Ilmuwan Temukan Bukti Virus Corona Menular Melalui Udara, Desak WHO Terbitkan Panduan Kesehatan Baru

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya telah mengakui ada "bukti yang muncul" dari penularan virus corona melalui udara.

Editor: Imam Saputro
gcs.k12.al.us
Ilustrasi Virus Corona Baru Covid-19 

TRIBUNPALU.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya telah mengakui ada "bukti yang muncul" dari penularan virus corona melalui udara.

Padahal, selama ini WHO selalu menyangkal bila Covid-19 bisa ditularkan melalui udara.

Pihaknya selalu mengatakan, virus ini menyebar melalui percikan atau droplet yang dikeluarkan manusia dari hidung dan mulut.

Pemimpin teknis WHO dalam penanganan Covid-19, Maria Van Kerkhove, menjelaskan adanya bukti yang menunjukkan beberapa partikel virus bertahan di udara.

Menurutnya, partikel dari virus yang dihembuskan ke udara, tidak langsung turun ke dalam tanah.

Amazon memamerkan robot AR Sebagai 'asisten' baru yang dirancang khusus untuk membantu para pekerja dalam menjaga jarak sosial (social distancing) sejauh enam kaki, sesuai prosedur yang ditentukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Amazon memamerkan robot AR Sebagai 'asisten' baru yang dirancang khusus untuk membantu para pekerja dalam menjaga jarak sosial (social distancing) sejauh enam kaki, sesuai prosedur yang ditentukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). (dok.Amazon)

Temuan virus ini bisa menyebar lewat udara pertama kali disampaikan melalui jurnal Clinical Infectious Diseases.

Jurnal tersebut disusun oleh 239 ilmuwan dari 32 negara.

Berdasarkan temuannya, sekelompok peneliti ini mendesak WHO untuk segera menerbitkan panduan baru.

Terlebih dalam upaya penyebaran virus corona yang sudah menyebar di seluruh dunia ini.

Pimpinan teknis WHO untuk pencegahan dan pengendalian infeksi, Benedetta Allegranzi, juga mengakui bukti itu.

Tetapi dirinya mengatakan, temuan tersebut belum pasti atau definitif.

Tim penyemprot disinfektan oleh warga RSS TNI AL Wonosari, Ujung, Kota Surabaya, Jawa Timur, pada Bakti Sosial Penanggulangan Bencana Non Alam Penyebaran Wabah Covid-19, Rabu (8/7/2020). Bakti sosial itu untuk memutus mata rantai penularan virus corona atau Covid-19 di Indonesia yang masih berkembang, khususnya di wilayah Kota Surabaya. Dalam kegiatan tersebut didistribusikan 1.000 paket sembako, rapid test untuk 100 KK, pembagian 898 alat cuci tangan, dan 6 unit alat penyemprot disinfektan. Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga turut membantu dengan menyerahkan sejumlah bantuan seperti pendeteksi sebanyak 5 buah, 15.000 masker, 500 pampers, 26 liter cairan disinfektan, 100 baju hazmat. Surya/Ahmad Zaimul Haq
Tim penyemprot disinfektan oleh warga RSS TNI AL Wonosari, Ujung, Kota Surabaya, Jawa Timur, pada Bakti Sosial Penanggulangan Bencana Non Alam Penyebaran Wabah Covid-19, Rabu (8/7/2020). Bakti sosial itu untuk memutus mata rantai penularan virus corona atau Covid-19 di Indonesia yang masih berkembang, khususnya di wilayah Kota Surabaya. Dalam kegiatan tersebut didistribusikan 1.000 paket sembako, rapid test untuk 100 KK, pembagian 898 alat cuci tangan, dan 6 unit alat penyemprot disinfektan. Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga turut membantu dengan menyerahkan sejumlah bantuan seperti pendeteksi sebanyak 5 buah, 15.000 masker, 500 pampers, 26 liter cairan disinfektan, 100 baju hazmat. Surya/Ahmad Zaimul Haq (Surya/Ahmad Zaimul Haq)

"Kemungkinan penularan melalui udara tidak dapat dikesampingkan dalam pengaturan rumah yang berventilasi buruk.

"Seperti daerah kumuh, berdekatan dan tertutup," ujarnya, dikutip Tribunnews dari Sky News.

Pihaknya menekankan, lebih banyak bukti perlu dikumpulkan dan ditafsirkan dengan jelas.

Sementara itu, Jose Jimenez, ahli kimia dari University of Colorado, yang ikut dalam penelitian tersebut, mengatakan pihaknya tidak bermaksud untuk menyerang WHO melalui temuannya.

Tetapi mereka merasa perlu diumumkan ke publik, pasalnya WHO sempat menolak untuk mendengar hasil temuannya.

"Jika orang mendengar udara, petugas layanan kesehatan akan menolak untuk datang ke rumah sakit," katanya.

Petugas melakukan cek suhu tubuh pengunjung anak-anak sebelum memasuki gerbang Kebun Binatang Bandung atau Bandung Zoological Garden, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Sabtu (27/06/2020). Setelah sekitar tiga bulan tutup karena dampak pandemi Covid-19, Kebun Binatang Bandung dibuka lagi bagi pengunjung Sabtu ini. Seperti yang diungkapkan Marketing Communication Bandung Zoological Garden, Sulhan Syafi'i. Pengunjung anak-anakpun diizinkan masuk dengan mengikuti protokol kesehatan standar WHO. Hari pertama hingga jam 12 siang 176 pengunjung yang masuk dari target 200 orang. Padahal hari biasa sebelum adanya pandemi dapat menampung 2000 pengunjung dan di akhir pekan mencapai 6000 pengunjung. Tribunjabar/zelphi
Petugas melakukan cek suhu tubuh pengunjung anak-anak sebelum memasuki gerbang Kebun Binatang Bandung atau Bandung Zoological Garden, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Sabtu (27/06/2020). Setelah sekitar tiga bulan tutup karena dampak pandemi Covid-19, Kebun Binatang Bandung dibuka lagi bagi pengunjung Sabtu ini. Seperti yang diungkapkan Marketing Communication Bandung Zoological Garden, Sulhan Syafi'i. Pengunjung anak-anakpun diizinkan masuk dengan mengikuti protokol kesehatan standar WHO. Hari pertama hingga jam 12 siang 176 pengunjung yang masuk dari target 200 orang. Padahal hari biasa sebelum adanya pandemi dapat menampung 2000 pengunjung dan di akhir pekan mencapai 6000 pengunjung. Tribunjabar/zelphi (/ZELPHI)

Jimenez mengatakan pihak WHO selalu menilai bukti tentang transmisi udara ini tidak beragam secara ilmiah, dan tidak didukung oleh para ahli yang ada di bidangnya.

Tetapi, WHO saat ini mempertimbangkan untuk menerbitkan laporan tentang bukti seputar transmisi Covid-19 dalam beberapa hari ke depan.

Menurut Van Kerkhove, hal ini akan mencakup panduan tentang menjaga jarak fisik dan penggunaan masker dalam pengaturan tertentu.

Saat ini, pihak WHO masih menyarankan untuk menjaga jarak satu meter diantara masyarakat.

Pedoman tersebut pun diikuti oleh banyak pemerintah di seluruh dunia.

Namun, setiap perubahan juga bisa berarti menggeser kebijakan banyak pemerintah tentang pengurangan risiko infeksi.

(Tribunnews.com/Maliana)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Temuan Virus Corona Menular Melalui Udara, WHO: Kebijakan Jaga Jarak & Pakai Masker Bisa Berubah

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved