Guru Honorer Diteror Pinjaman Online, Utang Rp 3,7 Juta Membengkak Jadi Rp 206 Juta
Di era modern seperti saat ini, pinjaman online telah menjadi solusi instan untuk mendapatkan dana.
Pada 30 Maret 2021, Afifah mengunduh aplikasi tersebut, lalu mengikuti persyaratan melakukan pinjaman.
Afifah melanjutkan, saat itu, tidak ada tanda tangan elektronik sebagai tanda persetujuan.
Ia pun hanya diminta mengirimkan foto kartu tanda penduduk (KTP) dan identifikasi wajah.
Beberapa saat kemudian, ia menerima transferan senilai Rp 3,7 juta. Padahal, ia dijanjikan bakal memperoleh uang Rp 5 juta.
Dia awalnya mengira pelunasan bisa dilakukan dalam jangka waktu tiga bulan, tapi tenor pinjaman justru tujuh hari.
Dalam kurun waktu lima hari, Afifah sudah ditagih. Aplikasi pinjol tersebut juga mengancam akan menyebar identitas lengkapnya.
Karena terus menerima teror, Afifah kembali meminjam uang melalui aplikasi pinjol lainnya supaya utangnya tertutup.
Namun, jaringan pinjol itu terus berlanjut hingga lebih dari 20.
Baca juga: Info Lowongan Pekerjaan di Ruangguru Lulusan Sarjana Semua Jurusan
Baca juga: Hari Lingkungan Hidup Sedunia, DLH Kota Palu Ajak Lurah Tanam Mangrove di Pantai Dupa Indah
Baca juga: Miliki Sensor Kamera Ultra Wide, Berikut Spesifikasi dan Harga Samsung Galaxy A32
Total utangnya pun membengkak jadi Rp 206.350.000. Dari hasil gali lubang tutup lubang, pinjaman online-nya telah terbayar Rp 158 juta.
Kemudian, untuk melunasi sisa utangnya, ia melakukan pinjaman di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebesar Rp 20 juta dengan jaminan sertifikat rumah.
Saat ini, utang di aplikasi pinjol yang belum dibayar Afifah sebesar Rp 47 juta.
Utang Rp 3,7 Juta untuk Beli Susu Anak, Guru Honorer Ditagih Pinjol Rp 206 Juta.
Afifah (28) tidak menyangka niatnya meminjam uang dari pinjaman online untuk membeli susu anaknya menjadi awal malapetaka.
Dari pinjaman sebesar Rp 3,7 juta, dia harus menanggung tagihan sebesar Rp 206 juta.
Kuasa hukum Afifah, Muhammad Sofyan dari Lembaga Penyuluhan Bantuan Hukum (LPBH) Nahdlatul Ulama Cabang Salatiga mengatakan kejadian tersebut bermula pada 20 Maret 2021.