Virus Corona
Jika Tidak Ada Vaksin Corona Tahun Depan, Ini Rencana Cadangan yang Dilakukan untuk Menekan Covid-19
Setelah berbulan-bulan berjuang menghadapi pandemi virus corona, kini secercah harapan datang dari proses pengembangan vaksin untuk Covid-19.
TRIBUNPALU.COM - Kabar baik datang dari Amerika Serikat (AS). Setelah berbulan-bulan berjuang menghadapi pandemi virus corona, kini secercah harapan datang dari proses pengembangan vaksin untuk Covid-19.
Kabar positif ini bahkan ditanggapi dengan antusias oleh Dr. Anthony Fauci, pakar epidemiologi AS, yang secara konsisten menyatakan harapannya pada kemajuan pengembangan vaksin.
Namun, meski ada kemajuan, sejumlah pakar justru mengkhawatirkan reaksi dari publik AS terhadap progres yang positif ini.
Melansir NBC News, Sabtu (25/7/2020) sejumlah pakar khawatir bila kabar kemajuan ini ditelan mentah-mentah, maka akan timbul rasa berpuas diri dan mendorong masyarakat untuk mengabaikan protokol kesehatan karena merasa yakin bahwa vaksin akan segera ditemukan.
"Saya pikir kita harus bersiap untuk rencana cadangan. Hal itu adalah sesuatu yang jarang dibicarakan," kata Carl Bergstrom, seorang ahli biologi di University of Washington.
• Sebaran Covid-19 Indonesia Sabtu, 25 Juli 2020: Jawa Timur Lewati Angka 20 Ribu Kasus Positif Corona
• Update Corona Indonesia Sabtu 25 Juli 2020: Naik 1.868 Kasus Baru, 1.409 Sembuh, 89 Pasien Meninggal
Menurutnya, dalam skenario terbaik, butuh setidaknya enam bulan atau lebih untuk mengendalikan virus yang kadung menyebar luas.
Lebih lanjut, Bergstrom menyatakan bahwa saat ini bukanlah skenario terbaik, sehingga para pembuat kebijakan dan masyarakat harus bersiap untuk rencana jangka panjang.
"Sejauh ini tidak ada masalah dalam proses pengembangan vaksin. Namun, bukan berarti bahwa saat ini kita sudah terbebas dari masalah," kata Bergstrom.
Berharap sewajarnya
Apabila diperlukan adanya 'Rencana B', masih belum jelas seperti apa rencana itu saat ini.
Gedung Putih dan sekutunya di Kongres masih berdebat alot untuk menegosiasikan Rancangan Undang-Undang (RUU) terkait bantuan sementara.
Sementara Presiden Donald Trump justru berulang kali berspekulasi bahwa AS akan segera menemukan vaksin atau obat, atau bahwa virus akan menghilang dengan sendirinya.
Hal ini tentu saja membuat beberapa orang gelisah.
Ken Frazier, CEO perusahaan farmasi raksasa Merck, baru-baru ini memperingatkan bahwa siapa pun yang mempromosikan terobosan medis sebelum 2021 sama dengan memberikan kerugian besar bagi publik.
Menurutnya, hal tersebut tidak terlepas dari tantangan besar yang melekat pada pengembangan dan pembagian vaksin.
• Data WNI Positif Covid-19 di Luar Negeri, Sabtu 25 Juli 2020: Total 1.215 Kasus, 809 Pasien Sembuh