Mengenal Terminator Canon Foam, Alat Pemadam Kebakaran Kilang Minyak Pertamina
Terminator canon foam merupakan alat pemadam kebakaran kilang minyak milik Pertamina yang dioperasikan dengan air dan foam.
Mengenal Terminator Canon Foam, Alat Pemadam Kebakaran Kilang Minyak Pertamina
TRIBUNPALU.COM - Kilang minyak milik Pertamina yang terletak di Balongam, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat terbakar pada Senin (29/3/2021) dini hari.
Penyebab dari kebakaran itu masih diselidiki hingga saat ini.
Namun sebelumnya dikatakan oleh Sekretaris Perusahaan Subholding Refining & Petrochemical Pertamina, Ifky Sukarya yang mengatakan penyebab terjadinya kebakaran di Balongan itu diduga akibat sambaran petir.
Dalm siaran pers yang digelar oleh pihak Pertamina, disebutkan jika kebakaran tidak sampai terjadi di equitment utama, hanya di bagian tangki T-301G saja.
Untuk mengendalikan arus minyak yang terbakar tidak semakin menjalar, Pertamina melakukan pemutusan atau normal shutdown.
Baca juga: Sebelum Terjadi di Balongan Indramayu , 3 Kilang Milik Pertamina Ini Juga Pernah Terbakar
Baca juga: Kebakaran Kilang Minyak Pertamina Indramayu Disebut Karena Sambaran Petir, Ini Analisis BMKG
Guna memadamkan kobaran api yang diikuti kepulan asap hitam tebal tersebut, sejak kemarin Pertamina sudah mengerahkan tim Health Safety Security dan Enviroment Kilang Pertamina.
Pada sejumlah kebakaran kilang yang pernah dialami, Pertamina kerap menggunakan alat Terminator Canon Foam untuk memadamkan api.
Alat ini semacam pelontar busa yangmemiliki daya mencapai 3.500 galon per menit.
Hal tersebut merupakan kekuatan yang lebih tinggi dari pengoperasian alat biasanya.
Dikutip Tribun Palu dari situs website resmi milik Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Republik Indonesia, Pertamina menggunakan alat ini pada saat kebakaran kilang minyak di Cilacap, Jawa tengah pada 2011 lalu.
Saat itu, stok foam yang dimiliki oleh Pertamina sebanyak 97 ton.
Baca juga: Tiga Orang Terpental ke Sawah dari Mobil Bak saat Ledakan Kilang Minyak, Belum Ada Informasi Lanjut
• Kondisi Bangunan di Sekitar Lokasi Kejadian Kebakaran Kilang Minyak Balongan
Tak hanya foam, dalam menggunakan alat ini Pertamina juga membutuhkan air yang cukup banyak.
Saat terjadi kasus tersebut, Pertamina membutuhkan tambahan stok air dari line cooling water yang ada di kawasan kilang.
Hal ini akan memudahkan terminator canon foam saat memompa dengan kekuatan tinggi untuk menghasilkan foam yang banyak.
Keberadaan air dan busa ini selain memadamkan api juga berfungsi sebagai penahan suhu tangki atau pipa-pipa minyak.
Terlepas dari kehebatan terminator canon foam dalam membantu pemadaman api, beberapa pihak justru meminta Pertamina untuk lebih berhati-hati dalam menciptakan sistem di kilang minyak.

• Tanggapi Kebakaran Kilang Minyak di Balongan, Greenpeace: Pertamina Harus Lakukan Mitigasi Mendalam
• Video Detik-detik Awal Ledakan Kilang Minyak Balongan, Api Sempat Mengecil sebelum Bunyi Dentuman
Salah satunya imbauan dari Kepala Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak, yang mengatakan jika insiden ini menambah deretan kisah tragis kecelakaan dan bencana yang dikarenakan oleh energi ekstraktif.
Diwartakan oleh TribunPalu.com, pada tahun 2014 tepatnya pada 16 Februari telah terjadi kebakaran kilang minyak di Dumai, Riau.
Tak hanya itu saja, pada 2019 terjadi insiden tumpahan minyak mentah dari operasi PT Pertamina Hulu Energi.
Akibat dari tumpahan minyak mentah tersebut, kehidupan perekonomian masyarakat dan ekosistem darat serta perairan sekitar ikut terkena dampak buruknya.
Kemudian menyusul kejadian kebakaran di Kilang Pertamina di Balikpapan pada 15 Agustus 2019.
• Kebakaran Kilang Minyak Pertamina Balongan, Direktur Utama Pertamina Pastikan Stok BBM Aman
Baca juga: Dirut Pertamina Angkat Bicara soal Penyebab Kebakaran Kilang Minyak Balongan, Bukan karena Petir?
Leonard menekankan agar Pertamina melakukan langkah mitigasi yang menyeluruh pada resiko kebakaran kilang.
Tak hanya itu, ia juga meminta Pertamina untuk memikirkan dampak bagi perekonomian dan keberlangsungan kehidupan masyarkat sekitar.
“Berkaca pada kerugian di berbagai kejadian sebelumnya, tentunya kita tidak ingin deretan bencana yang ditimbulkan oleh sektor industri ekstraktif (minyak bumi, batu bara) ini terus berlanjut. Ketergantungan kita terhadap energi ekstraktif harus segera dipangkas," kata Leonard dikutip dari laman Tribunnews.com.
Bauran energi nasional harus memberikan porsi terbesar bagi energi terbaru, seperti surya dan bayu (angin).
Strategi Jangka Panjang Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim (LTS-LCCR) Indonesia harus memberikan arah kebijakan konkrit untuk mewujudkan bauran energi tersebut.
Menurut Leonard, tak hanya pihak Pertamina saja yang memikirkan hal tersebut, tetapi juga pemerintah yang harus lebih berambisi dalam revisi penurunantarget emisi.
(TribunPalu.com/Hakim)