Kisah Bu Rani yang Pernah Dirawat di RS karena Covid-19: Kini Deg-degan Setiap Melihat Kerumunan

Setelah sembuh dari Covid-19, kini ia mengaku masih ndredeg atau deg-degan setiap kali melihat kerumunan banyak orang.

KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO
ILUSTRASI - Pasien orang tanpa gejala (OTG) dan pasien reaktif hasil rapid test Covid-19 melakukan senam pagi bersama relawan dan tenaga medis di Rumah Singgah Karantina Covid-19, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (27/5/2020). Rumah Singgah Karantina Covid-19 ini merawat 33 pasien OTG Covid-19 dan 12 orang reaktif hasil rapid test. 

TRIBUNPALU.COM - Konsultan Hubungan Masyarakat Asmara Pusparani atau yang akrab disapa Bu Rani sempat dirawat di rumah sakit karena menderita Covid-19.

Setelah sembuh, kini ia mengaku masih ndredeg atau deg-degan setiap kali melihat kerumunan banyak orang.

Bu Rani yang saat ini di tinggal di Bandung bersama suaminya yang juga penyintas merasakan itu karena apa yang ia alami selama menjadi penderita covid-19.

Rani mengungkapkan awalnya suaminya terlebih dulu dinyatakan positif covid-19.

Setelah mengantarkan suaminya ke rumah sakit, Bu Rani pun memberanikan diri untuk uji usap untuk memastikan kondisinya sendiri.

Petugas kesehatan menggunakan alat pelindung diri saat tiba di pos pemeriksaan IGD Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19, Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (16/9/2020). Gubernur Anies Baswedan pada Sabtu pekan lalu mengatakan saat ini pasien terpapar Covid-19 dengan status Orang Tanpa Gejala atau OTG akan dirawat di RSD Wisma Atlet, sebanyak 1.740 pasien Covid-19 yang dirawat inap hingga Rabu, 16 September 2020.
Petugas kesehatan menggunakan alat pelindung diri saat tiba di pos pemeriksaan IGD Rumah Sakit Darurat Penanganan COVID-19, Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu (16/9/2020). Gubernur Anies Baswedan pada Sabtu pekan lalu mengatakan saat ini pasien terpapar Covid-19 dengan status Orang Tanpa Gejala atau OTG akan dirawat di RSD Wisma Atlet, sebanyak 1.740 pasien Covid-19 yang dirawat inap hingga Rabu, 16 September 2020. (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Ia pun dinyatakan positif covid-19 dan dirawat di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran pada 8 September 2020.

Selama menderita covid-19 ia mengaku mengalami sejumlah gejala di antaranya demam, pegal linu, sakit kepala, indera penciumannya berkurang, kelelahan, lemas, kemudian mengalami pneumonia setelah sepekan dirawat.

Selama menjalani perawatan tersebut, menurut Bu Rani hal terberat yang dirasakannya adalah harus bertahan menalami gejala itu semua sendirian karena tidak boleh melakukan kontak dengan orang lain.

Bu Rani pun kerap menangis dan mengaku merasakan emosi yang tidak stabil selama menjalani perawatan tersebut.

Ketika itu rasanya sangat sulit bagi Rani untuk membangkitkan semangatnya agar sembuh dan melewati hari-hari itu.

Baca juga: Jusuf Kalla Prediksi Kasus Covid-19 di Indonesia Baru Rampung Tahun 2022

Baca juga: 7 Fakta Gempa Bumi di Turki 30 Oktober 2020: Guncangan Luas, Ada Lebih dari 100 Gempa Susulan

Baca juga: Jokowi Berulang Kali Sebut Tanpa Beban, Pengamat: Di Atas Kertas Memang Sudah Tak Ada Beban

Baca juga: Pandemi Covid-19: Eropa Kembali Terapkan Pembatasan Sosial, Amerika Serikat Dinilai Gagal

"Kadang kalau lihat orang banyak sedikit aja buat saya itu kayak, aduh, suka nderedeg sendiri. Suka takut sendiri. Itu masih ada. Masih kayak terngiang terus. Masih teringat lagi," kata Bu Rani dalam acara Bincang-Bincang Sabtu Pagi Penyintas Covid-19 yang digelar Lentera Talenta Indoneisa secara virtual pada Sabtu (31/10/2020).

Tidak hanya Itu, Rani juga masih merasa takut suaminya kembali tertular covid-19 jika kembali bekerja ke kantor mengingat ia menduga suaminya tertular dari kantor.

Ia pun juga merasa takut untuk kembali bekerja di kantornya kembali.

"Kalau saya ketakutannya adalah karena saya terpapar waktu itu dari suami. Itu saya takut kalau dia kembali lagi dari kantor itu dia akan kembali mengalami lagi karena kan ada klaster perkantoran ya dan kantor itu kan AC. Jadi pasti ada ketakutan akan terpapar kembali," kata Rani.

Hingga pada akhirnya, Bu Rani memperhatikan pasien covid-19 lain yang dirawat di sebelah kamarnya kerap bernyanyi.

Di titik itulah, ia merasa ia harus bangkit dan mencari kegiatan untuk memulihkan kondisi mentalnya yang sempat jatuh.

Saat itu, kata Bu Rani, ia memilih menulis sebagai terapinya memulihkan kesehatan mentalnya.

Ditambah lagi, kata Bu Rani, ia mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekatnya yang kerap mengirimkan vitamin atau makanan.

Untuk itu Bu Rani berpesan kepada masyarakat agar tetap menaati protokol kesehatan sehingga tidak mengalami apa yang ia rasakan.

"Saran saya pokoknya menggunakan masker, jaga jarak, mencuci tangan. Ini kelihatannya, aduh, sangat sederhana tapi ini benar, sungguh benar. Terutama masker," kata Rani.

Sebagaimana diketahui selain melakukan penanganan terhadap pasien positif covid-19 baik dengan gejala atau tanpa gejala, Pemerintah lewat Satgas Covid-19 saat ini terus menggencarkan kampanye penyuluhan 3M yakni memakai masker, rajin mencuci tangan, dan selalu menjaga jarak.

Kampanye 3M ini terus menerus disosialisasikan supaya masyarakat tidak lupa bahwa penyebaran Covid-19 banyak datang dari pergerakan manusia.

Oleh karena itu, pelaksanaan 3M harus dijalankan secara ketat.

Catatan Redaksi: Bersama-kita lawan virus corona. Tribunnews.com mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan. Ingat pesan ibu, 3M (Memakai masker, rajin Mencuci tangan, dan selalu Menjaga jarak.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kisah Bu Rani Masih Ndredeg Lihat Kerumunan Setelah Dirawat 25 Hari di Rumah Sakit Karena Covid-19

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved