10 Maskapai Penerbangan Dunia yang Terdampak Pandemi Covid-19 Paling Parah

Industri penerbangan merupakan salah satu sektor ekonomi pertama yang paling terdampak pandemi virus corona atau Covid-19.

Pexels.com/Pixabay
ILUSTRASI pesawat terbang. 

TRIBUNPALU.COM - Pandemi virus corona Covid-19 telah memukul telak segala aspek perekonomian dan industri, tak terkecuali industri penerbangan.

Dari maskapai Amerika Serikat (AS) ke Amerika Latin, hingga dari Eropa ke Australia, industri penerbangan merupakan salah satu sektor ekonomi pertama yang paling terdampak pandemi virus corona atau Covid-19.

Bahkan, gelombang kebangkrutan telah menghantui sejumlah maskapai penerbangan.

Sebab, banyak maskapai yang menangguhkan seluruh rute perjalanannya dan meng-grounded sebagian besar armada mereka.

Hal ini karena pemberlakuan larangan perjalanan yang diterapkan di seluruh dunia.

Dikutip dari laman Sputnik News, Jumat (29/5/2020), menurut Asosiasi Transportasi Udara Internasional, utang industri ini pun diperkirakan akan mengalami peningkatan menjadi 550 miliar dolar AS pada akhir tahun ini.

Pemerintah di banyak negara memang telah menyediakan setidaknya 123 miliar dolar AS untuk menangani dampak yang dihadapi maskapai penerbangan dunia dan mencegah perusahaan dari kebangkrutan.

Namun, beberapa di antaranya ternyata masih belum bisa selamat dari krisis ini.

Berikut daftar 10 maskapai penerbangan global yang 'bangkrut' karena pandemi virus corona.

1. LATAM Airlines

Operator terbesar Amerika Latin dan beberapa afiliasinya ini telah mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11, yakni meminta restrukturisasi yang diawasi pengadilan dan mencari investor baru, daripada menjual asetnya di AS pada Selasa lalu.

Pengajuan ini terutama mencakup bisnisnya yang ada di Chili, Ekuador, Kolombia, Peru dan AS, namun tidak untuk afiliasinya di Argentina, Brasil, dan Paraguay.

Maskapai yang berbasis di Chili ini mengalami penurunan drastis yakni sebesar 95 persen dalam layanan penumpangnya.

Selain itu, LATAM Airlines juga kehilangan sebagian besar pendapatan operasinya karena pandemi.

Kendati demikian, operator maskapai itu mengatakan bahwa perusahaan akan tetap mengoperasikan penerbangan penumpang dan kargo selama reorganisasi.

LATAM membukukan utang 7,6 miliar dolar AS, termasuk 460 juta dolar AS yang terutang oleh anak perusahaan Brasil.

Maskapai ini bahkan telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada 1.800 dari total 40.000 karyawannya menjelang pengajuan perlindungan kebangkrutan itu.

Update Covid-19 Global Jumat, 29 Mei 2020 Siang: Tercatat 438.238 Kasus Terkonfirmasi di Brazil

Terdaftar Jadi Penerima Bansos Covid-19, Dosen Unpad Bandung Kaget: Tiba-tiba Saja Dapat Form

Annisa Pohan Ungkap Kegiatan SBY Selama Lebaran: Tulis Lagu hingga Merancang Museum

2. Avianca

LATAM memang merupakan industri terbesar yang terdampak parah corona di Amerika Latin, namun bukan menjadi korban pertama dari pandemi virus ini di kawasan tersebut.

Maskapai asal Kolombia, Avianca pun telah mengajukan kebangkrutan pada 10 Mei lalu, setelah mengakumulasi hutangnya sebesar 50 juta dolar AS dan tidak bisa membayar hutang lainnya sebesar 66 juta dolar AS.

Avianca yang telah berjuang secara finansial sebelum terjadinya pandemi ini, juga melakukan penundaan pada sebagian besar operasinya pada akhir Maret lalu, yang menyebabkan penurunan pendapatan mencapai 80 persen.

Kendati demikian, perusahaan pun mengatakan akan terus terbang selama dan setelah proses kebangkrutan.

3. Miami Air International

Maskapai charter yang berbasis di Florida Selatan, AS ini akhirnya 'gulung tikar' pada 8 Mei lalu, enam minggu setelah mengajukan perlindungan Bab 11.

Perusahaan ini sebelumnya telah mengajukan permohonan bantuan gaji kepada federal AS sebesar 10 juta dolar AS, namun permintaannya tidak disetujui.

Miami Air akhirnya masuk ke likuidasi pada bulan ini setelah 29 tahun pelayanannya, sebuah langkah yang akhirnya berdampak pada 350 pekerjanya.

4. Virgin Australia

Maskapai nomor 2 di Australia ini telah mencari perlindungan kebangkrutan pada 22 April 2020, setelah gagal mendapatkan dana talangan (bailout) senilai 888 juta dolar AS.

Perusahaan pun memasuki administrasi sukarela, sebuah praktik yang mirip dengan perlindungan Bab 11, saat perusahaan itu berjuang untuk membayar utang sebesar 7 miliar dolar AS setelah beberapa tahun mengalami kerugian.

Virgin Australia, yang menghentikan semua penerbangan internasionalnya, kecuali satu dari rute domestiknya selama dua bulan terakhir, mengatakan akan terus mengoperasikan beberapa penerbangan.

Beberapa penerbangan itu dioperasikan khusus untuk mengangkut para pebisnis, serta melakukan repatriasi warga Australia.

5. Germanwings

Perusahaan penerbangan raksasa Jerman, Lufthansa Group memutuskan untuk menutup maskapai low cost-nya, yakni Germanwings yang beroperasi di bawah bendera Eurowings pada awal April 2020 sebagai bagian dari upaya pemangkasan biaya.

Germanwings kini tengah berada di bawah tekanan seperti seluruh maskapai berbiaya rendah lainnya.

Cuitannya Dilabeli Twitter, Donald Trump Terbitkan Perintah Eksekutif Hapus Kekebalan Hukum Medsos

Jawa Timur Catat Tambahan Kasus Covid-19 Tertinggi, Emil Dardak: Kapasitas Testing Meningkat

6. RavnAir

Maskapai regional terbesar Alaska ini menangguhkan semua penerbangan dan mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 pada 5 April 2020.

Maskapai itu mengaku telah kehilangan 90 persen dari pendapatan penumpang karena munculnya kekhawatiran bepergian selama masa pandemi.

Utangnya pun membengkak menjadi 90 juta dolar AS, dan kini RavnAir berencana menjual seluruh atau sebagian besar asetnya pada 17 Juni mendatang.

7. Compass Airlines

Maskapai yang berbasis di Minnesota, AS ini merupakan milik Trans State Holdings, perusahaan ini gagal menemukan mitra barunya karena krisis corona dan akhirnya menutup semua operasinya pada 5 April lalu.

Maskapai ini telah menerbangkan rute regional untuk American Airlines.

American Airlines sendiri saat ini tengah dililit hutang besar dan berencana mengurangi layanan dan memutus kontrak dengan operator yang lebih kecil agar bisa tetap bertahan.

8. Trans States Airlines

Trans States Airlines, anak perusahaan lain dari Trans State Holdings sekaligus operator United Express ini menghentikan operasinya hanya empat hari sebelum Compass berhenti beroperasi dan menjadi maskapai AS pertama yang terdampak krisis corona.

Perusahaan yang bermarkas di Missouri, AS itu sebenarnya telah memiliki rencana untuk mundur dari dunia kedirgantaraan pada akhir tahun ini karena konsolidasi dan kekurangan pilot.

Namun pandemi akhirnya mempercepat proses itu.

9. Air Mauritius

Air Mauritius mengumumkan pada 22 April lalu bahwa mereka memasuki administrasi sukarela.

Maskapai penerbangan berbendera Mauritius itu telah menghentikan semua penerbangan internasional dan domestiknya.

Sehingga hal ini pun berdampak pada ketidakmampuan mereka dalam memenuhi kewajiban keuangannya.

10. Flybe

Maskapai penerbangan regional terbesar di Inggris dan Eropa itu akhirnya tumbang pada 5 Maret 2020, hanya dua bulan setelah mencapai kesepakatan penyelamatan dengan pemerintah.

Flybe telah menjalankan operasional sebanyak lebih dari sepertiga dari semua penerbangan domestik di Inggris dan menerbangkan seperempat dari semua penumpang domestik.

Meskipun memiliki pangsa pasar yang signifikan, perusahaan telah membukukan kerugian selama dekade terakhir.

Maskapai ini juga telah menghentikan semua penerbangan dan operasinya.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul 10 Maskapai Penerbangan di Dunia yang Paling Terpukul karena Pandemi Virus Corona
Penulis: Fitri Wulandari

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved