Berita Viral 

Prabowo Ancam Usut Gubernur Jabar Dedi Mulyadi: Kalau Brengsek, Saya Usut Kau

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menerima teguran keras dari atasannya di partai sekaligus Presiden RI, Prabowo Subianto.

Editor: Lisna Ali
Kolase Youtube Setpres dan Tribun Jabar (Fauzi Noviandi)
PRABOWO PERINGATI DEDI - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menerima teguran keras dari atasannya di partai sekaligus Presiden RI, Prabowo Subianto. 

TRIBUNPALU.COM - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menerima teguran keras dari atasannya di partai sekaligus Presiden RI, Prabowo Subianto.

Prabowo Subianto, melontarkan peringatan saat memberikan pidato dalam acara akad massal 26.000 unit Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), di Perumahan Pesona Kahuripan 10, Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (29/9/2025).

Dalam pidatonya, Prabowo menyinggung status Dedi Mulyadi sebagai kepala daerah yang berafiliasi dengan Partai Gerindra.

Prabowo mengakui bahwa Dedi Mulyadi memiliki pengaruh yang sangat besar di wilayah Jawa Barat, khususnya di daerah asalnya, Purwakarta.

Namun, Presiden Prabowo menegaskan bahwa kedekatan dan status partai tidak akan menjadi jaminan atau perlindungan jika sang Gubernur menyimpang.

"Gubernur Jawa Barat kebetulan Gerindra. Tapi kalau brengsek saya usut kau," ujar Presiden Prabowo.

Pernyataan keras ini langsung disambut riuh tepuk tangan dan tawa dari peserta acara.

Meski demikian, Prabowo menutup peringatan itu dengan sebuah kalimat optimisme.

"Tapi saya yakin kau tidak brengsek," jelas Prabowo.

Momen itu juga, Prabowo menekankan pentingnya kepemimpinan yang bersih dan akuntabel di semua tingkatan pemerintahan.

Ia turut menyuarakan pentingnya politik yang dewasa dan demokrasi yang santun pasca-pemilu.

“Politik kita harus politik yang dewasa. Demokrasi kita harus demokrasi yang santun, penuh persaudaraan. Berbeda partai nggak ada masalah,” tegasnya.

Baca juga: Vonis Tanpa Terdakwa, Kuasa Hukum Razman Nasution Akan Gugat Hakim PN Jakut ke MA

Presiden juga menyerukan agar para pemimpin meninggalkan praktik politik lama yang sudah tidak relevan di Indonesia modern.

Ia menyebut pandangan politik yang masih menggunakan paradigma tahun 40-an atau 50-an adalah paradigma perang ideologi.

"Sekarang kita sudah sepakat ideologi kita ya Pancasila,” tegasnya, menandakan bahwa isu ideologi seharusnya tidak lagi memecah belah elit.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved