LPKA Kelas II Palu
Mengintip Suasana Tahanan Anak di Palu, Layaknya Taman Bermain, Tiap Kamar Diberi Nama Superhero
Suasana LPKA Kelas II Palu juga tak seseram tahanan yang kerap digambarkan dalam film maupun gambar-gambar beredar di media sosial.
Laporan Wartawan TribunPalu.com, Putri Safitri
TRIBUNPALU.COM, PALU - Kehidupan di lembaga pembinaan alias penjara tak dipungkiri selalu identik dengan kekerasan, tempat mengerikan, dan berkumpulnya pelaku kejahatan.
Para tahanan lebih banyak menghabiskan waktu di ruang berjeruji besi.
Namun itu tidak berlaku di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Palu, Jl Dewi Sartika, Kelurahan Birobuli Selatan, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Di tempat itu, narapidana dan sipir punya hubungan harmonis.
Mereka meredakan amarah dan melintasi perbedaan yang memicu ketegangan melalui berbagai kegiatan.
Suasana LPKA Kelas II Palu juga tak seseram tahanan yang kerap digambarkan dalam film maupun gambar-gambar beredar di media sosial.
Baca juga: Pelarian Bandar Narkoba yang Kabur dari Lapas Berakhir, Dibekuk saat Hendak Kabur ke Luar Sulawesi
Baca juga: 10 Hari Pasca Kabur dari Lapas Perempuan, Melvira Widiyanti Ditangkap di Marantale Parimo
Baca juga: Semua Napi di Sulteng akan Divaksin, Ini Rencana Kemenkumham untuk Lapas dan Rutan

Pantauan TribunPalu.com, Sabtu (10/4/2021), LPKA Klas II Palu terdiri dari dua bangunan.
Bangunan paling depan untuk perkantoran dan kedua untuk anak binaan.
Gedung untuk anak binaan berbentuk U dan terdiri dari enam kamar.
Setiap sudut tembok gedung itu dipenuhi mural.
Tak ada jeruji besi, hanya ada kamar penuh gambar kartun dan aula berwarna-warni yang disebut lapangan serbaguna.
Keunikan LPKA ini tak hanya sampai di situ saja.
Tiap kamar di bangunan itu menggunakan nama superhero yaitu Saras 008, Panji Manusia Milenium, Godam, Aquanus, Sembrani, dan Gundala.
Saat ini, tempat itu dihuni 55 anak binaan dan semuanya berjenis kelamin laki-laki.
Walaupun kamarnya berukuran 4x10 meter, tetapi tak ada ranjang di dalam kamar.
Mereka tidur hanya beralaskan kasur.

Kepala LPKA Kelas II Palu Irpan menyebutkan, saat penghuni lembaganya itu melebihi kapasitas.
“Maksimal tiap kamar itu 10 orang,” kata pria kelahiran Lampung tersebut.
Dia berharap, pemerintah setempat tetap memperhatikan anak binaan di LPKA dengan memberikan sarana memadai.
“Bagaimanapun juga, mereka ini adalah anak-anak kita, mereka juga tetap membutuhkan perhatian, minimal mereka diberi dipan berlantai dua sehingga tidak tidur melantai,” ucap Irpan kepada TribunPalu.com.
Aktivitas Anak Binaan

Aktivitas anak binaan di LPKA Kelas II Palu sangat padat.
Mulai dari pramuka, baca tulis Al-Quran, marawis dan pendidikan kesetaraan dan formal.
Untuk setiap kegiatan, LPKA Kelas II Palu mendatangkan pelatih difasilitasi Pemprov Sulawesi Tengah.
Sedangkan baca tulis Alquran dari Kemenag dan Rumah Dua Jari.
Pelatih Mawaris merupakan mahasiswa dari Universitas Tadulako (Untad).
Sanggar Kegiatan Belajat (SKB) Kasil Tuvu menjadi pembina untuk pendidikan kesetaraan dan formal anak.
Sayangnya, belum ada tenaga ahli untuk mendukung psikologis anak.
“Kami tetap mengembangkan dan memberikan fasilitas anak agar mereka bisa kreatif, termasuk dinding di tempat ini semuanya dikerjakan mereka,” kata Irpan.(*)