virus corona
Tantangan Terbesar dalam Pengembangan Vaksin Covid-19: Imunitas dari Antibodi yang Cepat Melemah
"Artinya, terlalu mengandalkan vaksin saja (untuk mengontrol pandemi) bukanlah hal yang bijak," kata Stephen Griffin, guru besar di Leeds University.
Sebuah percobaan pre-klinis vaksin Covid-19 AstraZeneca terhadap babi, dikenal dengan nama AZD1222, menunjukkan dua dosis dapat menghasilkan respon antibodi lebih besar daripada hanya satu dosis saja.
Namun sejauh ini, masih belum ada data dari pengujian vaksin terhadap manusia yang menunjukkan hasil respon imunitas tubuh yang cukup kuat dan tahan lama.
• Update WNI Positif Covid-19 di Luar Negeri Rabu, 15 Juli 2020: Ada 106 WNI Terinfeksi di Qatar
• Matahari Melintas di atas Kakbah pada 15 dan 16 Juli 2020, Berikut Panduan Cek Arah Kiblat
• Lolos dari Jeratan Dugaan Kasus Prostitusi, Hana Hanifah Diselidiki Terkait Dugaan Surat Palsu
Injeksi Pendorong (Booster Shots)
Seorang profesor tamu mikrobiologi di Oxford University Inggris yang juga mantan pakar di Sanofi Pasteur, Jeffrey Arnold, mengatakan satu alasan kurangnya data adalah masalah waktu.
Pengembangan dan pengujian vaksin virus corona yang begitu cepat, hanya dalam waktu enam bulan, tidak cukup lama untuk menunjukkan daya tahan perlindungan yang dihasilkan.
Dia bersama pakar imunologi dan vaksin lainnya juga mengatakan, melemahnya imunitas dalam kasus alami infeksi Covid-19 tidak akan selalu sama dengan respon imun yang dihasilkan dari vaksin.
"Jika bisa, kita bisa berimprovisasi pada alam," kata Jeffrey melalui wawancara telepon.
"Dengan vaksin, tentunya, kita tidak akan langsung menginfeksi orang dengan virus, melainkan kita menghadirkan protein luaran yang dihasilkan oleh vektor yang berbeda, atau dibuat di laboratorium dan disuntikkan ke lengan... jadi tujuan idealnya adalah untuk melakukan hal yang lebih baik ketimbang infeksi itu sendiri, dengan membuat imunitas vaksin lebih kuat daripada yang alami," terangnya.
Di sisi lain, Stephen Griffin mengatakan, satu pendekatan yang bisa dilakukan adalah ketika vaksin yang ampuh berhasil dikembangkan, otoritas yang berwenang harus menyertakan injeksi pendorong bagi jutaan orang dalam interval waktu yang teratur.
Atau, bisa juga dengan mengombinasikan dua atau lebih tipe vaksin untuk setiap orang agar dapat menghasilkan potensi perlindungan terbaik.
Namun, praktiknya, hal ini juga mendapat tantangan yang besar.
"Memberikan satu dosis vaksin saja kepada seluruh populasi manusia di dunia bukanlah hal yang sederhana, apalagi memberikan dosis lebih banyak daripada itu," pungkas Stephen.
(TribunPalu.com/Rizki A.)