Pesan SBY untuk Presiden Prancis Macron: Semoga Anda Bisa Menjadi Pemimpin yang Lebih Bijaksana
SBY memberikan pesan untuk Presiden Prancis Emmanule Macron terkait karikatur Nabi Muhammad
Alasan kedua, cara yang ditempuh oleh komunitas muslim di Austria tersebut juga bisa menginspirasi komunitas Muslim di negara lain, jika harus menuntut haknya karena agamanya dihina oleh pihak lain. Menurut saya itulah cara yang benar, karena dilakukan secara damai dan konstitusional, ketimbang dengan menggunakan kekerasan dan harus main hakim sendiri.
Saya pikir itu dulu yang mesti saya sampaikan. Ini bukan forum ilmiah buat kita saling berdebat dan berargumentasi. Ini hanyalah forum podcast buat saya menyampaikan hak dan kebebasan yang saya miliki, yang dijamin oleh The Universal Declaration of Human Rights.
Untuk Presiden Macron, harus saya sampaikan bahwa sama dengan Anda, saya juga pencinta demokrasi. Saya menghormati hak-hak asasi manusia dan kebebasan. Namun, di sisi lain saya mencintai kedamaian dan perdamaian (peace). Kedamaian mempersyaratkan hadirnya toleransi dan kerukunan antar masyarakat dan bangsa yang berbeda-beda identitasnya. Karenanya, saling menghormati, saling toleran dan saling bertenggang rasa adalah kondisi yang harus dijaga dan dirawat dengan baik.
Maaf, saya hanyalah warga negara dan warga dunia biasa. Saya tak punya kekuasaan (power) sebagaimana yang dimiliki oleh para pemimpin dunia. Namun, hati dan pikiran saya tergerak untuk ikut mencari solusi yang tepat dan bijak atas benturan dan pertikaian yang tak kunjung henti ini. Masalah dan benturan terjadi , sejak penggambaran karikatur Nabi Muhammad di Denmark tahun 2005, penerbitan karikatur yang serupa oleh Charlie Hebdo di Paris tahun 2015, penerbitan ulang karikatur yang dimuat Charlie Hebdo di tahun 2020 ini, dan yang paling akhir adalah dipertontonkannya karikatur Nabi Muhammad kepada publik akhir-akhir ini. Tentu dibarengi dengan berbagai reaksi dan respons dari kalangan umat Islam, yang sebagian dari padanya dinilai melampaui batas dan tak bisa dibenarkan.
Jangan salah sangka, saya juga mengecam aksi-aksi teror dan kekerasan lainnya yang terjadi di Perancis sehubungan dengan kemelut karikatur Nabi Muhammad itu. Atas nama apa pun, tindakan terorisme tak bisa dibenarkan. Kita, dan saya yakin para pemimpin lain di seluruh dunia, berada dalam satu perahu dalam soal ini. Yang saya pikirkan adalah bagaimana aksi-aksi kekerasan dan teror itu tak terus terjadi, baik di Perancis maupun wilayah mana pun di dunia.
Saat ini situasi memang sedang panas. Semestinya pemimpin dari pihak mana pun, Barat maupun Islam, bisa menahan diri serta tidak memprovokasi dan mengagitasi, agar situasinya tidak semakin buruk dan berbahaya. Yang diperlukan adalah kepedulian, tekad dan aksi nyata para pemimpin, untuk mencari solusi agar pertikaian ini tak terus berlangsung.
Atas pertimbangan itu semua, saya hanya ingin menyampaikan pesan dan harapan kepada Tuan Macron, Presiden Perancis, sebagaimana yang telah saya uraikan tadi.
Harapan saya, saya yakin ini juga harapan umat Islam di seluruh dunia, mulailah dari menghentikan penggambaran dan publikasi karikatur Nabi Muhammad. Kalau bisa dilakukan, itu sebuah awal yang menjanjikan harapan (a good beginning, a new beginning). Kalau orang seperti saya berani mengatakan bahwa membunuh dan melakukan aksi kekerasan terhadap yang dinilai menghina Islam itu salah, artinya masih ada cara lain... mestinya Anda juga berani mengatakan bahwa yang membuat dan mempertontonkan karikatur Nabi Muhammad itu juga salah. Mulailah dari itu dulu. Mari kita putus mata rantai “balas membalas” yang bisa terus terjadi.
Semoga Duta Besar Perancis untuk Indonesia, Bapak Olivier Chambard, berkenan mengkomunikasikan inti sari dari pesan dan harapan saya ini. Saya juga mengikuti, Presiden Jokowi telah mengeluarkan pernyataan yang resmi, karenanya anggaplah yang saya sampaikan ini merupakan pesan dari salah satu anggota masyarakat Indonesia.
Saya tahu, tak mudah memang untuk mengubah suatu keyakinan dan cara pandang. Seolah tak akan mungkin dilakukan. Bagi para pemimpin politik, sering kali harus berpikir “beyond politics” manakala memasuki “world of wisdom”. Sejarah menunjukkan bahwa pemimpin yang hebat sering membuat sesuatu yang seolah tidak mungkin, menjadi mungkin. Make the impossible, possible.
Khusus untuk saudara-saudara kami rakyat Indonesia, yang sangat majemuk dan berbeda-beda dalam identitas, jadikanlah isu besar yang saya angkat dalam podcast ini sebagai cermin. Artinya, tidak ada yang lebih baik untuk menjadikan Indonesia yang kita cintai ini sebagai tanah air yang damai, selain dengan senantiasa menjaga persatuan, kerukunan dan persaudaraan di antara kita semua.
Identitas bukanlah untuk memisahkan kita. Keragaman identitas adalah anugerah Tuhan, yang harus kita syukuri untuk menjadikan bangsa kita besar dan kuat. Karenanya, jangan sekali-kali menjadikan identitas sebagai komoditas politik. Itu sangat berbahaya. Jangan sampai kita menjadi bangsa yang terbelah (divided nation).
Taman kehidupan yang harus kita bangun adalah suasana yang damai dan indah, di mana di antara kita terbangun sikap saling sayang menyayangi, saling hormat menghormati serta saling bertoleransi dan bertenggang rasa. Ingat, para pendiri republik mendambakan negeri ini menjadi rumah besar bagi semua. Rumah besar bagi bangsa yang damai, adil dan makmur. Insya Allah, kita semua tengah menuju ke situ.” tulis SBY yang dibacakan oleh Ossy Dermawan.
(TribunPalu.com)