BMKG Sebut Ada Potensi Gempa Susulan di Majene dan Imbau Warga untuk Tetap Tenang
BMKG Sulawesi Barat menyebutkan akan terjadi gempa susulan dengan pusat gempa di pantai atau di pinggir laut
TRIBUNPALU.COM - Telah terjadi gempa yang mengguncang Majene, Sulawesi Barat pada Jumat (15/1/2021) dini hari.
Jumlah korban terus bertambah akibat Gempa bekekuatan 6,2 Magnitudo (M).
Laporan terbaru, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Barat menginformasikan ada 27 korban gempa yang meninggal dunia.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati juga menyebut masih ada potensi gempa susulan.
Ia mengatakan, gempa susulan tersebut bisa berkekuatan sama atau bahkan lebih kuat lagi.
"Perlu kami sampaikan pula bahwa pertama tadi adalah masih ada potensi gempa susulan berikutnya yang masih kuat."
"Bisa mencapai kekuatan yang seperti tadi sudah terjadi 6,2 atau sedikit lebih tinggi lagi," kata Dwikoria dalam konferensi pers pada Jumat (15/1/2021).
Dwikorita Karnawati juga menyampaikan bahwa, gempa susulan berpusat di pantai bisa berpotensi menimbulkan gelombang tsunami.

Bahkan, bisa juga menimbulkan longsor bawah laut seperti yang terjadi di Palu pada 2018 lalu.
Hal itu lantaran kondisi batuan di wilayah tersebut sudah diguncang hingga 28 kali.
"Nah dan itu karena kondisi batuan digoncang dua kali bahkan 28 kali, sudah rapuh dan pusat gempa ada di pantai."
"Nah memungkinkan untuk terjadinya longsor ke dalam laut atau longsor bawah laut."
"Sehingga masih atau dapat pula berpotensi terjadinya tsunami apabila ada gempa susulan berikutnya dengan pusat gempa di pantai atau di pinggir laut," ujar Dwikorita Karnawati dikutip dari tayangan Kompas TV, Jumat (15/1/2021).
Kendati demikian, ia menghimbau agar masyarakat di Majene tetap tenang terkait adanya potensi gempa susulan itu.
Ia menyarankan agar warga yang berada di wilayah gempa untuk menjauhi bangunan.
Selain itu, masyarakat juga diminta untuk menjauhi pantai dengan segera tanpa menunggu peringatan dini tsunami.
"Oleh karena itu kami juga menghimbau warga masyarakat di daerah terdampak tidak hanya menjauhi bangunan yang rentan atau gedung-gedung tapi juga apabila kebetulan masyarakat berada di pantai."
"Ini yang dipantai saja dan merasakan guncangan gempa lagi segera menjauhi pantai tidak perlu menunggu peringatan dini tsunami karena kejadian tsunaminya bisa sangat cepat," lanjut Dwikorita.
Selain itu, Dwikorita juga meminta agar jalur evakuasi bagi warga segera disiapkan.
Dwikorita melanjutkan, yang terpenting masyarakat mengetahui apa yang harus dilakukan ketika gempa susulan terjadi.
"Masyarakat juga kami imbau untuk tetap tenang yang penting sudah tahu apa yang dilakukan, mulai disiapkan juga jalur evakuasi. Yang berada di pantai siapkan evakuasi ke tempat yang lebih tinggi," ujarnya.
(27 Korban Gempa Meninggal Dunia di Sulawesi Barat)
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Barat, Darno Majid menyebut hingga saat ini ada 27 warga yang meninggal akibat gempa yang berpusat di Kabupaten Majene, Jumat (15/1/2021).
Korban tersebut tewas karena tertimpa reruntuhan material bangunan yang ambruk saat gempa.
Dari 27 orang yang tewas, 18 orang meninggal di Kabupaten Mamuju. Sementara 9 orang lainnya tewas di Kabupaten Majene.
Darno mengatakan, "Saat ini BPBD belum mendapatkan data pasti terkait jumlah warga yang mengungsi di dua kabupaten tersebut."
Namun diperkirakan ada belasan ribu warga yang sudah mengungsi ke beberapa kawasan pegunungan yang ada di Mamuju.
"Pengungsi ini tersebar di beberapa daerah di pegunungan. Ada di depan rujab (rumah jabatan), kemudian ada pengungsi di bukit," ujar Darno, dikutip dari Kompas.com.
Darno mengatakan di Mamuju selain gedung perkantoran, hotel, dan pusat perkantoran yang ambruk, ada juga rumah warga yang mengalami kerusakan cukup parah.
Dia menyebut ada 10 rumah warga yang rata dengan tanah, sekitar 100 lebih rumah rusak berat dan ringan, serta beberapa ruko yang turut ambruk.
"Kemudian kantor Gubenernur sendiri mengalami kerusakan yang sangat parah. Di antaranya setengah dari kantor itu ambruk dan di belakangnya retak."
"Dan mungkin saja saat ini sepertinya memang sudah tidak bisa lagi ditempati apalagi kita mengantisipasi kemungkinan gempa susulan," pungkas Darno.
(TribunPalu/NuriDwi)