Apa Itu Fenomena Aphelion? Disebut Bawa Suhu Dingin di Indonesia, Berikut Penjelasan BMKG
Fenomena Aphelion ramai diperbincangkan di sosial media maupun di masyarakat, salah satunya warga wilayah Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Laporan Wartawan TribunPali.com, Nur Saleha
TRIBUNPALU.COM,PALU - Wilayah Indonesia mengalami fenomena Aphelion.
Fenomena itu ramai diperbincangkan di media sosial maupun di masyarakat, salah satunya warga wilayah Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Netizen di Kota Palu ramai membahas fenomena Aphelion sebagai penyebab suhu dingin akhir-akhir ini.
Menurut Sub Koordinator Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kelas l Palu, Hendrik Leopatty mengatakan fenomena Aphelion tersebut normal terjadi.
Hendrik mengatakan fenomena Aphelion adalah matahari, bulan dan bumi memiliki peredaran masing-masing.
Pada saat bumi mengelilingi matahari ada titik terdekat dan ada titik terjauh.
"Itu matahari dengan titik terjauh sebenarnya normal terjadi secara berkala, dan kemudian peredaran bumi ke matahari bisa dihitung," jelasnya saat diwawancarai TribunPalu.com, Sabtu (17/7/2021).
Hendrik mengatakan, waktu berlangsungnya fenomena Aphelion dapat diperhitungkan secara metematis, karena bumi mengelilingi matahari selama lebih kurang 365 hari.
"Ada yang jaraknya satu kali setahun dan ada jarak terjauh satu kali setahun. Tetapi secara detail itu memang harus di hitung," katanya.
Hendrik juga mengungkapkan, jika dikalkulasikan secara umum kejadiannya hanya satu sampai dua hari saja.
"Tapi secara matematika itu harusnya dalam orde jam, titik terjauhnya hanya dalam orde jam. Misalnya di waktu x berarti dalam satu hari waktu x itu mungkin hanya satu sampai 2 jam posisi terjauhnya dari bumi," ungkapnya.
Fenomena Aphelion yang tersebar di media sosial berlangsung dari bulan Juli hingga Agustus.
Hendrik menjelaskan terkait hal itu, memperhitungkan bukan titik terjauh maksimum, tetapi rata-rata titik terjauh dalam satu bulan.
"Kalau kejadian dari bulan Juli sampai Agustus berarti itu perhitungkan bukan titik terjauh maksimum. Tapi rata-rata titik jauh dalam sebulan. Sehingga bisa diproyeksikan kapan kejadian itu terjadi," tutupnya.
Dampak Fenomena Aphelion ke Bumi
Mengenai dampaknya, tidak ada dampak yang signifikan pada Bumi.
Dilansir dari Tribunnews.com, suhu dingin yang terjadi belakangan ini bukan disebabkan karena Fenomena Aphelion.
Suhu dingin yang akan berlangsung hingga bulan Agustus ini merupakan hal yang biasa pada musim kemarau.
Hal ini, dikarenakan tutupan awan yang sedikit, sehingga tidak ada panas dari permukaan Bumi yang diserap dari cahaya Matahari dan dilepaskan pada malam hari.
Kemudian, dipantulkan kembali ke permukaan Bumi oleh awan.
Mengingat posisi Matahari saat ini berada di utara, maka tekanan udara di belahan utara lebih rendah dibanding belahan selatan yang mengalami musim dingin.
Maka dari itu, angin bertiup dari arah selatan menuju utara dan saat ini angin yang bertiup tersebut berasal dari arah Australia yang memang mengalami musim dingin.
Dampak yang ditimbulkan adalah adanya efek penurunan suhu, khususnya di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara yang terletak di selatan khatulistiwa, yang saat ini sedang terjadi.
Selain itu, posisi Bumi yang berada pada titik terjauh dari Matahari juga tidak mempengaruhi panas yang diterima Bumi.
Hal ini dikarenakan panas dari Matahari terdistribusi ke seluruh Bumi.
Di mana distribusi yang paling signifikan yang mempengaruhinya disebabkan oleh pola angin.
Saat ini, angin bertiup dari arah selatan yang musim dingin, maka kita akan merasakan suhu yang lebih dingin.
Adapun diameter Matahari akan terlihat sedikit lebih kecil dibandingkan rata-rata, yakni sekitar 15,73 menit busur atau berkurang 1,68 persen.
Jadi, adanya fenomena Aphelion ini tidak mempengaruhi suhu dingin dan suhu panas yang diterima Bumi. (*)