Capai Rp21,95 Triliun, Realisasi Investasi Sulteng 2020 Raih Posisi Pertama di Sulawesi
Angka itu meningkat sebesar 18,84% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019 yang hanya mencapai Rp18,47 triliun.
TRIBUNPALU.COM, PALU - Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Sulawesi Tengah merilis realisasi investasi di Sulawesi Tengah secara kumulatif dari Januari sampai dengan September 2020 mencapai Rp21,95 triliun.
Angka itu meningkat sebesar 18,84% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019 yang hanya mencapai Rp18,47 triliun.
Dari total realisasi investasi tersebut, menyumbang 90,70% terhadap target tahun 2020 yaitu sebesar Rp24,20 triliun.
Kepala DPMPTSP Provinsi Sulawesi Tengah Christina Shandra Tobondo dalam rilisnya yang diterima melalui Biro Humas Pemprov Sulteng, Selasa (3/11/2020).
Menurutnya, capaian realisasi investasi periode ini berhasil menyerap tenaga kerja dari dalam negeri sebanyak 7.085 orang.
Capaian realisasi investasi sampai triwulan III periode Januari-September itu merupakan realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp4,19 triliun dan realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp17,76 triliun.
Capaian itu menempatkan Sulteng di urutan ke-11 dalam peringkat realisasi investasi secara nasional.
Posisi itu tidak bergerak atau sama dengan periode di tahun 2019.
Tetapi menurut Shandra, capaian realisasi investasi Sulawesi Tengah periode Januari-September 2020 se-Indonesia dibandingkan dengan periode tahun lalu, Sulteng menempati posisi pertama se Sulawesi.
Kemudian, berdasarkan lokasi proyek dengan nilai realisasi terbesar (lima besar) yaitu Kabupaten Morowali (Rp15,76 triliun), Kabupaten Morowali Utara (Rp3,28 triliun), Kabupaten Poso (Rp2,34 triliun), Kota Palu (Rp268,27 miliar), dan Kabupaten Banggai (Rp107,0 miliar).
Shandra juga menyebutkan, ada lima negara teratas dengan realisasi investasi terbesar sampai triwulan III periode Januari-September tahun 2020 yaitu, Tiongkok (Rp9,31 triliun atau 52,45%), Singapura (Rp6,37 triliun atau 35,89%), Hongkong RRT (Rp1,85 triliun atau 10,41%), Taiwan (Rp75,01 miliar atau 0,42%), dan Inggris (Rp33,64 miliar atau 0,19%).
Sementara capaian Rralisasi investasi Sulawesi Tengah berdasarkan negara asal PMA, ada enam sektor usaha dengan nilai realisasi terbesar antara lain, industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya (Rp15,74 triliun atau 71,1%).
Sementara listrik, gas, dan air (Rp3,11 triliun atau 14,2%).
Lalu tanaman pangan, perkebunan dan peternakan (Rp 1,19 triliun atau 5,4%).
Sementara perumahan, kawasan industri, dan perkantoran (Rp689,54 miliar atau 3,1%).
Transportasi, gudang, dan telekomunikasi (Rp505,28 miliar atau 2,3%), dan pertambangan (Rp198,45 miliar atau 0,9%).
Penanaman Modal Asing
Shandra juga menyebutkan, capaian realisasi penanaman Modal Asing (PMA) terbesar berdasarkan sektor usaha.
Ada tiga sektor usaha dengan nilai realisasi terbesar antara lain, industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya (Rp15,73 triliun atau 88,57%).
Sementara yang terbesar adalah PT Dexin Steel Indonesia mencapai (Rp3,05 triliun).
Kemudian disusul PT Indonesia Ruipu Nickel and Chrome Alloy (Rp2,16 triliun), dan PT Lestari Smelter Indonesia (Rp1,30 triliun).
Sedangkan listrik, gas dan air (Rp 764,57 miliar atau 4.30%) yang terbesar adalah PT Morowali Power Mandiri (Rp763,30 miliar).
Untuk perumahan, kawasan industri dan perkantoran (Rp620,91 miliar atau 3,49%) yang terbesar adalah PT Transon Bumindo Resources (Rp367,64 miliar).
Sedangkan capaian realisasi PMDN terbesar berdasarkan sektor usaha menurut Shandra, ada tiga dengan nilai terbesar antara lain, listrik, gas dan air (Rp2,34 triliun atau 56,03%) yang terbesar adalah PT Poso Energy (Rp2,13 triliun) dan PT Arkora Sulawesi Selatan (Rp196,83 miliar).
Sementara tanaman pangan, perkebunan dan peternakan (Rp1,17 triliun atau 27,96%) yang terbesar adalah PT Cipta Agro Nusantara Alam (Rp266,18 miliar).
Shandra juga menyebutkan, di Sulawesi Tengah masih memiliki stok investasi yaitu PT Huayue Nickel Cobalt yang bergerak di sektor usaha industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya dengan kapasitas 60.000 ton/tahun yang rencananya selesai konstruksi 2021.
PT Huayue Nickel Cobalt pada tahun 2021 masuk pada tahap comisioning dan tahun 2022 masuk dalam tahap komersil.
Selain itu ada PT. QMB Energy Materials yang bergerak di sektor usaha industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya dengan kapasitas produksi 50.000 ton/tahun.
Perusahaan tersebut adalah penghasil bahan baku baterai dan rencananya di tahun 2022 selesai konstruksi dan di pertengahan Tahun 2023 masuk pada tahap comisioning serta di tahun 2024 masuk pada tahap komersil.
Kedua Perusahaan tersebut berlokasi di PT IMIP, Kabupaten Morowali.
Di Kabupaten Morowali Utara terdapat juga kawasan industri yaitu PT Stardust Estate Investment yaitu perusahaan yang bergerak di bidang industri pertambangan yang sedang melakukan kegiatan prosesing pembagunan mega smelter tahap awal berkapasitas 24 tungku total target 60 tungku itu dan selebihnya akan diprogres pada tahap lanjutan, pada areal yang sama.
Pada objek kawasan industri tersebut, smelter yang dikerjakan PT SEI, yakni PT Gunbuster Nickel Industry (GNI), ada awal 2023 selesai dalam tahap konstruksi dan 2024 dalam tahap komersil.
Di dalam PT SEI terdapat juga tenant selain PT GNI yaitu PT Nadesiko Nickel Industri yang masih dalam tahap konstruksi.
Selain kedua kawasan industri tersebut, terdapat juga kawasan industri lainnya yaitu PT Transon Bumindo Resources terletak di Kabupaten Morowali yang saat ini telah memiliki 4 tenant di dalamnya.
Kemudian ada juga PT Anugerah Tambang Industri juga terletak di Kabupaten Morowali dan PT 69 Kawasan Industri terletak di Kabupaten Morowali Utara.
Selain kawasan industri yang terletak di Kabupaten Morowali dan Morowali Utara, di Kota Palu yaitu di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu, antara lain PT Trinitan Metals and Minerals (TMM).
Perusahaan ini baru saja mulai membangun smelter pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) berbasis hidrometalurgi dengan kapasitas hingga 5.000 ton nikel murni/tahun dalam pengoperasiannya.
Ini merupakan solusi bagi pengolahan bijih nikel laterit kadar rendah di Indonesia, dengan nilai investasi yang efisien, tapi mampu menghasilkan nikel 99,96 persen, serta nikel sulfat dan kobalt sulfat battery grade.
PT Trinitan Metals and Minerals (TMM) melakukan tahap konstruksi dan comisioning di 2021 tersebut.
Pada 2022 PT Trinitan Metals and Minerals (TMM) masuk dalam tahap komersil.(*)