Mengenal Terminator Canon Foam, Alat Pemadam Kebakaran Kilang Minyak Pertamina
Terminator canon foam merupakan alat pemadam kebakaran kilang minyak milik Pertamina yang dioperasikan dengan air dan foam.
Terlepas dari kehebatan terminator canon foam dalam membantu pemadaman api, beberapa pihak justru meminta Pertamina untuk lebih berhati-hati dalam menciptakan sistem di kilang minyak.

• Tanggapi Kebakaran Kilang Minyak di Balongan, Greenpeace: Pertamina Harus Lakukan Mitigasi Mendalam
• Video Detik-detik Awal Ledakan Kilang Minyak Balongan, Api Sempat Mengecil sebelum Bunyi Dentuman
Salah satunya imbauan dari Kepala Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak, yang mengatakan jika insiden ini menambah deretan kisah tragis kecelakaan dan bencana yang dikarenakan oleh energi ekstraktif.
Diwartakan oleh TribunPalu.com, pada tahun 2014 tepatnya pada 16 Februari telah terjadi kebakaran kilang minyak di Dumai, Riau.
Tak hanya itu saja, pada 2019 terjadi insiden tumpahan minyak mentah dari operasi PT Pertamina Hulu Energi.
Akibat dari tumpahan minyak mentah tersebut, kehidupan perekonomian masyarakat dan ekosistem darat serta perairan sekitar ikut terkena dampak buruknya.
Kemudian menyusul kejadian kebakaran di Kilang Pertamina di Balikpapan pada 15 Agustus 2019.
• Kebakaran Kilang Minyak Pertamina Balongan, Direktur Utama Pertamina Pastikan Stok BBM Aman
Baca juga: Dirut Pertamina Angkat Bicara soal Penyebab Kebakaran Kilang Minyak Balongan, Bukan karena Petir?
Leonard menekankan agar Pertamina melakukan langkah mitigasi yang menyeluruh pada resiko kebakaran kilang.
Tak hanya itu, ia juga meminta Pertamina untuk memikirkan dampak bagi perekonomian dan keberlangsungan kehidupan masyarkat sekitar.
“Berkaca pada kerugian di berbagai kejadian sebelumnya, tentunya kita tidak ingin deretan bencana yang ditimbulkan oleh sektor industri ekstraktif (minyak bumi, batu bara) ini terus berlanjut. Ketergantungan kita terhadap energi ekstraktif harus segera dipangkas," kata Leonard dikutip dari laman Tribunnews.com.
Bauran energi nasional harus memberikan porsi terbesar bagi energi terbaru, seperti surya dan bayu (angin).
Strategi Jangka Panjang Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim (LTS-LCCR) Indonesia harus memberikan arah kebijakan konkrit untuk mewujudkan bauran energi tersebut.
Menurut Leonard, tak hanya pihak Pertamina saja yang memikirkan hal tersebut, tetapi juga pemerintah yang harus lebih berambisi dalam revisi penurunantarget emisi.
(TribunPalu.com/Hakim)