Tukang Pikul Peti Jenazah Covid-19 Mogok, Keluarga Angkut dan Makamkan Sendiri dengan APD Seadanya
Tukang pikul peti jenazah di TPU Cikadut, Kota Bandung melakukan aksi mogok kerja.
"Katanya yang biasa pikul lagi mogok," ucap dia.
Beruntung, ada keluarga jenazah cukup banyak, mereka mendadak membeli jas hujan sebagai pengganti APD.
"Untungnya kami ada delapan orang yang ikut, kalau kurang, kan, repot. Mana gelap, jalannya curam dan licin," ujar Andre.
Ia berharap Pemkot Bandung dengan warga di sekitar TPU Cikadut yang biasa memikul bisa berkolaborasi.
"Iyalah supaya jangan jadi menyusahkan. Kalau begini, kan, jadi susah," ucap Andre.
Baca juga: Bocoran Cerita Ikatan Cinta Episode Kamis 28 Januari 2021: Al Percaya Andin Bukan Pembunuh Roy
Sejak kemarin pagi, tim angkut mogok kerja dan tidak menerima permintaan angkut peti jenazah dari keluarga.
Imbasnya, sejumlah jenazah sempat terlantar berjam-jam tidak diangkut ke liang lahat dari ambulans.
"Aksi kecil-kecilan ini mungkin kami gelar sampai ada keputusan dari pemerintah kepada kami. Kami tunggu kejelasannya," ucap dia.
Liputan khusus Tribun Jabar mengungkap ada aktivitas transaksi mengangkut peti jenazah selama Covid -19 berpandemi.
Hasil kajian aturan pemakaman di Kota Bandung, Pemkot Bandung hanya mengakomodasi pemakaman dari pengangkutan ke tempat pemakaman, menggali, dan mengurug makam.
Pengangkutan peti jenazah dari ambulans ke liang lahat tidak diatur.
Akibatnya, pengangkutan peti jenazah dilakukan warga tanpa ada dasar hukum. Keluarga jenazah, membayar sejumlah uang bagi tim angkut.
Walikota Bandung Oded M Danial mengunggah postingan di Instagram miliknya yang menyebut akan menghentikan pungutan itu dan menyebut tim angkut tega mengambil kesempatan.
Bagi Fajar, postingan itu menyinggung mereka.
Di satu sisi Pemkot Bandung tidak menyediakan petugas khusus angkut, namun di sisi lain, keluarga jenazah membutuhkan tim angkut peti jenazah sekalipun membayar sejumlah uang jutaan.