Siapa Itu Bapa John? 15 Tahun Pegang Kunci Gerbang Batas RI-Papua Nugini di PLBN Skouw
Dikenal karena sudah 15 tahun pegang kunci gerbang batas RI-PNG di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw. Johanes Pakwa atau yang akrab disapa Bapa
TRIBUNPALU.COM - Siapa Itu Bapa John?
Dikenal karena sudah 15 tahun pegang kunci gerbang batas RI-PNG di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw.
Sejak 2006, Johanes Pakwa atau yang akrab disapa Bapa John dipercaya memegang kunci gerbang batas RI-PNG.
Hanya dia, yang ketika tapal batas kedua negara dibuka normal, setiap pagi dan sore akan membuka gembok pagar pintu perbatasan.
"Pagi gerbang dibuka pukul delapan, malam ditutup pukul delapan. Itu sebelum Corona datang," kata Bapa John di PLBN Skouw, Sabtu (19/6/2021) sore.
Baca juga: Menjelang Idul Adha 2021, Berikut Daftar Harga Qurban Berdasarkan Bobot: Sapi, Kambing dan Domba
Baca juga: Harga Emas Antam Hari Ini Senin, 21 Juni 2021: Harga Emas Antam Hari Ini Naik Rp 3.000 per Gramnya
Pria murah senyum ini menjelaskan, dia sebenarnya bertugas sebagai cleaning service dan sekaligus dipercaya sebagai kuncen atau juru kunci gerbang batas.
Di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw, batas ujung timur Indonesia ditandai gerbang dan pagar ram besi yang selalu digembok.
Gerbang dibangun era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), begitu pun monumen batas kedua negara di dekatnya.
Pagar ram besi itu memisahkan wilayah Indonesia dan Papua Nugini yang di antara kedua pagar perbatasan memiliki zona netral atau neutral zone berukuran 20 meter x 200 meter.
Namun sejak pandemi COVID-19, jalur perlintasan RI-PNG di Skouw tutup total. Pemerintah PNG lebih dulu menutup perbatasannya.
Pihak Indonesia mengikutinya, dan otomatis jalur lalu lintas orang dan barang antara kedua negara terhenti total.
Warga PNG di dekat perbatasan umumnya menggunakan jalur tikus untuk masuk Skouw dan sekitarnya.
Mereka biasa setiap hari masuk ke Indonesia untuk belanja, berdagang, atau berkebun di tanah ulayat ondoafi Wutung-Skouw di wilayah RI.
Jalur tikus itu berada di dekat pintu masuk komplek PLBN Skouw, dan diawasi petugas Satgas Pamtas TNI di Skouw yang saat ini dijaga Yonif 131/Bajra Sakti asal Payakumbuh, Sumatera Barat.
Jalur pintas di luar PLBN Skouw itu berupa jalan setapak tanah lewat tengah kebun dan semak belukar yang hanya bisa dilalui pejalan kaki atau pesepeda motor.
Kini, tugas Johanes Pakwa setiap harinya hanya bersih-bersih lingkungan di kompleks PLBN Skouw.
Jika ada tamu penting datang, maka Bapa John baru akan muncul untuk membukakan pintu pagar perbatasan dan masuk ke zona netral.
Pagar perbatasan ini berjarak sekira 150 meter dari gedung utama PLBN Skouw. Pengunjung umum di waktu normal bebas masuk ke area ini.
Tapi selama PLBN Skouw ditutup, pengunjung hanya diizinkan berada di sekitar plaza pos yang ditandai tulisan besar Skouw, Border Post of The Republic Indonesia.
Plaza ini jadi lokasi favorit foto oleh para wisatawan atau pengunjung PLBN Skouw. Keramaian akan selalu terlihat di akhir pekan atau hari libur.
Bapa John mengaku sangat senang diberi tugas sebagai pemegang kunci. Ia asli Skouw dan saat ini tinggal di rumah dinas yang disediakan Pemprov Papua.
Tempat tinggalnya di belakang markas Satgas Pamtas TNI di sebelah gerbang masuk PLBM Skouw.
Ia tinggal bersama istri dan anak-anaknya. "Saya senang karena saya buka pagar untuk siapa saja, termasuk menteri dan bahkan Presiden RI saat meresmikan PLBN Skouw," katanya.
Tapi ia sedih waktu itu tidak bertemu secara dekat Presiden Joko Widodo. Bapa John hanya melihat idolanya itu dari jarak jauh.
"Pak Jokowi orang baik. Ia benar-benar membangun Papua. PLBN Skouw jadi besar dan megah. Juga membangun Jembatan Holtekamp," katanya.
Ia punya keinginan besar bisa mengunjungi Jakarta, ibu kota Republik Indonesia yang dicintainya. Tapi ia tidak punya dana dan hanya bisa menyimpan saja mimpinya.
"Pingin banget ke Jakarta, suatu saat nanti jika punya uang," lanjut Bapa John yang mengenakan topi hitam lusuh dan kaus biru berlogo Chelsea FC.
Saat ini, Bapa John juga mengaku turut sedih melihat PLBN Skouw selalu gelap gulita di malam hari. Keadaan memprihatinkan ini sudah berlangsung berbulan-bulan.
"Sebaiknya para pimpinan pengelola perbatasan menyelesaikan masalah ini secepatnya. Bangunan megah begini tapi listriknya tidak menyala, saya sedih," lanjut Bapa John.
Selanjutnya jika sudah normal, kontrol dan pengawasan penggunaan listrik di PLBN Skouw harus lebih ketat lagi supaya tidak boros.
Menurutnya, padamnya aliran listrik di PLBN Skouw juga ada andil buruknya kontrol penggunaan listrik setiap harinya.
Johanes Pakwa mengingatkan PLBN Skouw jadi simbol dan wajah depan Indonesia di depan negara tetangga. Oleh sebab itu kewibawaannya harus selalu dijaga.
Meski kunci pagar perbatasan ia yang bawa, tapi sesekali jika Bapa John pergi ke kota, maka kunci ia titipkan ke dua petugas sekuriti PLBN Skouw, Willem atau Nico.
Bapa John mengaku selama 15 tahun terakhir jadi pemegang kunci, belum pernah mengalami hal sangat buruk. Pernah, sekali anak kunci yang dipegangnya hilang.
"Taoi langsung diganti. Tidak sampai mengganggu tugas buka tutup pagar perbatasan," jelas pria yang kini usianya 55 tahun itu. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Papua.com dengan judul Bapa John, 15 Tahun Pegang Kunci Gerbang Batas RI-PNG di PLBN Skouw