Ledakan Beirut Lebanon
Akibat Ledakan di Beirut, Lebanon, Kemlu: 1 WNI jadi Korban, Telah Dipastikan dalam Kondisi Stabil
Kementerian Luar Negeri RI laporkan ada satu WNI terluka akibat ledakan di Beirut, Lebanon. Kondisi korban dalam keadaan stabil.
Dalam pembukaan rilis itu Pemerintah Republik Indonesia menyampaikan ungkapan belasungkawa untuk Pemerintah Lebanon
"Pemri menyampaikan simpati kepada Pemerintah Lebanon dan juga belasungkawa kepada keluarga korban," tulis Kemlu RI dalam rilis Rabu (5/8/2020) pagi.
Kemlu RI menyebut ada satu WNI korban luka yang telah berhasil dihubungi oleh KBRI.
Kondisi korban pun dalam keadaan stabil dan bisa berkomunikasi dengan baik.
"Salah satu korban luka adalah WNI yang telah berhasil dikontak KBRI dan saat ini dalam kondisi stabil serta dapat berkomunikasi dengan baik," terang Kemlu RI.
Nantinya, KBRI akan melakukan pendampingan terhadap korban yang bersangkutan hingga pulih.

• Dua Kali Ledakan Guncang Beirut, Lebanon: 73 Orang Tewas dan Ribuan Lainnya Terluka
Tak hanya itu, KBRI juga akan terus memantau keberadaan dan kondisi WNI yang berada di Beirut pasca-insiden ledakan itu terjadi.
"KBRI Beirut juga melakukan koordinasi dengan otorias setempat dan melakukan pengecekan kepada WNI lainnya yang berada di Beirut," lanjut Kemlu RI.
Tercatat oleh KBRI, setidaknya ada 1.447 WNI yang berada di Beirut, Lebanon.
Sebanyak 1.234 orang di antaranya adalah Kontingen Garuda dan 213 orang merupakan WNI sipil termasuk keluarga KBRI dan mahasiswa.
Dikutip dari Kompas.com, Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Teuku Faizasyah, mengatakan ada satu orang warga negara Indonesia yang luka namun kondisi sudah stabil.
"Ada satu WNI yang mengalami luka-luka (inisial NNE). Staf KBRI sudah berkomunikasi melalui video call dengan yang bersangkutan. Kondisinya stabil, bisa bicara dan berjalan. Yang bersangkutan sudah diobati oleh dokter rumah sakit dan sudah kembali ke apartmennya di Beirut," kata Teuku Faizasyah.
Korban luka dari Indonesia adalah pekerja migran, tambahnya.

Sementara itu, Hamzah Assuudy Lubis selaku Presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia di Lebanon, mengatakan kepada BBC Indonesia bahwa "ledakan awalnya kami rasakan seperti gempa kurang lebih 10 detik".
Dia dan beberapa teman sesama mahasiswa tinggal di daerah Barbir, Beirut, yang berjarak kurang lebih empat kilometer dari lokasi kejadian.