘emosi’-nya, bahkan kadang kehilangan rasionalitasnya,” ujar Ida, Rabu (20/5/2020).
Maka menurut Ida, tak heran lokasi seperti pasar dan bandara tetap ramai oleh orang-orang yang memiliki 'emosi' berlebaran.
“Bak gayung bersambut dengan kuatnya emosi ber-Lebaran. Tidak heran jika pasar bandara dan lain-lain tidak menunjukkan suasana pandemi Covid-19,” ungkap Ida.
Pandemi Covid-19, lanjut Ida, merupakan kondisi abnormal yang kurang dipahami atau masuk nalar semua lapisan masyarakat.
Faktanya memang tidak seluruh masyarakat dapat menerima kenyataan bahwa kegiatannya harus dibatasi demi memutus rantai penyebaran Covid-19.
Di sisi lain, mereka mendapatkan informasi yang seolah-olah menunjukkan situasi sudah relatif aman.
Itu diduga menjadi alasan banyak masyarakat abai pada protokol kesehatan yang ditetapkan dan nekat berjubel di pasar demi baju lebaran.
(Wartakotalive.com/Muhammad Naufal/Kompas.com)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kecewa Lihat Bandara dan Mall Padat Saat Wabah Corona? Aa Gym Beri Pesan Sejuk Ini,