Rupiah Menguat di Bawah Level Rp 14.000, Yunarto Wijaya Sindir 2 Sosok Ini: Kok Diem-diem Aja?
Direktur Charta Politika, Yunarto Wijaya menyoroti nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang menguat hingga di bawah level Rp 14.000.
TRIBUNPALU.COM - Direktur Charta Politika, Yunarto Wijaya menyoroti nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang menguat hingga di bawah level Rp 14.000.
Mengutip data Bloomberg, rupiah sore ini menguat 1,54 persen ke level Rp 13.878.
"Alhamdulillah dengan rahmat Allah SWT bagi ekonomi Indonesia, siang ini rupiah sudah tembus di bawah Rp 14.000. Bid over Rp 13.855 dan over Rp 13.960," kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam konferensi video di Jakarta, Jumat (5/6/2020).
Terkait hal ini, Yunarto Wijaya lantas menyindir dua sosok ini.
Lewat cuitan di akun Twitternya Yunarto Wijaya menyindir sosok Ayah Naen dan Pak Rektor.
Ayah Naen adalah Tengku Zulkarnain.
• Rupiah Menguat ke Level Rp 13.878, Gubernur BI: Alhamdulillah
• Aksi Demonstrasi di AS Memanas, Rupiah Kian Menguat, Dolar AS Anjlok
Sedangkan pak rektor tidak disebutkan dengan jelas sosok siapa yang dimaksud Yunarto.
Yunarto menyebutkan bahwa dua sosok tersebut kerap mengomentari soal pergerakan nilai tukar rupiah.
Namun disaat rupiah mulai menguat, dua sosok ini justru diam-diam saja dan tidak memberikan komentar apa pun.
"Ayah naen sama pak rektor dollar dah dibawah 14 rb kok diem2 aja? Biasanya lsg jadi ahli forex kalo dollar diatas 15 rb?" tulis Yunarto Wijaya.
• Yunarto Wijaya Ungkap Dirinya Pernah Mengalami Kecelakaan di Tengah Ancaman Pembunuhan
• Ganjar Cek Kesiapan New Normal di Sekolah,Yunarto: Tak Perlu Buru-buru Jika Alasannya adalah Ekonomi

Pernyataan Gubernur BI Soal Menguatnya Rupiah
Di tengah mewabahnya pandemi Covid-19, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS justru semakin perkasa hingga berada di bawah level 14.000.
Mengutip data Bloomberg, rupiah sore ini menguat 1,54 persen ke level Rp 13.878.
"Alhamdulillah dengan rahmat Allah SWT bagi ekonomi Indonesia, siang ini rupiah sudah tembus di bawah Rp 14.000. Bid over Rp 13.855 dan over Rp 13.960," kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam konferensi video di Jakarta, Jumat (5/6/2020), dikutip dari Kompas.com.
Perry menuturkan, penguatan rupiah sejalan dengan pandangan Bank Indonesia (BI) rupiah masih undervalued. Ke depan, rupiah masih terus berpotensi menguat.
Potensi penguatan itu mempertimbangkan tingkat inflasi yang rendah. Data Badan Pusat Statistik mengungkap, inflasi pada Mei 2020 sebesar 0,07 persen (month to month/mtm) dan 2,19 persen (year on year/yoy). Tingkat inflasi lebih rendah dibanding pola historisnya.
Kemudian, penguatan juga ditopang oleh perbedaan suku bunga luar negeri dengan di dalam negeri (Interest rate differential) sehingga memicu minat para investor.
"Interest rate differential SBN 10 tahun di Indonesia itu 7,06 persen, sedangkan US treasury 0,8 persen. Berarti ada perbedaan suku bunga 6,2 persen. Ini menunjukkan imbal hasil aset keuangan SBN masih tinggi," papar Perry.
Di sisi lain, penguatan rupiah ditopang dari menurunnya indikator premi risiko/ premi credit default swap (CDS) di level 126, setelah sebelumnya berada di level 245.
"Tapi kalau dibandingkan dengan tingkat sebelum Covid-19, itu masih tinggi. Karena sebelum Covid-19 ada di level 66-68. Insya Allah premi risiko pasca Covid-19 akan lebih rendah dari 126 dan mendukung penguatan nilai tukar," pungkas Perry.
(TribunPalu.com/Kompas.com)