Pasar Simpong Terbakar
Lapak di Pasar Simpong Banggai Ludes Terbakar, 300 Pedagang Merugi
Mereka terpaksa harus menyelamatkan barang-barang berharga dari amukan si jago merah yang mengganas di pagi hari itu.
Penulis: Asnawi Zikri | Editor: mahyuddin
Laporan Wartawan TribunPalu.com, Asnawi Zikri
TRIBUNPALU.COM, BANGGAI - Pedagang Pasar Simpong, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, tak merasakan semarak Lebaran dan Kenaikan Isa Almasih seperti warga pada umumnya.
Api melalap habis ratusan kios di pasar yang berada di Jl Baru, Kelurahan Simpong, Kecamatan Luwuk tersebut.
Tak hanya kios, rumah dan ruko di kawasan tersebut juga dilalap api.
Banyak pedagang urung ke masjid dan turut berusaha memadamkan api
Mereka terpaksa harus menyelamatkan barang-barang berharga dari amukan si jago merah yang mengganas di pagi hari itu.
Suara takbir dari pengeras suara masjid mengiringi langkah pedagang menerobos masuk ke dalam gumpalan asap hitam tebal, lalu keluar sembari memikul barang-barang berharga untuk diselamatkan ke tempat aman.
Sirine mobil pemadam kebakaran membelah kerumunan, petugas pemadam dibantu TNI-Polri dan warga berusaha menjinakkan api.
Armada milik Kompi Yonif 714 Sintuwu Maroso bolak balik mengangkut barang-barang pedagang.
“Saya hanya selamatkan berkas-berkas. Pakaian dan barang-barang lain saya tinggalkan begitu saja,” ungkap seorang pedagang, Farli Ali.

Di pagi itu, Farli bersama keluarganya sudah siap-siap ke masjid, tetapi tiba-tiba terdengar suara teriakan kebakaran dari tetangganya.
Farli langsung bergegas menyelamatkan anak istrinya, mengambil ransel berisi berkas penting, lalu keluar rumah.
“Itu rumah saya di samping. Sedikit lagi habis,” tutur Farli sembari menunjuk batas api yang tinggal beberapa meter saja melahap rumahnya.
Petugas pemadam kebakaran Kabupaten Banggai menerjunkan tiga armada tembak, satu armada suplai, lalu dibantu satu armada suplai BPBD, satu armada suplai PDAM, dan satu armada suplai milik PMI Banggai.
Beberapa menit setelah kebakaran terjadi, armada dan personel pemadam kebakaran berjibaku di lokasi kejadian.
Namun, petugas belum bertindak karena aliran listrik belum terputus.
Sejam menunggu, barulah PLN memutus aliran listrik di area Pasar Simpong.
“Kami tidak mau ambil risiko. Berbahaya bagi petugas karena bisa tersengat listrik. Ada dua petugas yang pernah kesetrum sebelumnya karena nekat memadamkan api di saat aliran listrik masih mengalir,” ungkap Kepala Seksi Bidang Damkar Banggai, Rudi Sangaji, kepada TribunPalu.com.
Koordinasi antara PLN dan Damkar yang kurang baik ini membuat api dengan leluasa melahap lapak pedagang hingga rata dengan tanah.
Apalagi ratusan lapak itu hanya terbuat dari kayu seadanya.
Ditambah lagi hembusan angin yang cukup kencang di pagi hari mendorong amukan api ke segala penjuru.
Api sebenarnya sudah mulai jinak setelah melahap ratusan lapak, tetapi pelan-pelan merambat ke sejumlah ruko yang berjejer di depan jalan.
Di ruko-ruko itu, terutama Toko Pago, petugas sedikit kewalahan memadamkan api.
Selain kondisi bangunan dua lantai sulit dijangkau, pemilik Toko Pago juga tidak mengizinkan barang-barangnya dievakuasi untuk mengantisipasi api kembali membesar.
Tapi sang pemilik toko melarang, bahkan dia sempat menutup tokonya tersebut seakan pasrah dengan musibah itu.
“Mungkin sudah ada asuransinya itu toko, jadi dibiarkan terbakar begitu saja,” kata sejumlah warga yang ingin menolong.
Benar saja, api yang telah menghabiskan lantai dua, tiba-tiba merambat ke lantai satu lalu menghanguskan isi Toko Pago.
Api pun membesar, dan menimbulkan kepanikan baru bagi pemilik toko lain yang tepat berada di seberang jalan.
Namun dengan semangat pantang menyerah dari para petugas dan warga, api akhirnya berhasil jinak sekitar pukul 10.30 Wita, atau sekitar 6 jam sejak kebakaran terjadi.
Hingga saat ini belum diketahui pasti penyebab kebakaran, namun dugaan sementara akibat kompor pedagang yang hendak memasak untuk lebaran.
Meski begitu, pihak kepolisian setempat masih menyelidiki kasus tersebut.
Larangan Warga Tinggali Pasar
Di bagian tengah lods dan kios, ada sejumlah pedagang yang justru bermukim.
Padahal lapak Pasar Simpong tidak dibolehkan untuk ditinggali.
“Aturannya kan tidak boleh dihuni. Habis jualan, tutup lapak, lalu kembali ke rumah masing-masing. Tapi di dalam itu, di tengah-tengah itu, sudah langsung jadi tempat tinggal dan lengkap dengan tempat karaoke,” jelas seorang pedagang Baharuddin L Agi.
Kata dia, belum ada ketegasan pemerintah untuk menertibkan para pedagang yang menjadikan lapaknya sekaligus tempat tinggal.
Baharuddin menambahkan, kebakaran itu adalah musibah tersebar di Pasar Simpong setelah 2011 silam.
Bahkan kebakaran terbesar di Kabupaten Banggai.
“Dulu tahun 2011 ada kebakaran besar juga di Pasar Simpong, tapi tidak sebesar ini,” tuturnya.
Hingga Kamis sore, belum ada keterangan resmi dari pemerintah daerah maupun instansi terkait untuk menjelaskan kronologis lengkap maupun kerugian yang dialami pedagang.
300 Pedagang Merugi
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pasar Simpong, Dinas Perdagangan Banggai Suandi Daud mengungkapkan, ada 66 petak, 200 los, 6 pemukiman, 6 ruko, dan kantor UPT Pasar Simpong yang ludes dilalap si jago merah.
Belum lagi dihitung lapak-lapak pedagang yang berjualan di tepi jalan.
“Jadi ada sekitar 300 pedagang yang kini kehilangan tempat jualan,” beber Suandi saat ditemui TribunPalu.com, di lokasi kejadian.
Ada dua hydrant pemadam kebakaran yang dipasang di dalam area Pasar Simpong, namun tidak berfungsi dengan baik.
Sehingga saat kebakaran terjadi, pedagang hanya mengandalkan armada pemadam kebakaran yang juga terbatas fasilitas.
“Ada dua hydrant, tapi slang-nya saja sudah bocor-bocor,” ungkap Suandi.
Kerugian akibat kebakaran kata dia, belum bisa ditaksir berapa jumlahnya, namun dipastikan mencapai miliaran rupiah. (*)