Istri Marcus Gideon Ungkap Kondisi Atlet yang Jalani Isolasi Mandiri, Sebut Tak Diberi Makan
Istri dari Marcus Gideon, Agnes Gideon mengungkapkan kondisi terkini tim indonesia yang terngah menjalani isolasi mandiri.
TRIBUNPALU.COM- Tim bulutangkis Indonesia saat ini harus menjalani isolasi mandiri di Inggris.
Berkaitan dengan hal tersebut, istri dari Marcus Gideon, Agnes Gideon mengungkapkan kondisi terkini tim indonesia yang terngah menjalani isolasi mandiri.
Pantauan TribunJakarta.com Agnes merasa jika pihak penyelenggara berlaku semena-mena kepada atlet Indonesia yang sedang menjalani isolasi mandiri.
Para atlet menjalani isolasi mandiri di sebuah hotel, mereka pun hanya diberi sarapan pagi saja.
Untuk makan siang dan malam, para atlet diminta untuk membeli dari hotel dengan uang pribadi.
"Jangan lupa dikasih makan juga pemain yang lagi karantinanya,
masa iya pas dateng ke sana udah gak boleh kemana-mana harus di kamar aja,
makanan aja gak dikasih, cuman dikasih breakfast aja?
Makan siang dan malam boleh pesan di hotel tapi berbayar sendiri," tulis Agnes di Insta Story-nya, Kamis (18/3/2021).
Baca juga: Luapkan Uneg-uneg Soal All England 2021, Anthony Ginting: Liga Inggris Jalan, Kok Kami Nggak?
Baca juga: Tunggal Putri Turki yang Satu Pesawat dengan Tim Indonesia Mundur dari All England Open 2021
Karena harus melakukan isolasi mandiri selama 10 hari terhitung sejak tanggal kedatangan, tentu akan sangat memberatkan jika para atlet dan staff harus terus menerus memesan makan siang dan malam di hotel.
Tetapi ternyata, para atlet sudah membawa beberapa bahan makanan seperti indomie dan alat penanak nasi yang bisa sedikit meredakan rasa lapar dan dahaga.
"Untungnya atlet Indo pada bawa rice cooker, indomie, etc. Pada bawa sangu. Kasian ya," tutup Agnes.

Tim Indonesia Dipaksa Mundur di All England Padahal Pemain Sudah Bertanding, Ini Kata Joko Suprianto
Tim bulu tangkis Indonesia yang dipaksa mundur di All England mengundang reaksi keras dari Joko Suprianto, legenda pebulutangkis Indonesia.
Mantan ranking 1 dunia kategori tunggal putra era 1993 ini menyayangkan apa yang telah terjadi, khususnya kurang antisipasinya BWF.