Studi di Inggris Sebut Kasus Infeksi Covid-19 yang Parah Jarang Terjadi pada Pasien Anak-anak
Dibandingkan usia dewasa, pasien Covid-19 yang masih kanak-kanak dan remaja disebut cenderung tidak mengalami kasus yang parah.
Menurut para peneliti, enam anak pasien Covid-19 yang meninggal dunia memiliki penyakit penyerta atau komorbid.
Ini menunjukkan tingkat fatalitas yang rendah pada pasien anak, jika dibandingkan dengan tingkat fatalitas pada pasien Covid-19 semua umur, dari 0 hingga 106 tahun, yang dirawat di rumah sakit pada periode yang sama.
Yakni, 27 persen.
Secara keseluruhan, bisa dibilang risiko kasus Covid-19 yang parah jarang terjadi pada anak-anak.
Namun, para peneliti juga menyebut, anak-anak dari etnis kulit hitam dan anak yang mengalami obesitas, memiliki risiko yang berbeda, seperti yang ditunjukkan studi ini terhadap pasien dewasa.
Studi ini juga menunjukkan bahwa anak-anak bisa mengalami sejumlah gejala yang bervariasi saat terinfeksi Covid-19.
Seperti sakit tenggorokan, mual, muntah, sakit perut (abdomen), diare, dan ruam-ruam.
Gejala ini dapat menyertai gejala utama Covid-19, yakni demam, susah bernafas, dan batuk-batuk.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan wabah virus corona Covid-19 sebagai pandemi global pada 11 Maret 2020 lalu.
Hingga Jumat (28/8/2020) hari ini pukul 04.19 GMT atau 11.19 WIB, jumlah kasus infeksi virus corona di seluruh dunia telah mencapai 24.628.190.
Sementara, angka kesembuhan tercatat sebesar 17.094.258 dan angka kematian sebanyak 835.628.
*) Artikel ini hanya menyajikan paparan hasil penelitian tentang Covid-19, penyakit baru yang mana seluruh dunia masih melakukan dan mengembangkan penelitian untuk mengungkap fakta dan informasinya lebih lanjut.
Sumber: Reuters via Channel News Asia
(TribunPalu.com/Rizki A.)