Virus Corona Covid-19 Disebut Dapat Menular Lewat Udara, WHO Dinilai Sebabkan Banyak Kebingungan
Sekitar 239 ilmuwan menerbitkan jurnal Clinical Infectious Diseases, mendesak WHO agar mengakui Covid-19 menular lewat udara.
TRIBUNPALU.COM - Sejak teridentifikasi muncul pertama kali di China pada Desember 2019, virus corona jenis baru merebak ke seluruh dunia hingga ditetapkan sebagai pandemi global.
Begitu cepat merebaknya virus penyebab penyakit Covid-19, membuat para ilmuwan menyelidiki cara penularan, serta berupaya mengembangkan vaksin dan obatnya.
Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) pun mengatakan, virus corona dapat menyebar melalui kontak langsung dengan tetesan pernapasan besar.
Seperti batuk atau bersin dari orang yang sakit.
Namun, belum lama ini, sekitar 239 ilmuwan menerbitkan jurnal Clinical Infectious Diseases, mendesak WHO agar mengakui Covid-19 menular lewat udara.
• Prabowo Ditunjuk oleh Joko Widodo di Proyek Lumbung Pangan, Gerindra Bantah Ada Deal di Dalamnya
• Foto Buku Tahunan SMA Nicholas Saputra Viral di Twitter, Pengunggah: Langsung Nyari Bukunya, Ketemu!
• Sebaran Kasus Virus Corona di Indonesia per 9 Juli 2020: Jawa Barat Catat 962 Kasus Baru
Dikutip Tribunnews dari Time, Direktur dan Pendiri Scripps Reseacrh Translational Intitute, Dr Eric Topol menyebut hal ini sebagai serangkaian kesalahan.
"Sangat disayangkan bagaimana WHO menyebabkan banyak kebingungan," kata Dr Eric.
Surat yang ditulis para ilmuwan bersama konsultan WHO, berpendapat bahwa WHO dan otoritas kesehatan lainnya tak cukup memperhatikan transmisi Covid-19 di udara.

Para pejabat WHO mengakui kemungkinan rute penularan lewat udara pada Selasa kemarin.
Tetapi, pihak WHO menegaskan akan terus mengumpulkan bukti terkait penyebaran Covid-19 melalui udara.
"Kami telah berbicara tentang kemungkinan transmisi melalui udara dan transmisi aerosol sebagai salah satu mode transmisi Covid-19," ungkap Pimpinan Teknis WHO untuk Covid-19, Maria Van Kerkhove.
Tetesan Aerosol Tetap Tinggal di Udara selama Beberapa Jam
Sebagaimana diketahui, tetesan kecil (aerosol) virus dapat tetap tinggal atau melayang-layang selama berjam-jam di udara stagnan.
Menurut bukti ilmiah, tetesan tersebut akan menginfeksi orang ketika mereka menghirup udara.
Risiko ini paling tinggi saat berada di ruang tertutup dengan ventilasi buruk.
Menurut Dr Linsey Marr, ahli aerosol di Virginia Tech, aerosol dilepaskan ketika seseorang tanpa gejala mengembuskan napas, berbicara atau bernyanyi.