Ali Kalora Tewas

Pengamat Terorisme Untad Pasca Tewasnya Ali Kalora: Waspadai Regenerasi Teroris

Pengamat Terorisme dari Universitas Tadulako (Untad) Prof Muhammad Khairil mengingatkan agar aparat memperkuat penjagaan dan kewaspadaan.

Editor: Haqir Muhakir
Handover
Pengamat terorisme Universitas Tadulako Prof Muhammad Khairil 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Fandy Ahmat

TRIBUNPALU.COM, PALU - Pengamat Terorisme dari Universitas Tadulako (Untad) Prof Muhammad Khairil mengingatkan agar aparat memperkuat penjagaan dan kewaspadaan pasca tewasnya Panglima Teroris Poso Ali Kalora.

Sebab, Ali Kalora menjadi pimpinan utama kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) sepeninggal Santoso alias Abu Wardah. 

Selama melakukan riset tentang tindak pidana terorisme di Poso, Prof Khairil menyebut kelompok tersebut aktif membangun jaringan regenerasi. 

"Kelompok dengan doktrin yang kuat seperti ini (MIT) biasanya sudah ada persiapan regenerasi, atau bahasa umum dikenal sebagai kader. Proses rekrutmen akan terus mereka upayakan," ungkapnya, Minggu (19/9/2021). 

Guru Besar Ilmu Komunikasi FISIP Untad itu menyatakan bahwa jaringan teroris MIT Poso tak sepenuhnya mati. 

Meskipun aparat berhasil menangkap atau menembak mati tokoh-tokoh utama mereka dalam operasi anti teror di wilayah Poso dan sekitarnya. 

"Belajar dari sebelumnya, pasca Santoso, lahir Ali. Namun sebelum Ali ada Nasir Abbas. Setelahnya ada Hasanuddin, kemudian muncul Basri dan seterusnya," kata Prof Khairil. 

Dengan tewasnya Ali Kalora bersama satu anak buahnya yakni Jaka Ramadhan, kelompok teroris MIT Poso diketahui tersisa empat orang.

Mereka adalah Askar alias Jaid alias Pak Guru, Nae Alias Galuh alias Mukhlas, Suhardin alias Hasan Pranata dan Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang. 

Prof Khairil pun menceritakan pengalamannya saat mewawancarai semua terpidana terorisme di Sulawesi Tengah.

Para terpidana kasus terorisme itu digambarkan berwatak keras dan suka menuduh.

Sehingga menurutnya, kemungkinan sisa-sisa kelompok MIT Poso untuk menyerahkan diri masih sangat sulit. 

"Semoga mereka sudah menyerah agar clear and clean kasus terorisme di Sulteng, walaupun ini tidak mudah," ujar Prof Khairil. 

Alumni Universitas Padjajaran itu berharap aparat sering berkoordinasi dengan tokoh agama serta stakeholder dalam mensosialisasikan nilai-nilai pancasila dan bahaya radikalisme. 

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved