Anggota DPD RI Dianggap Lecehkan Kepercayaan Masyarakat Bali, Akui Sudah Baca Kitab Suci
Pernyataan anggota DPR RI Dapil Bali membuat sejumlah warga Perguruan Sandhi Murthi dan warga asal Nusa Penida, Klungkung marah serta melakukan demo.
TRIBUNPALU.COM - Seorang anggota DPD RI Dapil Bali, Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Mahendradatta Wedastraputra alias AWK melontarkan pernyataan yang menyinggung masyarakat Bali.
Dalam video yang beredar, AWK menyebut Ida Bhatara yang berstana atau mendiami Pura Dalem Ped, Nusa Penida bukanlah dewa.
Pernyataan itu pun berbuntut panjang.
Hal ini membuat sejumlah warga Perguruan Sandhi Murthi dan warga asal Nusa Penida, Klungkung marah serta melakukan demonstrasi.
Namun, AWK mengklaim bahwa pernyataan yang dia ungkap didasarkan pada kitab suci.
Baca juga: Dilamar pada Tahun 2017, Maia Estianty Ungkap Pernikahannya dengan Irwan Mussry Sempat Dibatalkan
Baca juga: Kepala Daerah yang Lawan Keputusan Menaker Soal UMR Bakal Kena Sanksi Teguran hingga Diberhentikan
Baca juga: Viral Pemuda Beri Daging Sirloin untuk Kucing Peliharaannya, Rela Habiskan Jutaan Rupiah
Baca juga: Dampak Long Weekend, 336 Ribu Kendaraan Tinggalkan Jakarta dalam 2 Hari Terakhir
Demonstrasi berujung rusuh
Warga Nusa Penida yang marah tersebut menggelar aksi demonstrasi di depan Kantor DPD RI Perwakilan Bali, di Jalan Cok Agung Tresna, Renon Denpasar, Rabu (28/10/2020) siang.
Aksi unjuk rasa berujung rusuh ketika AWK bersedia keluar menemui massa untuk berdialog.
AWK mengaku dipukul oleh beberapa orang hingga melaporkan peristiwa itu ke Polda Bali.
Sesepuh Perguruan Sandhi Murti, I Gusti Ngurah Harta menilai AWK sebagai anggota DPD RI tak perlu berbicara soal agama.
AWK juga didesak untuk meminta maaf kepada warga Bali.
"Kalau dia doktor dan pintar harusnya tak bicara seperti itu. DPD itu jangan bicara soal agama, dan harus banyak belajar dia dan tak senang baca mungkin," kata I Gusti Ngurah Harta.
Yang dilakukan AWK, kata dia, melecehkan simbol-simbol yang disucikan masyarakat Bali.
"Karena sangat tersinggung dengan pelecehan simbol-simbol yang dipuja masyarakat Bali. Ia mengatakan makhluk, padahal itu adalah sosok yang disucikan tapi ia sebut makhluk, seperti Ratu Niang, Ratu Gede," kata dia.

Mengaku baca kitab suci