Gejolak Partai Demokrat

Konflik Partai Demokrat Semakin Memanas, Pengamat: Istana Seperti Bermain Dua Kaki

Konflik Partai Demokrat semakin memanas setelah kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Moeldoko sama-sama mendatangi Kementrian Hukum dan HAM.

Penulis: Haqir Muhakir |
Dok Kompas.com
Kolase foto AHY dan Moeldoko 

TRIBUNPALU.COM - Konflik Partai Demokrat semakin memanas setelah kubu Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Moeldoko sama-sama mendatangi Kementrian Hukum dan HAM (Kemenkumham).

Kedatangan kubu AHY di Kemenkumham untuk membeberkan bukti bahwa Kongres Luar Biasa (KLB) yang digelar kubu Moeldoko tidak sah.

Sementara kubu Moeldoko datang ke Kemenkumham untuk mendaftarkan seluruh hasil KLB di Deli Serdang, Sumatera Utara.

Kini bagaimana sikap pemerintah dalam menanggapi kisruh di Partai Demokrat menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu.

Baca juga: Waspada Varian Baru Covid-19! Jangan Tunda Vaksin dan Patuhi Protokol Kesehatan

Baca juga: Pengunjung Pasar Murah di Palu Tiba-tiba Mengamuk sambil Mengumpat soal Perselingkuhan, Diduga ODGS

Baca juga: Demokrat Bantah Darmizal Berjasa Menangkan SBY jadi Ketua Umum: Jangan Ngada-ngada, Itu Fitnah

Pengamat politik Refly Harun berkomentar bahwa saat ini masyarakat menunggu tanggapan Istana.

Pasalnya, sejak adanya gejolak di Partai Demokrat, Refly Harun mengatakan bahwa Istana seolah bermain dua kaki.

"Tetapi kita akan lihat apakah pergerakan ini akan terus dengan satu cara saja yaitu bagaimana Istana menanggapi. So far Istana seperti bermain dua kaki," kata Refly Harun melalui video di chanel YouTube pribadinya, Selasa (9/3/2021).

Menurut Refly Harun, saat ini yang diperlukan adalah kepastian ke arah mana Istana akan bersikap.

Apakah menolak KLB yang diselenggarakan kubu Moeldoko atau justru sebaliknya.

"Mereka tidak mengatakan clear mereka mengakui. Tetapi tidak juga melakukan penolakan. Bahkan Yasonna Laoly sudah bersuara agar Demokrat jangan memojokan pemerintah," katanya.

Adapun terkait kudeta yang dilakukan kubu Moeldoko, Refly Harun mengatakan bahwa motifnya bermacam-macam.

"Bisa saja motifnya motif kekuasaan, tapi bisa juga motifnya motif pribadi," tuturnya.

Refly harun pun merasa belum ada tanda-tanda mengenai sikap Istana terkait kisruh di Partai Demokrat.

Baca juga: Waspada Gejala Long Covid-19, Depresi, Sakit Dada Hingga Sulit Berpikir, Ini Cara Pencegahannya

Baca juga: Uang Setoran Kader, DPD Demokrat: Fitnah Besar, Simpan Tangisanmu untuk Hari Pertanggung Jawaban

Baca juga: 100 Hari Kinerja Hadianto-Reny, Ini 8 Perintah untuk Palu Mulai Lapor Wali Kota Hingga Tindak Pungli

Menurutnya, pihak Istana harus memberikan pilihan kepada Moeldoko, apakah mau menjadi KSP atau Ketua Umum Demokrat.

"Ini menunjukan belum ada tanda-tanda Istana itu memperingatkan Moeldoko dan memberikan ultimatin kepada Moeldoko memilih apakah mau menjadi KSP atau menjadi Ketua Umum Partai Demokrat," katanya.

Lebih lanjut, Refly Harun mengatakan bahwa saat ini misteri terkait gejolak di Partai Demokrat ada di pihak Istana.

"Misteri itu sebenarnya tidak hanya ada di Moeldoko, tapi misteri itu ada di Istana. Istana saat ini seperti melihat angin saja, apakah akan terus atau kah akan berhenti. Apakah akan mengapresiasi Moeldoko atau kah akan memberikan sanksi," katanya.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved