Di Depan Jokowi, Butet Kartaredjasa Keceplosan Ngomong Kasar: Karena Nggak Canggung, Ngelantur Aja
Akui tidak canggung dan ingin suasana santai, Butet Kartaredjasa mengaku sempat keceplosan berbicara kasar saat berhadapan dengan Presiden Jokowi.
Udah lama nggak dapet job monolog garingan, eh kemarin siang ditimbali Pak Jokowi.
Mendengarkan apa yang beliau gelisahkan, pikirkan, solusi dan harapan2 penyelesaian wabah pandemi Covid19.
Dan kemudian, mumpung duduk berseberangan satu meter di hadapan orang nomer satu yang menentukan kebijakan negeri ini, saya terpaksa monolog garingan.
Tanpa skenario. Njeplak sebisanya, mengalirkan pikiran.
Pertama saya yakinkan kepada presiden, manusia-seni itu banyak ragam dan jenisnya.
Bukan hanya model seniman yang kali ini hadir di istana, yang kebanyakan artis2 populer yang wajahnya kerap nongol di televisi.
Banyak seniman yang tidak mengharuskan wajahnya dikenal dan terkenal, misalnya seniman perupa, sastrawan, seniman2 tradisional, penari, pemain instrumen musik, kru supporting pertunjukan seni, penulis kreatif dll.
Semuanya ini juga perlu disapa dan ditolong.
Negara juga harus hadir kepada manusia2 seni yang sedang dan akan terkapar dihajar wabah pandemi.
Pasti banyak cara dan strategi mewujudkan keinginan presiden, sebagai bentuk nyata kehadiran negara.
Cara pragmatis jangka pendek, maupun jangka panjang mengingat kita sama2 nggak tahu kapan pandemi ini berakhir.
Saya sih cuma menceritakan ikhtiar kecil, bagaimana membangun basis ekonomi ke sektor riel.
Bercocok tanam. Tanpa meninggalkan aktivitas seni kreatif, bersama beberapa seniman mulai menanam singkong-gembong, lemon, anggur, empon2, sayur mayur, ceplukan, terong, cabe dll.
Apakah semua ini akan berhasil? Ya ndak tahu.
Lha wong namanya juga usaha. Lha trus, di mana negara akan hadir dan berperan?