Ledakan di Beirut, Palang Merah Lebanon Sebut Korban Jiwa Mencapai 100 Orang
Ledakan berkekuatan masif terjadi di Beirut, Lebanon pada Selasa (4/8/2020) petang waktu setempat.
TRIBUNPALU.COM - Ledakan berkekuatan masif terjadi di Beirut, Lebanon pada Selasa (4/8/2020) petang waktu setempat.
Dilansir TribunPalu.com dari AFP, ahli sesimologi menyebut guncangan yang terjadi akibat dari ledakan ini setara dengan gempa bermagnitudo 3.3.
Ledakan yang terjadi di kawasan pelabuhan itu menyebabkan bangunan di wilayah ibukota mengalami kerusakan parah.
Tak hanya itu, kepulan asap juga terlihat di langit Beirut pasca terjadinya ledakan.
Akibatnya, ribuan orang dilaporkan kehilangan tempat tinggal mereka.

• Ledakan di Beirut: Penjelasan Ilmiah Suatu Ledakan Mampu Guncang Tubuh hingga Tewaskan Manusia
• Duta Besar RI untuk Lebanon: 1.447 WNI Dilaporkan Selamat dari Ledakan di Beirut
Adapun menurut informasi yang disampaikan Palang Merah Lebanon per Rabu (5/8/2020) pagi waktu setempat, setidaknya korban jiwa akibat peristiwa ini telah mencapai 100 orang.
Di samping itu, sebanyak 4.000 orang dilaporkan mengalami luka-luka, yang mana memunculkan kekhawatiran bahwa korban jiwa dapat bertambah.
"Sampai saat ini, lebih dari 4.000 orang luka-luka, dan lebih dari 100 orang meninggal dunia. Tim kami masih terus melakukan operasi pencarian dan penyelamatan di sekitar lokasi," kata Palang Merah Lebanon yang dikutip dari AFP.
• Presiden Lebanon Sebut Ledakan di Beirut Diduga Berasal dari Gudang Berisi Ribuan Ton Amonium Nitrat
• Ledakan di Beirut, Lebanon Dibanjiri Dukungan dan Simpati dari Para Pemimpin Negara di Dunia
Sementara itu, Presiden Lebanon Michel Aoun, mengatakan ledakan besar itu berasal dari sebuah gudang yang menyimpan 2.750 ton amonium nitrat.
Aoun mengatakan ribuan ton amonium nitrat itu dilaporkan tersimpan secara tidak aman di sebuah gudang dekat pelabuhan Beirut selama kurang lebih enam tahun.
Namun, ia menganggap penyimpanan amonium nitrat dalam gudang tersebut "tidak dapat diterima" dan tidak bisa dibiarkan begitu saja.
"Karena tidak dapat diterima bahwa pengiriman 'amonium nitrat' diperkirakan 2.750 ton selama 6 tahun di sebuah gudang tanpa mengambil tindakan pencegahan, yang membahayakan keselamatan warga negara," ujar dia, demikian dikutip dari Tribunnews.com.

• Akibat Ledakan di Beirut, Lebanon, Kemlu: 1 WNI jadi Korban, Telah Dipastikan dalam Kondisi Stabil
• Ledakan di Beirut, Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab Nyatakan Hari Berkabung Nasional
Di sisi lain, Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab menyatakan hari berkabung nasional atas para korban dalam ledakan di Beirut.
Hassan Diab juga menyebut, lokasi ledakan sudah mendapat peringatan sejak tahun 2014 silam.
Ia menyatakan, akan segera mengungkap fakta mengenai gudang penyimpanan amonium nitrat tersebut, tetapi tidak ingin menghalang-halangi investigasi, sebagaimana diwartakan The Guardian.
(TribunPalu.com/Clarissa/Rizki A.)