Tradisi 2 Suku di Papua yang Suka Berburu Kepala Manusia, Demi Memikat Wanita hingga Uji Keperkasaan
Dua suku di Papua, yakni Marind-Anim dan Asmat pernah memiliki kebiasaan mengayau (berburu kepala).
TRIBUNPALU.COM - Tradisi berburu kepala manusia sering menjadi dongeng atau bumbu dalam film-film horror di layar kaca.
Namun siapa sangka, tradisi tersebut ternyata pernah dilakukan 2 suku di pedalaman Papua, Indonesia.
Tradisi tersebut dilakukan karena banyak alasan, seperti untuk menguji nyali dan keperkasaan.
Namun seiring zaman yang telah bergeser ke era modern, tradisi mengerikan itu telah ditinggalkan.
Lantas bagaimana kisah di balik kebiasaan berburu kepala manusia yang dilakukan oleh dua suku tersebut?
Dua suku di Papua, yakni Marind-Anim dan Asmat pernah memiliki kebiasaan mengayau (berburu kepala).
Baca juga: Jelang HUT Bhayangkara ke-75, Polres Morut Bagikan Masker Gratis dan Penyemprotan Disinfektan
Baca juga: 9 Fakta Swiss Singkirkan Perancis di Babak 16 Besar Euro 2020, Rapor Merah Pertahanan Ayam Jantan
Baca juga: Gubernur Rusdi Mastura Instruksikan Terapkan PPKM Berbasis Mikro di Sulteng
Namun, pengayauan bukanlah kebiasaan harian masyarakat di sana, melainkan suatu aktivitas yang dimotivasi oleh suatu sebab.
Menurut J. van Baal dan Pastor J. Vershueren, MSC, dalam buku Dema: Description and Analysis of Marind-Anim Culture (South New Guinea),
pengayauan di dua wilayah ini terdorong oleh suatu ambisi spiritualitas.
Pengayauan ini terjadi oleh karena beberapa hal.
Orang Marind senang bertamasya dan melihat banyak tempat lain sehingga mereka sering mencari tempat-tempat baru.
Oleh sebab itu, pergi mengayau merupakan kesempatan yang menyenangkan bagi mereka.
Selain ingin menguji nyali dan keperkasaan, sekaligus juga untuk menikmati indahnya alam.
Motivasi lain ialah, seorang bapak mencari nama untuk anaknya.
Seorang bapak akan sangat bangga kalau dia memberi nama kepada anaknya dari nama kepala orang yang berhasil dipenggalnya.