Virus Corona
Kondisi Wuhan Setelah Kembali Diserang Covid-19, Sempat Pesta Nol Kasus Dihadiri 11.000 Warga
Kota Wuhan China kembali diserang Virus Corona setelah pesta nol kasus. festival diadakan pada Hari Buruh Internasional 1 Mei 2021 hadir 11.000 Warga
TRIBUNPALU.COM - Kota Wuhan China kembali diserang virus corona setelah pesta nol kasus.
Sebelumnya warga Wuhan terlihat menghadiri Strawbery Music Festival di Wuhan.
Festival tersebut merupakan festival yang diadakan pada Hari Buruh Internasional 1 Mei 2021.
Dalam festival itu, mereka berjoget dan bernyanyi dan hanya sedikit orang yang mengenakan masker.
Strawberry Music Festival merupakan festival musik di luar ruangan pertama yang diadakan di kota itu setelah pandemi yang terjadi.
Festival ini menarik perhatian masyarakat dunia mengingat di berbagai tempat di dunia pandemi tengah terjadi dan dalam acara tersebut hadir sekitar 11.000 orang warga.

Namun kini China kembali dilanda bencana COVID-19 sampai harus lakukan lockdown.
Pemerintah kota Wuhan China mengumumkan, telah selesai menguji lebih dari 11 juta warganya akibat lonjakan kasus COVID-19 pada Minggu (8/8/2021)
Tes belasan juta orang itu dimulai pada Selasa (3/8/2021) dan alam lima hari sudah selesai.
Tes itu mencakup semua warga, kecuali anak-anak di bawah usia 6 tahun dan siswa yang liburan musim panas.
Pengumuman tersebut disampaikan pejabat senior Wuhan, Li Tao, dalam konferensi pers yang dikutip Xinhua dan AFP.
Pada Sabtu Wuhan menemukan 37 kasus COVID-19 yang ditularkan secara lokal, dan 41 OTG (Orang Tanpa Gejala) lokal dalam pengujian massal terbaru, Xinhua melaporkan.
Pejabat kota mengumumkan pekan lalu, tujuh kasus penularan lokal ditemukan di antara pekerja migran di Wuhan.
Kasus itu mematahkan rekor setahun tanpa penularan domestik.
Pihak berwenang mengatakan, mereka dengan cepat memobilisasi lebih dari 28.000 petugas kesehatan di sekitar 2.800 lokasi untuk melakukan tes COVID-19.
China berhasil menurunkan kasus domestik menjadi hampir nol setelah virus corona pertama kali muncul di Wuhan pada akhir 2019, memungkinkan ekonomi untuk pulih dan kehidupan masyarakat sebagian besar kembali normal.
Tetapi ancaman COVID-19 kini kembali akibat varian Delta yang menyebar cepat, mencapai puluhan kota setelah adanya penularan di antara petugas kebersihan bandara Nanjing.

China sejak itu membatasi penduduk di seluruh kota untuk tetap berada di rumah, menghentikan operasional transportasi domestik, dan melakukan pengujian massal yang terbesar dalam beberapa bulan.
Beijing juga memperketat pembatasan perjalanan ke luar negeri bagi warganya.
Otoritas imigrasi China pada Rabu (4/8/2021) mengumumkan, akan berhenti mengeluarkan paspor biasa dan dokumen lain yang diperlukan untuk keluar dari negara itu dalam keperluan yang tidak penting dan tidak darurat.
Ilmuwan deteksi varian baru
Peneliti terkenal di laboratorium Wuhan, China memeringatkan varian COVID-19 yang lebih mematikan akan segera muncul.
Shi Zhengli mendapatkan julukan sebagai "perempuan kelelawar", karena dedikasinya meneliti virus pada hewan itu selama 16 tahun terakhir.
Dia menjadi salah satu ilmuwan ternama yang menemukan puluhan jenis virus corona di dalam goa kelelawar.
Namanya dikenal karena menjadi sosok pertama yang membongkar genome SARS-Cov-2, ketika pertama terdeteksi di Desember 2019.
Dalam wawancara terbaru, Shi memeringatkan dunia bisa kembali dihantam varian COVID-19 yang lebih mematikan.
"Karena jumlah kasus infeksi terlalu besar, memungkinkan corona untuk bermutasi," kata Shi Zhengli kepada media China People's Daily.
"Varian baru akan terus bermunculan," lanjut Shi sebagaimana diberitakan Daily Mirror pada Kamis (5/8/2021).
Pernyataan Shi itu muncul setelah beredar klaim varian terbaru akan membunuh lebih dari sepertiga yang terpapar.
Dokumen yang dipublikasikan Scientific Advisory Group for Emergencies (SAGE) menyatakan, galur virus corona di masa depan bisa seperti MERS.
Panel yang menjadi penasihat di kala pandemi itu mengatakan, mutasi tersebut dimungkinkan jika virusnya beredar luas.
Sebelumnya pada awal tahun ini, Shi membantah dengan keras klaim bahwa corona bocor dari tempat kerjanya di Wuhan.
"Lab saya tidak pernah melakukan penelitian gain-of-function yang bisa meningkatkan kapasitas virus," tegasnya kepada New York Times.
Shi menekankan klaim yang menyebutkan labnya menyimpan rahasia penyebaran COVID-19 adalah spekulasi yang berakar pada ketidakpercayaan total.
"Ini sudah bukan ranah sains lagi. Saya tidak takut apa pun karena saya tidak melakukan kesalahan," ujar dia tegas.
Dia juga menyanggah kabar tiga peneliti di tempatnya memeriksakan diri ke rumah sakit pada November 2019, dengan gejala mirip corona.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "COVID-19 Kembali, Wuhan Selesai Tes 11 Juta Warga dalam 5 Hari"