Sejarah Hari Ini
Apa Itu Supersemar Diperingati Setiap 11 Maret? Cek Sejarah dan Kontroversinya
Supersemar sekaligus sebagai peralihan dari pemerintahan Orde Lama dipimpin Presiden Soekarno kepada pemerintahan Orde Baru oleh Presiden Soeharto
Belasan menteri yang loyal terhadap Soekarno ditangkap beberapa hari kemudian.
Perlahan, kekuasaan Soekarno surut.
Baca juga: Kecelakaan Maut Bus Masuk Jurang di Sumedang, Korban Selamat Ceritakan Kronologi Kejadian
Baca juga: Sespri Ungkap Edhy Prabowo Simpan Uang Tunai Rp 10 Miliar di Rumah, Biasa Digunakan untuk Ini
Baca juga: Pertama Kali dalam 16 Tahun Messi-Ronaldo Tak Ada di 8 Besar UCL, Ini Daftar Lengkap Tim yang Lolos
• Curhatan Pilu Remaja Putri yang Jadi Korban Pencabulan Ayah Kandungnya, Akui Sangat Membenci Pelaku

Ada tiga kontroversi yang muncul jika membicarakan Supersemar.
Pertama, menyangkut keberadaan naskah otentik Supersemar.
Kedua, proses mendapatkan surat itu. Ketiga, interpretasi yang dilakukan oleh Soeharto.
Kendati lembaga Arsip Nasional Republik Indonesia menyimpan tiga versi naskah Supersemar, namun ketiganya tidak autentik.
Kontroversi berikutnya, Supersemar diberikan bukan atas kemauan Soekarno, melainkan di bawah tekanan.
Menurut Asvi, sebelum 11 Maret 1966, Soekarno didatangi oleh dua pengusaha utusan Mayjen Alamsjah Ratu Prawiranegara.
Kedua pengusaha itu, Hasjim Ning dan Dasaad, datang untuk membujuk Soekarno menyerahkan kekuasaan kepada Soeharto.
Akan tetapi, Soekarno menolak, bahkan sempat marah dan melempar asbak.
"Dari situ terlihat ada usaha untuk membujuk dan menekan Soekarno telah dilakukan, kemudian diikuti dengan pengiriman tiga jenderal ke Istana Bogor," ungkap Asvi.(*)
Sebagian artikel Ini pernah tayang di Kompas.com dengan judul Kontroversi Supersemar, Kemarahan Soekarno hingga Manuver Soeharto