Berita Populer Sulteng
Berita Populer Sulteng: Parimo Belum Punya Alat Tes PCR COVID-19 hingga Jejak Teror MIT di Sigi
Parimo belum punya alat tes PCR COVID-19 menjadi salah satu Berita Populer Sulteng di TribunPalu.com kemarin.
TRIBUNPALU.COM - Berikut tiga Berita Populer Sulteng di TribunPalu.com, Jumat (6/8/2021).
Parimo belum punya alat tes PCR COVID-19 menjadi salah satu Berita Populer Sulteng di TribunPalu.com kemarin.
Selain itu ada juga Berita Populer Sulteng lainnya mengenai warga di Sigi temukan bekas di kebun pasca teror kelompok MIT.
Baca juga: Berita Populer Nasional: Denny Siregar Sentil Demokrat hingga Polemik Cat Pesawat Presiden
1. Parimo Belum Punya Alat Tes PCR COVID-19
Sampai saat ini Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) tidak memiliki alat tes PCR COVID-19.
Hal itu diungkap langsung oleh tim ahli Satuan Tugas (Satgas) percepatan penanganan COVID-19 Parimo, dr Muhammad Mansyur.
Ia mengatakan di Parimo tidak mempunyai alat PCR hanya mengandalkan rapid anti gen.
Maka secara teori kata dr Mansyur, rapid anti gen memiliki eksibilitas 96 persen tetapi sensivitasnya hanya 84 persen.
"Artinya kalau orang rapid antigenya positif belum tentu PCR nya positif. Yang menentukan adalah pemeriksaan PCRnya," ucapnya, Jumat (6/8/2021).
Dalam hal itu, dr Mansyur menjelaskan bahwa pentingnya alat tes PCR ada di Kabupaten Parimo.
Sebab, menurut dia virus COVID-19 jika sudah lewat seminggu mulai kurang revitasinya atau pembenahan virus di dalam saluran nafas sampai ke paru-paru mulai menurun.
Tetapi hal itu tambah dr Mansyur, jika dilakukan pemeriksaan lanjutan yaitu tes PCR pastinya masih bisa virus COVID-19 terdeteksi karena sensivitasnya ada di dalam PCR.
"Dalam ilmu kedokteran disebutkan testimoni positif walaupun virus sudah mati tetapi masih menyisahkan sisa kromosom atau sebuah molekul DNA panjang yang mengandung sebagian atau seluruhnya ada dalam nafas, dan itu dapat dideteksi PCR, karena sebelum dideteksi dapat melipat gandakan produsen virus sampai jutaan kali," tutup dr Mansyur.
2. Tanam Pohon Serentak di 17 Desa Banggai
Aktivis lingkungan dari LSM-GAM bersama unsur Forkopimda Banggai, Sulawesi Tengah menanam pohon secara serentak, Jumat (6/8/2021) pagi.
Aksi peduli lingkungan dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI ke-76 ini dipusatkan di Jl RE Martadinata Kelurahan Karaton, Kecamatan Luwuk.
Sekretaris LSM-GAM Banggai, Muh Akli Suong menjelaskan, penanaman pohon ini dilaksanakan serentak di 17 desa dan 8 kelurahan.
Juga melibatkan sebanyak 45 anggota LSM-GAM serta 76 personel TNI-Polri, Kejaksaan maupun ASN.
"Ini adalah simbol Kemerdekaan RI tahun 2021, yaitu tanggal 17, bulan 8, tahun 1945, dan HUT ke 76," kata Akli.
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang lingkungan.
Sementara itu, Asisten 2 Setda Banggai Alfian Djibran mewakili Bupati Banggai mengapresiasi aksi-aksi kebersihan dan peduli lingkungan dari LSM-GAM.
Apalagi ini dalam momentum semarak kemerdekaan RI.
"Ini bukti bahwa dalam situasi pademi, kami masih berguna untuk masyarakat, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan," kata Alfian.
Aksi peduli lingkungan ini harus tetap berlanjut. Karena kegiatan ini adalah elaborasi dan kolaborasi yang sangat positif.
Seorang warga berinisial A tak bisa melupakan peristiwa pembunuhan terhadap keluarganya di Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Keluarga A diduga menjadi korban pembantaian oleh kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pada 27 November 2020 silam.
Tak hanya membunuh empat anggota keluar A, kelompok MIT pimpinan Ali Kalora juga turut membakar rumah mereka.
Sebagai orang yang sempat menyaksikan langsung, A mengaku masih trauma meski sudah delapan bulan berlalu.
Saat ini ia bersama warga lainnya tak berani berlama-lama beraktivitas di kebun karena sering mendapati bekas kaki manusia.
"Kami tetap berkebun tetapi tidak lama, hanya dua jam lalu pulang. Soalnya saat tiba di kebun kami melihat banyak bekas kaki. Tidak tahu apakah bekas kaki itu dari warga atau dari mereka (MIT)," ujar A, Jumat (6/8/2021).
Setiap hari, A biasa mengajak anak-anaknya pergi ke kebun yang berjarak sekitar 100 meter dari rumahnya.
A mengatakan, saat ini rumahnya telah selesai dibangun kembali oleh pemerintah bersama aparat kepolisian.
Ia pun terkadang merasa sedih ketika di rumah sang anak kerap bertanya keberadaan ayah dan neneknya.
"Anak saya yang kecil sering bertanya mana papa dan tua (nenek). Saya hanya bisa menunjukkan foto papa dan tuanya. Biasa dia bilang kepada saya 'oh ini papa dan tua mama? Tega sekali mereka bunuh papa dan tua," kata A menirukan ucapan anaknya. (*)